Sandiwara (2)

79 6 2
                                    

Di tengah kepanikan Zang Xuen Chi. Xia Ai yang berada dalam gendongan pria itu justru mengutuk calon suaminya.

Telinganya sampai berdengung ketika mendengar teriakan panik pria itu. Ternyata calon suaminya sangat mencintainya, aih, ia sangat terharu. Kemudian melanjutkan aktingnya.

"Xuen.." lirih Xia Ai pelan, sembari menatap wajah panik dan penuh air mata Zang Xuen Chi.

kalau boleh jujur, ia sangat ingin tertawa saat ini ketika melihat ekspresi itu.

"Xia'er bertahanlah sebentar lagi, kau akan baik-baik saja,"

"Xuen..sakit.." Xia Ai melirih kembali, ia berpura-pura pingsan lagi agar Zang Xuen Chi semakin panik.

Benar saja, ucapan Xia Ai tadi berhasil membuat Zang Xuen Chi semakin panik dan mempercepat langkahnya menuju kediaman mawar.

Hingga sampailah ia di kediaman mawar. Di sana sudah ada tabib yang di panggil prajurit tadi. Zang Xuen Chi langsung meletakan Xia Ai di ranjang dengan hati-hati.

Tabib yang melihat itu pun segera memeriksa Xia Ai dan mengobati luka-luka gadis itu dengan teliti.

"Tabib, bagaimana keadaan Xia'er?" tanya Zang Xuen Chi khawatir.

"Yang Mulia tenang saja, tidak ada yang serius dengan luka maupun kondisi putri, sebentar lagi putri akan sadar Yang Mulia," jelas tabib.

"Kau boleh pergi."

"Baik Yang Mulia, hamba permisi," ujar tabib itu kemudian keluar dari kediaman mawar.

Selang berapa menit setelah tabib keluar, pintu kediaman dibuka dan menampilkan sosok kaisar dan permaisuri yang cemas dengan kondisi menantu mereka.

"Ayah, Ibu."

"Xuen bagaimana keadaan menantu ibu, nak?" Tanya Permaisuri Liu Ning. Wanita itu mendekati ranjang Xia Ai, kemudian mengelus kepalanya lembut.

"Xia'er tidak apa-apa, tabib berkata Xia Ai akan sadar sebentar lagi," jelas Zang Xuen Chi menenangkan ibunya.

"Syukurlah, siapa yang melakukan ini pada menantu ibu!" geram Permaisuri Liu Ning.

"Uughh..." lenguh Xia Ai dan mengalihkan perhatian ketiga orang itu. Ia memutuskan untuk membuka matanya dan berpura-pura sadar, ketika merasakan ketegangan ruangan.

"Nak..?" panggil Permaisuri Liu Ning.

"Ib-bu.."

"Apa kau baik-baik saja, nak? Dimana yang sakit, ha?" Permaisuri Liu Ning bertanya, sambil menatap Xia Ai lekat.

"Tidak ada Bu, aku sudah lebih baik,"

"Xia'er kemana saja kau sedari tadi? Dan mengapa kau pulang dengan keadaan seperti ini?" Zang Xuen Chi bertanya penasaran.

Menyadari bahwa permainan akan di mulai, Xia Ai bangun dari tidurnya dan bersandar, kemudian memainkan peran nya sebagai korban penculikan.

Ya ampun•~• si Xia lebay bet, anjir..

"Maafkan aku. Tadi saat sedang membaca buku, tiba-tiba saja ada yang membekap ku dari belakang menggunakan kain. Lalu setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi.  Kemudian saat aku bangun, aku menemukan diriku di dalam hutan yang lebat dengan tangan dan kaki terikat. Aku berusaha melepaskan diri dan berhasil, setelah itu aku berjalan dengan bersusah-payah kembali ke istana. Maafkan aku karena sudah membuat kalian panik," jelas Xia Ai panjang lebar dengan, sedikit bumbu kesedihan dan penganiyaan.

Jangan lupakan air matanya yang menetes, membuat kesan menyedihkan amat terlihat.

Zang Xuen Chi, kaisar, dan permaisuri merasa marah dan kasihan terhadap Xia Ai.

Mereka marah pada orang yang dengan lancangnya menculik Xia Ai dan meninggalkannya di hutan. Mereka kasihan pada Xia Ai karna kejadian yang menimpanya. Untung saja dia berhasil melepaskan diri dan kembali. Jika tidak, entah apa yang terjadi pada gadis malang ini.

Tangan Zang Xuen Chi bergerak dan mengusap pipi Xia Ai lembut.

"Tidak perlu meminta maaf pada kami. Kau tidak bersalah, aku akan mencari siapa yang dengan lancangnya menculik Xia'er ku,"

"Benar nak, maafkan atas buruknya penjagaan di istana Zen dan membuat para penjahat bisa masuk dan membawamu," ujar Kaisar yang sedari tadi diam pun bersuara.

"Tidak perlu kaisar, ini juga kecerobohan ku."

Xia Ai berusaha mengelak agar kebohongannya tidak menjadi kekacauan.

Setelah beberapa perbincangan yang berbelit-belit. Akhirnya Zang Xuen Chi, kaisar, dan permaisuri berpamitan untuk kembali ke kediaman masing-masing

Kini tinggal Xia Ai yang sendirian di kamarnya. Tapi itu tak berlangsung lama, karena Chu Mei mendadak datang karna dia mendengar bahwa kakaknya pulang dengan keadaan yang buruk pun segera bergegas menuju kediaman mawar.

"Kakak! Apa Kakak tidak apa?!" Ujar panik Chu Mei, ia memeriksa tubuh Xia Ai bolak-balik. Membuka kelopak mata gadis itu, melihat setiap inci wajahnya, serta mengecek gigi kakaknya.

"Aku tak apa Chu Mei. Tenang saja," jawab Xia Ai lembut.

"Kau daritadi kemana saja kak? Aku tidak menemukan mu di manapun,"

"Shuttt.."

"Kemarilah," bisik Xia Ai menyuruh Chu Mei mendekatkan telinganya.

Chu Mei yang mengerti pun segera mendekat dan mendengar bisikan Xia Ai yang menceritakan seluruh kejadian sebenarnya, tentang ia berbohong dan bersandiwara.

Chu Mei yang sudah mendengar cerita Xia Ai seketika menutup mulutnya dengan tangan. Kakaknya ini ternyata mempunyai bakat tersembunyi, ia tak pernah menyangka bahwa kakaknya akan sangat lihai dalam bermain drama.

"Apa kau bersungguh-sungguh, Kak? Aku tak pernah menyangka kau akan sangat pintar seperti ini!" histeris Chu Mei terkejut sekaligus gembira.

"Shuutt.. kecilkan suaramu!" peringat Xia Ai yang kesal karna adiknya ini sangat ceroboh.

Chu Mei yang diperingati pun segera menutup mulutnya.

Astaga! Ini terlalu mengesankan.

"Tapi..apakah luka ini asli?" tanya Chu Mei, kemudian menggenggam lengan Xia Ai yang di perban.

"Awwh.. tentu saja asli!" Xia Ai meringis.

"Eheheh..aku kira palsu," balas Chu Mei sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kak, apa kau sudah berubah? Sejak kau tinggal di istana ini, kau tidak lagi lugu, polos, dan pemalu,"

"Aku tidak berubah, hanya saja aku menyadari, bahwa perlu sedikit trik untuk hidup di istana. Tapi aku tetaplah kakakmu, saudara kembarmu."

Xia Ai memeluk Chu Mei dengan gembira, dan dibalas oleh gadis itu.

"Kembar tiga haha.. Aku tak mengerti mengapa kita tidak terlihat sama baik dari segi wajah dan sifat,"

"Kita bahkan melupakan adik kita yang licik itu. Kira-kira bagaimana kabarnya saat ini?" Chu Mei berfikir sejenak.

 Triplet Princesses [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang