Tidak sabar

69 8 0
                                    

Yilao saat ini beralih memijat kaki Chu Mei yang tidur terlentang di gazebo, gadis itu tidur dengan mulut yang mendengkur keras.

Yilao tak henti-hentinya mencibir dan menggerutu, namun tangannya tetap memijat kaki Chu Mei tanpa rasa ikhlas.

"Putri macam apa ini? Tidurnya saja seperti babi!"

"Yosan sangat beruntung memiliki tuan yang baik, dan bahkan tidak pernah menyuruhnya, sedangkan aku? Ah, sudahlah."

Di sela tidurnya, Chu Mei bergerak dan menendang wajah Yilao hingga pemuda tampan itu tersungkur ke tanah.

"Sialan! Lebih baik aku pergi!"

Sebelum Yilao menghilang, Chu Mei mengigau dan berhasil menghentikan hewan nya itu.

"Hei kau! Siapa yang menyuruhmu pergi?"

Sesaat kemudian Chu Mei membalikkan badannya dalam keadaan acak-acakan dan mendengkur.

Yilao menghela nafas kasar.

"Untung saja dia masih tidur, jika tidak, habislah aku." buru-buru ia menghilang dan kembali masuk ke dalam cincin untuk tidur dan bermalas-malasan.

Kaisar Wang yang sudah menerima undangan tersebut menjadi sangat bahagia, karena sebentar lagi ia akan menjadi seorang Kakek.

Ia harus memberitahukan pada putrinya itu, pasti dia akan sangat senang.

"Kasim Hong,"

"Hamba, Yang Mulia Kaisar."

"Beritahu putri untuk menemui Zen di sini,"

"Baik, Yang Mulia." Kasim Hong segera bergegas menuju ke kediaman awan.

Setelah sampai, Kasim Hong mengetuk pintu. Namun tak ada sahutan dari dalam, itu membuatnya penasaran, kemudian bertanya pada beberapa pelayan yang berlalu-lalang.

"Dimana putri kedua?" tanya Kasim Hong pada salah satu pelayan.

"Bukankah Yang Mulia Putri ada di dalam?" tanya balik pelayan itu bingung.

"Aku sudah mengetuk pintu berulangkali, dan tidak ada sahutan, apa itu yang kau sebut ada?!" balas Kasim Hong sengit, jika putri menghilang maka kaisar bisa saja murka.

"Ti-tidak perlu marah, kasim. Mari masuk dan lihat. Mungkin saja Yang Mulia sedang tidur," gugup pelayan itu, kemudian menuntun kasim Hong memasuki kediaman dan mencari Chu Mei.

"Yang Mulia! Anda di mana?!" pelayan dan kasim berteriak mencari Chu Mei, tanpa mereka ketahui bahwa orang yang mereka cari sedang tertidur pulas.

Hingga sampailah di tempat terakhir yaitu gazebo belakang. Langkah mereka seketika terhenti ketika melihat pemandangan yang errr... berantakan.

Bagaimana tidak terkejut? Putri kedua yang sedang mereka cari tidur dengan posisi terlentang, rambutnya berantakan, serta mendengkur.

Apa ini sikap seorang Putri Kaisar?

Pelayan itu mendekat ke arah Chu Mei, hendak membangunkannya.

"Yang Mulia?" Pelayan itu sedikit mengguncang tubuh Chu Mei.

"Hmmmm...."

"Yang Mulia Kaisar memanggil Anda, putri,"

Chu Mei masih melanjutkan tidurnya,  karna ia sangat mengantuk.

"Yang Mulia?" sekali lagi pelayan itu mengguncang tubuh Chu Mei sedikit keras.

"Ck! Pergilah!" Chu Mei mengusir pelayan itu, lalu membalikkan badan membelakangi mereka.

Kasim Hong menggelengkan kepalanya heran, ia mendekat pada Chu Mei.

"Putri, Yang Mulia Kaisar memerintahkan Anda untuk menemuinya,"

"Lima menit lagi..." Ujar Chu Mei. Gadis itu masih setia menutup matanya, bibirnya penuh dengan liur yang menetes.

Chu Mei masih menutup mata, ia sangat malas untuk ke sana. Lagipula untuk apa ayahnya memanggilnya?

Mata kasim Hong berkedut sebelah saat melihat pemandangan yang merusak mata ini.

"Putri..."

"Diam lah!"

Belum selesai Kasim Hong berbicara, namun Chu Mei memotongnya dengan sengit.

Dasar pengganggu!

"Huh! Katakan pada Ayah, dia sudah menggangguku tidur!"

Kemudian Chu Mei beranjak menuju kamarnya untuk bersiap dengan nyawa yang belum terkumpul. Ia berjalan gontai seraya menguap dengan rambut yang sudah tak berbentuk.

Sangat menjengkelkan!!

Kasim Hong segera pergi dari kediaman begitupun pelayan tadi. Mereka bergidik ngeri dengan sikap putri kedua yang sangat tidak anggun.

"Kakak, aku sangat merindukanmu," gumam Chu Mei menatap lukisan kakaknya yang sengaja ia pajang di kamarnya.

Setelah bersiap, Chu Mei langsung menemui ayahnya di ruang kerjanya.

Kasim yang melihat Chu Mei mengumumkan kedatangannya.

"PUTRI WANG CHU MEI TELAH TIBA!!"

Kaisar Wang sangat antusias untuk memberitahukan kabar gembira yang ia punya.

"Salam, Ayah."

"En, kemarilah nak. Ayah mempunyai kabar gembira untukmu," ujar Kaisar Wang dengan senyum sumringah.

Chu Mei mengernyitkan alisnya bingung, kemudian duduk di hadapan ayahnya.

"Kabar apa, Ayah?" tanya Chu Mei.

"Kaisar Zang memberi undangan pesta, dan meminta kita untuk datang besok,"

"Hanya itu?"

Kaisar Wang menggeleng pelan.

"Dia memberitahu bahwa Ayah akan menjadi Kakek," kata Kaisar Wang bahagia.

Chu Mei membelalakkan matanya terkejut.

Itu artinya....?!

"Ka-kakak hamil? Dan aku akan segera menjadi seorang Bibi, Ayah?" ujar Chu Mei tak percaya.

Kaisar Wang mengangguk, ia  tersenyum.

"Lalu, apa kita akan pergi ke sana?Ayolah Ayah!" desak Chu Mei dengan mata berbinar-binar.

"Hahahaha! Tentu saja putriku. Bersiaplah, Ayah akan memberitahu ibumu,"

Chu Mei bergegas menuju kediamannya untuk bersiap, bahkan lupa untuk memberikan salam karena terlalu bersemangat.

Setelah sampai, Chu Mei memanggil Yilao untuk menyampaikan kabar bahagia ini.

"Yilao!"

Seekor harimau putih yang sedang tertidur menjadi terganggu.

Penderitaannya akan dimulai.

Yilao keluar dari dalam cincin dengan wujud hewan.

"Ada apa nona?" Harimau putih itu merenggangkan otot tubuhnya yang pegal-pegal tanpa memperdulikan raut wajah bahagia Chu Mei.

"Apa kau tahu sesuatu?" tanya Chu Mei antusias.

"Tidak," jawab Yilao dengan wajah masam.

"Aku akan pergi ke Kekaisaran Zang sebentar,"

"Ya, lalu?" Yilao bertanya dengan wajah datar.

"Aku akan menjadi seorang Bibi!" Chu Mei girang, ia memeluk Yilao dengan erat.

"Hei! Le-pas-kan!" tubuhnya terasa tercekik, karena nona nya memeluk terlalu erat.

"Baiklah-baiklah, sekarang kau boleh pergi. Enyahlah," ujar Chu Mei santai.

Harimau putih itu langsung menghilang tanpa protes, karena itu tidak ada gunanya.

Chu Mei segera mengemasi barang-barang kedalam kotak kayu untuk dibawa ke Kekaisaran Zang. Akan ia pastikan bahwa mereka akan berada lama di sana.

 Triplet Princesses [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang