Kekesalan Zang Jinxu

111 8 0
                                    

Zang Xuen Chi berpikir sebentar. Kalau dipikir-pikir, memang benar kalau saudara seayah mereka itu sangat sombong. Meski ia yang paling tua dari semua saudaranya, tapi seumur hidupnya tinggal di istana dan hidup berdampingan dengan mereka semua.

Bahkan bisa dihitung dengan jari bahwa mereka hanya bertegur sapa beberapa kali.

Ia mengerti bahwa adiknya ingin seorang teman, apalagi sikapnya yang ceria. Sangat bertolak belakang dengan nya yang cuek. Tapi maksudnya bukan dengan Chu Mei juga!

Zang Xuen Chi memijat kepalanya yang berdenyut. Ia benar-benar tidak tahu apakah mereka berdua cocok untuk menjadi teman.

Baiklah, lihat saja nanti apa yang terjadi di antara mereka.

Zang Jinxu yang melihat kakaknya melamun pun geram. Ia sangat tidak suka diabaikan seperti ini!

Kemudian tangannya bergerak dan mengguncang lengan pria itu.

"Kakak!!" Zang Jinxu berteriak tepat di telinga Zang Xuen Chi yang membuat nya terperanjat kaget.

"Anak bodoh! Apa yang kau lakukan hah!"

"Kau yang bodoh! Kenapa kau mengabaikan ku!" Protes Zang Jinxu membalas teriakan Zang Xuen Chi tak kalah keras.

"Terserahku mau mengabaikan mu atau tidak. Memangnya kau itu siapa?"

Zang Xuen Chi mengejek adiknya yang bodoh itu. Ia tahu bahwa adiknya paling tidak suka diabaikan dan diejek, tapi malahan itu adalah sesuatu yang sangat menyenangkan baginya.

"Kau Putra Mahkota sialan! Mengapa Putri Xia Ai mau menikah dengan orang menyebalkan sepertimu!" Ujar  Sinis pemuda itu beradu mulut dengan nafas menggebu-gebu, ia sangat kesal dengan kakaknya ini.

"Tentu saja mau, karena apa?... Karena aku tampan, hahahah!" Zang Xuen Chi semakin gencar memancing emosi Zang Jinxu yang wajahnya memerah karena marah.

"Tampan dari mananya? Kau lebih mirip seekor kera daripada Putra Mahkota!" Zang Jinxu berbalik mengejek Zang Xuen Chi yang melongo karna disebut mirip kera.

"Kalau begitu, kau adalah adiknya kera," ujar Zang Xuen Chi santai.

"Bilang saja kau iri," balas pria itu pada setiap ucapan pedas yang keluar dari mulut Zang Jinxu dengan telak.

"Kau bilang apa? Iri? tentu tidak. Wajahku lebih tampan darimu, asal kau tahu." Pemuda itu berkata dengan percaya diri nya.

"Hei saudaraku, berkacalah sejenak. Lihatlah wajahmu lebih mirip seperti babi di peternakan," cerca Zang Xuen Chi tak mau kalah.

"Kau!.." Zang Jinxu sudah kehabisan kata-kata lagi untuk melawan kakaknya.

"Aku akan mengadukan mu pada kakak ipar! Dia pasti akan mendukung ku!" Ancam Zang Jinxu yang sudah geram setengah mati.

"Silahkan," balas pria itu dengan santai.

Karna ia sudah sangat tahu apa yang akan dilakukan anak ini jika dia kalah berdebat dengannya. Biasanya dia akan mengadukan kepada ibunya. Tapi sekarang karna sudah ada Xia Ai, maka dia pasti akan mengadukan pada Xia Ai.

Zang Jinxu berjalan dengan menghentakkan kakinya kesal, awas saja! Ia akan mengadukan kakaknya kepada kakak iparnya, pasti kakak iparnya mau membantu nya!.

Di kediaman mawar, Xia Ai sedang tidur dengan tenang karena ia sungguh kelelahan. Tapi ketenangan itu tak berlangsung lama setelah pintunya di dobrak oleh Zang Jinxu. Meskipun Zang Jinxu lebih tua 2 tahun darinya, tapi anak itu tetap memanggilnya kakak ipar.

"Kakak ipar..." Zang Jinxu menangis di ambang pintu kediaman Xia Ai, wajahnya sangat memilukan untuk dilihat.

Xia Ai yang terbangun pun segera menghampiri adik iparnya, apa yang membuatnya menangis hingga seperti ini?

"Kak-ak ipa-r.." ujar Zang Jinxu menangis sesegukan, ia sangat yakin kakak iparnya akan menghukum kakak sialan nya itu.

"Iya, ada apa adik ipar? siapa yang membuatmu seperti ini?" Tanya gadis itu tidak mengerti apa yang sedang terjadi saat ini.

"Kakak ipar, aku meminta keadilan," ucap Zang Jinxu yang sudah berhenti menangis.

Xia Ai mengerutkan alisnya heran, kemudian menjawab

"En."

BRAKK!!

Suara pintu didobrak keras. Aish,  sepertinya pintu itu tak lama lagi akan rusak.

Sosok Zang Xuen China bersandar di pintu kediaman, pria itu tersenyum miring sambil melipat kedua tangannya di dada. Ia ingin melihat apakah adiknya itu berani mengadukan dirinya pada Xia Ai setelah melihat nya.

"Itu dia!" Pemuda itu menunjuk Zang Xuen Chi dengan tatapan permusuhan.

"Kakak ipar, tolong marahi kakak sialan ku itu! Dia sudah mengejekku,"

Zang Jinxu mengadu pada Xia Ai yang masih kebingungan. Tapi kemudian ia mengerti situasi dan mengangguk.

Di luar perkiraan Zang Xuen Chi, ternyata adiknya itu punya nyali yang besar untuk mengadukan pada Xia Ai. Keringat dingin membasahi dahinya.

"Xia'er ak- aku.." belum selesai Zang Xuen Chi berbicara, tapi Xia Ai sudah memotong dan memarahinya.

"Xuen! Apa yang kau lakukan pada adik ipar ku!"

Zang Jinxu yang berada di belakang Xia Ai pun tersenyum penuh kemenangan. Ia sangat puas karna kakak iparnya mau membelanya,  terlebih lagi ekspresi kakaknya yang terlihat panik. Mungkin ia akan menjadikan kakak iparnya sebagai tempat mengadu yang pas.

"Lihatlah kak, calon suami mu itu sangat buruk! Dia daritadi terus mengejek dan mengatai wajah tampan ku ini seperti babi di peternakan," ujar Zang Jinxu kembali mengompori Xia Ai.

"Siapa yang berani mengatai adik ipar ku yang tampan ini seperti babi di peternakan?" Ucap Xia Ai menyindir Zang Xuen Chi yang kalang-kabut di ambang pintu. Matilah!

"Xia'er bukan itu maksudku," Zang Xuen Chi berusaha menjelaskan.

"Dia adikmu, Xuen. Mengapa kau mengejeknya?"

Xia Ai benar-benar tidak mengerti dengan sikap Zang Xuen Chi yang mau membuang waktu nya untuk meladeni sikap kekanak-kanakan Zang Jinxu.

"Benar kan, Kak! Dia bahkan tidak bisa berkata-kata," imbuh Zang Jinxu.

Xia Ai maju dan menjewer telinga Zang Xuen Chi dengan kuat.

"Aduh! Aduh! Xia'er!" Zang xuen chi berteriak kesakitan. Kali ini ia benar-benar kesakitan karena Xia Ai menggunakan tenaga dalamnya.

"Iya Kakak! Benar! Cabut saja telinga nya, Kak!" Zang Jinxu bersorak senang.

Xia Ai melepas tangannya dari telinga pria itu. Zang Xuen Chi segera mengusap-usap telinganya yang berdenyut nyeri, kali ini Xia Ai tidak main-main, tampaknya telinganya sudah merah sebelah.

 Triplet Princesses [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang