3. Kejahatan Siswa

89 10 0
                                    

"Zack, tunggulah di luar. Aku mencium aroma darah disini, kenapa anak-anak sering melakukan tindakan kejatahan melebihi orang dewasa?" Aku berjalan masuk ke dalam ruangan yang begitu pengap.

Aroma amis dan usang menjadi begitu berbaur. Ini sangatlah bau dengan debu-debu yang berterbangan. Gudang ini sangat kotor dengan darah berceceran di lantai. Aku menatap ke atas dan melihat lima tali yang terpotong. Apa mereka membunuh dan menggantungkan tubuh korban disini?

"Ketua Kang, tangkap mereka semua di dalam daftar dan bawa mereka di hadapanku."

"Apa? Apa yang katakan?"

"Tangkap mereka! Apa kau tidak paham?" Tanyaku memakai sarung tangan dan masker.

Aku tidak tahan akan tempat ini. Tidak bisakah dia menurut saja? Aku yang memegang kendali atas kasus ini.

"Ketua Kang, tolong turuti Soora. Untuk saat ini hanya dia yang bisa menyelesaikan kasus ini." Zack membantuku.

"Ck... Jika kalian membuat keributan. Aku akan melaporkannya!" Tunjuk Ketua Kang pada kami.

Dia yang meminta bantuan, dia juga yang akan melaporkan kami. Dia pikir dia siapa? Aku akan membuka mata indranya nanti. Lihat saja! Apa saja bisa tahan dengan pada roh di atas sana. Kenapa wajah mereka sangat buruk rupa? Apa mereka tidak lelah bergelantungan di atas sana?

"Tolong!"

"Le-paskan kami!"

"Kami tidak ingin mati!"

"Hah..." Aku sepertinya tidak akan makan sampai malam ini.

Ketua Kang membawa 20 anak yang menjadi calon tersangka. Mereka semua ketakutan melihat gudang ini. Jadi, siapa yang membunuh anak-anak itu? Aku muak melihat mereka melakukan tindakan keji. Sejujurnya di usia mereka, aku juga membunuh musuh yang akan menyerangku. Itu pembunuhan pertamaku tanpa rasa bersalah. Aku mulai terbiasa untuk membunuh seseorang tanpa membuatku ketakutan.

"Siapa di antara kalian yang membunuh lima orang anak di dalam? Aku akan beri kalian waktu 20 detik, satu..." Aku membuka tiap mata indra mereka.

"Dua..." Ini akan sangat menyenangkan.

"Tiga..." Jantungku berdebar-debar.

Apa mereka masih belum mengakuinya? Aku tersenyum dan menutup mata anak terakhir. Jika itu mau mereka semua, apa boleh buat? Aku sudah mencoba membuat pilihan untuk mereka kabur dari penderita neraka ini.

"Masukkan mereka semua!"

"Apa? Anak-anak ini?" Tanya Ketua Kang.

Siapa lagi? Dasar lambat! Aku menarik semua anak dan mendorong mereka masuk. Apa harus aku melakukan ini semua? Semua anak masuk ke dalam dengan wajah lebih ketakutan. Kenapa mereka tidak mengaku saja sejak tadi?

"Arghttt..."

"Tolong biarkan kami pergi!"

"Kumohon!"

"Arghttt... Mama!!!"

"Hiskkk..."

Jeritan mereka menggelar di gudang kecil ini. Aku menatap Ketua Kang yang kebingungan. Jika manusia normal melihatnya dia pasti tidak tahu apa yang anak-anak di atas katakan. Aku mendekati Ketua Kang dan membuka mata indranya.

M I N O R ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang