Rasa ingin tahu

90 7 0
                                    

Setelah kepergian Zang Jinxu yang tidak tahu menuju kemana, dan hanya menyisakan Luo Mo Chen dan Mei Lan yang sedari tadi diam ketika melihat interaksi kedua orang di hadapannya itu.

Dalam hati, Mei Lan berteriak kegirangan ketika melihat Zang Jinxu yang tampan. Parasnya tak jauh berbeda dari Zang Xuen Chi.

Tentu saja, mereka Kakak Adik, kan?

"Mohon maaf atas ketidaknyamanan putri. Mari melihat-lihat tempat ini," ajak Luo Mo Chen, ia mempersilahkan Mei Lan berjalan terlebih dahulu dan diikuti jendral di belakangnya.

"Duduklah."

Mei Lan berhenti pada salah satu besar dan menyuruh pria itu duduk si sebelahnya untuk menanyakan sesuatu dan dituruti pria itu.

"Jendral, apa yang kau ketahui tentang hubungan Putra dan Putri Mahkota sejauh ini?" Gadis itu bertanya penasaran tentang seberapa besar rasa cinta Zang Xuen Chi terhadap si sampah itu.

Luo Mo Chen terkejut ketika mendengar pertanyaan dari putri di hadapannya ini.

"Hamba tidak berani, putri. Itu urusan keluarga kekaisaran yang tidak sepantasnya hamba ketahui,"

"Sudah ku bilang padamu jendral, tidak perlu se-formal itu,"

"Lagipula, aku hanya bertanya padamu tentang apa yang kau ketahui. Bukan menyuruhmu untuk mencari tahu?"

Ia hanya ingin mengorek informasi dari orang-orang istana ini, tentang seberapa kuat posisi si sampah itu di sini, agar ia tidak salah mengambil langkah.

"Bukankah putri sendiri adalah saudara kembar Yang Mulia Putri Mahkota? Bagaimana bisa putri tidak mengetahui seluk-beluk hubungan dari saudara putri sendiri?" Luo Mo Chen bertanya heran. Bukankah mereka saudara?

"Ku harap kau tahu, kalau aku tidak sedekat itu dengan para saudaraku," jawab Mei Lan sambil memainkan kuku jarinya, tanpa menatap Luo Mo Chen yang gelagapan karna merasa telah menyinggung Putri Bungsu Wang di hadapan, pria itu segera berlutut.

"Mohon ampun atas kelancangan hamba, putri. Hamba pantas dihukum,"

Mei Lan menatap Luo Mo Chen di hadapannya yang sedang berlutut meminta maaf padanya.

"Bangunlah, aku tak apa, yang kuminta adalah kau menjawab pertanyaanku tadi,"

Luo Mo Chen kembali duduk di sebelah Mei Lan dan menjawab pertanyaannya sebisa mungkin.

"Dari rumor yang beredar, di katakan bahwa Putra Mahkota sangat mencintai Putri Mahkota. Itu terbukti saat beberapa hari sebelum pernikahan dilangsungkan, Putri Mahkota sempat menghilang, yang membuat Putra Mahkota sangat panik dan mengerahkan seluruh prajurit untuk mencarinya. Hingga akhirnya Putri Mahkota kembali dengan sendirinya dalam keadaan kacau dan terluka. Berdasarkan penjelasan Putri Mahkota, bahwa ia diculik dan dibawa ke dalam hutan," jelas Luo Mo Chen menyampaikan kabar yang ia dengar selama ini.

Mei Lan mengerutkan alisnya terkejut sekaligus heran. Bukankah sampah itu sangat penakut? Dia bahkan tidak memiliki musuh. Siapa yang berani menculiknya? Di dalam Istana Kekaisaran Zang? Penjahat mana yang berani menculik calon Putri Mahkota pada saat itu?

"Apa kau yakin dengan kabar ini?" tanya Mei Lan memastikan, dan di balas anggukan yakin Luo Mo Chen.

"Namun, setelah diselidiki. Kami tidak menemukan apa-apa, ataupun jejak yang jelas,"

Gadis itu mengerutkan keningnya.

Ada yang tidak beres.

Mei Lan berdiri dari duduknya begitupun Luo Mo Chen.

"Baiklah jendral, terima kasih atas waktumu. Aku ingin kembali ke kediaman ku,"

"Baik Putri,"

Setelah itu Mei Lan melangkahkan kakinya menuju kediaman nya sambil terus berfikir.

Sementara itu di Kediaman Matahari.

Zang Xuen Chi terlihat sedang menyisir rambut panjang Xia Ai dengan lembut.

"Xia'er,"

"Ya?" sahut Xia Ai.

"Apa aku bisa meminta sesuatu darimu?" tanya Zang Xuen Chi yang membuat Xia Ai penasaran, kemudian dibalas anggukan.

"En,"

"Tetaplah menjadi Xia Ai ku yang manis. Jangan menjadi Xia Ai yang dingin dan kejam. Aku hampir tidak bisa mengenali dirimu saat kau melawan Mei Lan di pertunjukan bakat saat itu,"

Xia Ai tersenyum ketika mendengar permintaan suaminya ini. Ia masih Xia Ai yang lembut. Tetapi ada saatnya ketika ia harus bertindak tegas dan kejam.

"Xuen, aku tetaplah Xia Ai mu yang manis. Masalah itu, aku hanya memberi pelajaran pada adikku agar dia berubah menjadi lebih baik,"

Zang Xuen Chi hanya mengangguk sambil tersenyum. Hingga selesai sudah ia menata rambut istrinya.

"Nah, selesai. Istriku semakin cantik dengan rambut seperti ini." Zang Xuen Chi meletakan dagunya di pundak Xia Ai sambil tersenyum manis, dan itu semakin membuat Xia Ai terpesona akan ketampanan suaminya.

"Xia'er, aku akan keluar sebentar, ada beberapa pekerjaan di ruang kerjaku hmm." Zang Xuen Chi berpamitan pada Xia Ai, lalu mengecup singkat pipinya.

Di tengah perjalanan menuju ruang kerjanya, pria itu bertemu dengan Mei Lan yang menuju ke kediamannya.

Mei Lan seketika memperbaiki raut wajahnya yang semula berfikir keras, kemudian mengeluarkan senyuman paling manis nya. Ia masih sangat memimpikan untuk menjadi istri Zang Xuen Chi yang telah lama ia sukai, tapi karena si sampah, itu mimpinya harus tertutup, dan ia akan berusaha mencari jalan untuk merebut Zang Xuen Chi apapun yang terjadi.

Zang Xuen Chi yang melihat Mei Lan di kejauhan pun memutar bola matanya malas.

Merusak pemandangan saja.

"Salam, Putra Mahkota." Mei Lan memberi salam pada Zang Xuen Chi dengan senyum manisnya yang belum luntur.

"Hmm.." pria itu hanya memberi deheman singkat pada Mei Lan yang menatapnya berbinar seakan haus akan belaian seorang pria.

Menjijikkan!

"Kebetulan sekali kita bertemu di sini, Putra Mahkota, apakah kita berjodoh?"

Tanpa tau malu, Mei Lan berucap hal yang tidak pantas pada Zang Xuen Chi yang sudah berstatus menikah, dan sudah memiliki seorang istri saat ini.

Para pelayan dan pengawal yang mengikuti Zang Xuen Chi menegang ketika mendengar ucapan Putri Wang Mei Lan yang katanya sangat disayangi olah Kaisar dan Permaisuri Wang.

Siapa sangka, dia bahkan berani menggoda Putra Mahkota dengan ucapan nya itu tanpa tahu malu.

Zang Xuen Chi semakin geram akan tingkah tidak tahu diri Putri yang satu ini. Apa Kaisar dan Permaisuri Wang tidak mendidik anak mereka dengan benar?!

"Perhatikan ucapan mu, putri."

"Benwang harap kau tidak lupa, kalau Benwang baru saja menikah dengan saudara mu semalam," sarkas Zang Xuen Chi dengan tatapan dingin.

Diam-diam gadis itu menggertakkan giginya kesal. Ia penasaran, apa yang bagus dari si sampah itu. Lihat saja, ia akan melenyapkan Xia Ai dengan tangannya sendiri.

Setelah berkata, Zang Xuen Chi melanjutkan langkahnya dan melewati Mei Lan begitu saja.

Gadis itu menghentakkan kakinya kesal akan ucapan Zang Xuen Chi barusan yang secara tidak langsung mempermalukan dirinya dihadapan para prajurit dan pelayan.

 Triplet Princesses [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang