Kabar gembira

86 8 0
                                    

Beberapa Minggu telah berlalu. Chu Mei kini sudah kembali ke Kekaisaran Wang, karena Kaisar dan Permaisuri yang membujuknya tak henti-henti dan berakhir Chu Mei menyetujuinya, meskipun ia tidak rela berpisah dari kakaknya.

Kehidupan Xia Ai pun masih tenang-tenang saja selama di Kekaisaran Zang. Hanya saja, perutnya sedikit tidak enak akhir-akhir ini. Ia sering muntah dan pusing, dan itu membuat Zang Xuen Chi menghawatirkan kondisi istri kecilnya itu.

Dan di sinilah sekarang, Xia Ai sedang di pangkuan Zang Xuen Chi dan bermanja-manja. Entah mengapa ia sangat ingin terus berada di dekat suaminya itu. Jika tidak, maka ia akan merasa kesepian dan berakhir menangis.

Zang Xuen Chi juga sedikit heran dengan sikap istrinya belakangan ini. Ia bahkan tidak di perbolehkan untuk melakukan pekerjaan dan memeriksa dokumen walaupun hanya sebentar.

Untung saja ayahnya tidak masalah dengan sikap manja istrinya, karena dia sangat menyayangi menantunya itu.

"Xuen, kau sangat harum," ucap Xia Ai sambil mengendus-endus aroma tubuh Zang Xuen Chi yang membuatnya nyaman.

"Tentu saja Xia'er, kau juga sangat manis hmmm..." balas Zang Xuen Chi, lalu mencium seluruh inci wajah Xia Ai tanpa terkecuali, dan itu membuat Xia Ai kegelian hingga tertawa.

"Hahahaha, sudahlah Xuen, kau membuatku geli," ucap Xia Ai di sela tawanya.

"Aaawwss..."

Xia Ai meringis pelan sambil memegangi perutnya yang keram. Zang Xuen Chi seketika menghentikan tawanya dan menatap istrinya khawatir.

"Ada apa Xia'er? Perutmu kenapa?" tanya Zang Xuen Chi beruntun sambil mengusap perut Xia Ai lembut.

"Aku tidak tau. Belakangan ini selalu saja begini, dan itu terkadang membuatku kesakitan," keluh Xia Ai menatap Zang Xuen Chi dengan mata sayu.

"Mengapa kau tidak mengatakannya padaku? Bagaimana jika itu parah dan membahayakan mu?"

Zang Xuen Chi semakin panik dan terkejut ketika mengetahui bahwa istrinya sudah kesakitan sejak lama. Ia berdiri dan menggendong Xia Ai menuju tempat tidur, lalu keluar dan menyuruh salah satu pengawal kediaman untuk memanggil tabib untuk istrinya.

"TABIB ISTANA MEMASUKI KEDIAMAN!!"

Tak lama setelahnya munculah sosok tabib Istana dengan menenteng kotak obatnya, dia berjalan tergesa-gesa menghampiri Zang Xuen Chi yang duduk di pinggir ranjang sambil menenangkan Xia Ai yang meringis kesakitan, ia mencengkram erat perutnya yang sangat sakit.

"Salam, Yang Mulia Putra Mahkota dan Putri Mahkota," tabib itu memberikan salam dan membungkuk hormat.

"En, cepatlah periksa istri Benwang. Dia mengatakan bahwa perutnya terasa keram serta pusing dan muntah," Zang Xuen Chi menjelaskan pada tabib dengan teliti.

Tabib mengangguk mendengar penjelasan Zang Xuen Chi, lalu memeriksa Xia Ai yang berbaring lemah setelah rasa sakit hebat itu.

Tabib mengangguk tersenyum setelah memeriksa Xia Ai. Zang Xuen Chi yang melihat tabib tersenyum pun menjadi heran.

Mengapa dia tersenyum?

"Mengapa kau tersenyum, tabib? Apa Putri Mahkota tidak apa-apa?" Zang Xuen Chi bertanya penasaran dengan raut wajah khawatir dan bingung.

Tabib berdiri dengan wajah ceria berseri. Ini kabar gembira untuk seluruh Kekaisaran Zang.

"Selamat Yang Mulia, Yang Mulia Putri Mahkota sedang mengandung,"

Jantung Zang Xuen Chi seolah berhenti berdetak sejenak ketika mendengar ucapan tabib barusan. Ia akan menjadi seorang Ayah!

"Be-benarkah? Benwang akan menjadi seorang Ayah?" tanya Zang Xuen Chi sekali lagi, untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar, dan di balas anggukan tabib.

Kemudian tabib itu keluar dari kediaman setelah memberi salam hormat.

Rasa senang bukan main. Ia memeluk Xia Ai yang kebingungan dengan rasa bahagia. Pria itu mengecup setiap inci wajah Xia Ai penuh suka cita.

"Terima kasih Xia'er, terima kasih." Zang Xuen Chi melontarkan kata-kata itu berulang kali dan semakin membuat Xia Ai kebingungan.

"Ad-ada apa Xuen?" Xia Ai bertanya kebingungan dengan sikap gembira yang diberikan Zang Xuen Chi padanya.

"Di dalam sini ada malaikat kecil kita," jawab Zang Xuen chi sembari mengelus perut datar Xia Ai dengan bahagia.

Air mata Xia Ai menetes. Ia akan segera memiliki anak!

"Be-benarkah Xuen?" tanya Xia Ai tak percaya dan memegang perutnya dengan tangan gemetar.

"Tentu saja, semua orang akan bahagia mendengar kabar ini," Zang Xuen Chi menjawab dengan senyuman haru.

Kabar bahwa Putri Mahkota sedang mengandung pun menyebar dengan cepat bagai hembusan angin. Seluruh kekaisaran sangat senang karena Putri Mahkota yang terkenal baik dan rendah hati akan segera memiliki seorang anak. Mereka membuat festival perayaan untuk Putri Mahkota mereka.

Kaisar dan Permaisuri Zang pun tak mau ketinggalan. Mereka segera menghampiri menantu kesayangan mereka dan memberikan selamat serta hadiah yang banyak dan mahal.

Kaisar, permaisuri, para selir dan putri, serta pangeran mendatangi kediaman matahari Zang Xuen Chi untuk melihat Xia Ai dan memberikan selamat, atau ada yang hanya sekedar penasaran dan tidak terlalu perduli.

Salah satu dari selir kaisar tampaknya menunjukkan tatapan kebencian dan tidak suka, akan tetapi disembunyikan rapi dengan senyuman bahagia.

Siapakah itu?

"Aiyo! Menantu Ibu sangat pengertian hingga memberikan permaisuri ini cucu dengan begitu cepat,"

Permaisuri Liu Ning berucap dengan senyum sumringah sambil mengelus perut rata Xia Ai yang berbaring karna kepalanya masih pusing.

"Begitu saja sudah merasa bangga," ujar Zang Bai Nian yang tampaknya masih menyimpan dendam kesumat dan tidak terima dengan kehadiran Xia Ai di Istana Kekaisaran Zang.

Semua orang sontak mengalihkan pandangan mereka yang dengan berani menghina Putri Mahkota dan juga calon anaknya.

Zang Xuen Chi yang mendengar bahwa ada seseorang yang dengan berani menghina istri dan juga calon anaknya, segera mengeluarkan kekuatan nya dan mengarahkannya pada Zang Bai Nian.

Zang Bai Nian yang tidak siap akan serangan tiba-tiba itu pun melayang di udara dengan lehernya yang terasa tercekik.

"SUDAH KUBILANG! JANGAN PERNAH MENGUSIK ISTRIKU ATAU KAU AKAN MATI DI TANGANKU!!"

Zang Xuen Chi benar-benar murka atas ucapan meremehkan putri dari selir ayahnya. Nampaknya anak ini tidak jera juga setelah berulangkali mencari gara-gara dengan istrinya.

"PERGILAH KAU! INI PERINGATAN TERAKHIR DARIKU!"

Setelah berucap, Zang Xuen Chi menghempaskan tubuh Zang Bai Nian ke arah pintu kediaman dengan keras hingga pintu itu terbuka.

Para pelayan dan pengawal yang berjaga di luar kediaman seketika terkejut kala mendapati putri ketiga yang terlempar dengan keras dan tergeletak di lantai dengan mengenaskan.

Zang Bai Nian yang mendapatkan penghinaan pun berjalan dengan tertatih-tatih serta sumpah serapah yang keluar dari mulutnya terus menerus.

Xia Ai menunduk sedih atas perkataan Zang Bai Nian. Ia menjadi sensitif atas perkataan dan perilaku terhadapnya sehingga membuatnya mudah menangis.

Kaisar, permaisuri dan Zang Xuen Chi menatap sedih dan kasihan pada Xia Ai yang kini terisak pelan di dekapan Zang Xuen Chi yang menenangkan nya.

"Maafkan perilaku Putri ketiga, Xia Ai. Dia sudah sangat keterlaluan dan tidak jera dengan hukuman yang Zen berikan,"

"Selir Agung, Zen harap Selir Agung menemui Zen di ruang kerja setelah ini," lanjut Kaisar Zang sambil menatap tajam ke arah selir Rong Chen yang berkeringat dingin.

Jika putrinya tidak segera berubah maka posisinya sebagai Selir Agung bisa saja tergeser.

 Triplet Princesses [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang