Malam telah tiba...
Di antara sela pepohonan hutan yang lebat dan gelap, tampak seorang gadis mengenakan hanfu merah berjalan di antara semak belukar yang terkadang tersangkut pada hanfu indahnya.
Suara gerutu, makian, dan umpatan tak kunjung habis keluar dari mulutnya.
"Sialan sampah itu! Aku akan membunuh mereka suatu saat nanti!"
"Karena mereka aku tersesat di hutan aneh ini!"
Yap! Gadis itu adalah Mei Lan yang tersesat di hutan kematian. Akibat amarahnya yang berantakan, teleportasi nya menjadi tak tentu arah. Hingga ia mendarat di hutan kematian yang sayangnya ia tidak mengetahui jalan keluarnya.
Di tengah gerutuan Mei Lan karena semak belukar yang terus tersangkut pada hanfu nya dan menghalangi langkahnya. Tiba-tiba saja sebuah suara bariton menyeramkan terdengar, hingga membuat bulu kuduk gadis itu berdiri.
"Berhentilah mengumpat, gadis manis."
Wush...
Angin malam yang dingin menyapu seluruh tubuh Mei Lan yang membuatnya semakin merinding.
"Si-siapa kau!"
Mei Lan memberanikan diri untuk berteriak, karena ia tidak mengetahui dari mana asal suara itu. Ia berharap bahwa itu adalah manusia, tapi manusia mana yang berada di hutan malam-malam begini!
Sunyi... tidak ada jawaban ataupun suara yang terdengar lagi. Mei Lan semakin ketakutan, hingga mengarahkan kekuatannya pada sembarang arah, dengan harapan bahwa dengan kekuatannya akan menakuti makhluk tadi.
"Kekuatan yang sangat besar, aku menyukainya."
Hap..!
Hap..!
Suara pijakan kaki dari pohon ke pohon terdengar jelas di telinga mei lan. Hingga sesosok berjubah hitam menggunakan tudung yang menutupi sebagian wajahnya mendarat di hadapan Mei Lan yang gemetar ketakutan.
"Si-siapa kau?" sekali lagi Mei Lan memberanikan diri untuk bertanya meskipun jantungnya sedang tidak baik-baik saja.
"Kau tidak perlu tahu siapa diriku. Yang jelas, aku bisa membantumu untuk membalas dendam," ucap sosok hitam itu dengan smirik di bibir tipisnya.
"Benarkah?"
Perlahan-lahan Mei Lan mengurangi rasa takutnya pada sesosok hitam di hadapannya.
"En."
"Bagaimana aku bisa mempercayai mu?" Mei Lan memicingkan matanya tajam. Orang ini bisa saja menipunya.
Melihat kewaspadaan Mei Lan, sosok itu terkekeh geli, namun di telinga Mei Lan itu adalah kekehan menyeramkan.
Kemudian sosok itu menjulurkan tangannya. Tak lama setelah itu muncullah giok berwarna hitam pucat dengan ukiran rumit mengambang di telapak tangannya.
Mei Lan dibuat terkejut sekaligus bingung dengan orang di hadapannya.
"Ambilah giok pengenal ini. Ketika kau sudah memikirkannya, datanglah ke Sekte Pedang Neraka. Aku menunggumu," ucap sosok itu, lalu menyerahkan giok hitam itu pada Mei Lan yang kebingungan, tapi ia tetap menerimanya.
Kemudian sosok itu berjalan menuju portal yang menampilkan jalan yang terang. Meninggalkan Mei Lan yang diam mematung menatap kepergian sosok itu.
"Terima kasih," gumam Mei Lan menatap giok hitam itu.
Sesaat kemudian ia sadar dan kembali mengumpati kebodohannya.
"Akh Sial! Aku lupa menanyakan jalan keluar dari hutan ini!" umpat Mei Lan dan kembali berjalan tak tentu arah sambil mencari pohon yang rindang untuk beristirahat, dengan giok pengenal yang ia selipkan di ikat pinggang hanfu nya.
Setelah menempuh hutan yang lebat dan gelap, akhirnya gadis itu menemukan sebuah pohon besar dan rindang untuk beristirahat.
Mei Lan duduk bersandar pada pohon untuk beristirahat sembari menatap hanfu merah indahnya yang kini kotor dan sobek di bagian bawah.
Kini, bayang-bayang masa kecilnya yang bahagia dan tidak pernah kekurangan menghantui pikirannya.
Tapi selintas kejadian barusan yang menyakitkan ditambah dengan wajah kedua sampah itu membuat darah Mei Lan mendidih. Ia mengalihkan pandanganya pada giok hitam yang ia letakkan di pinggangnya sembari merenungkan keputusan yang akan ia ambil.
Setelah menimbang keputusan, Mei Lan akhirnya memutuskan untuk datang ke Sekte Pedang Neraka yang di maksud sosok pria tadi.
Karna terlalu kelelahan Mei Lan akhirnya tertidur dengan bersandar pada pohon rindang hingga pagi.
......
Belum lama rasanya Mei Lan tertidur, namun matahari dengan cepat menunjukkan dirinya dari arah timur. Dengan terpaksa ia membuka matanya dan mencari sumber air untuk membasuh wajah dan minum air.
Setelah lama berjalan, Mei Lan akhirnya menemukan sebuah sungai yang mengalir deras. Rasa bahagia tidak dapat tertahankan, Mei Lan segera berlari lalu membasuh wajahnya dan meminum air.
"Uhh... Badanku sangat lengket, lebih baik aku mandi saja." Mei Lan berpikir sejenak kemudian melangkah pada batu besar untuk melepaskan hanfu nya.
Saat hendak melepaskan hanfu, gadis itu memantau keadaan sekitar agar tidak ada yang mengintipnya.
"Ada orang tidak ya? Ah, aku tidak perduli. Lagipula, siapa yang berada di hutan kematian? Ya, tentu saja selain aku,"
Tanpa pikir panjang Mei Lan menceburkan diri ke dalam sungai dengan tubuh polos tanpa pakaian dalam.
Gadis itu berendam dan sesekali berenang di air yang cukup dalam. Tubuhnya yang putih bersih tanpa noda, membuatnya sangat menggoda.
Tanpa Mei Lan sadari, sosok hitam tadi malam mengintipnya yang sedang mandi dari atas pohon sambil tersenyum smirik.
"Sangat indah," gumam sosok itu ketika melihat tubuh Mei Lan yang terekspos begitu saja di bawah sana.
Hingga selesai mandi dan memakai hanfu merahnya semalam, Mei Lan masih tidak menyadari keberadaan sosok hitam yang mengintipnya dari atas pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triplet Princesses [END]
Fantasy'_Wang Xia Ai. Istri terkasih dan cinta pertama Zang Xuen Chi _' Di Kekaisaran Wang. Kaisar Wang beserta Permaisuri Li Wei dikaruniai tiga putri kembar yang diberi nama Wang Xia Ai, Wang Chu Mei, dan Wang Mei Lan. Ketiganya disayangi dan dicintai ol...