39. Bunuh Diri

51 11 0
                                    

Kenapa mereka menyukai Busan sebagai markas mereka? Aku sudah muak melakukan perjalanan ini dan melewati tempat yang membuatku teringat dengan Yuki dan Tim Inti. Kenangan yang manis tapi menyakitkan.

Apa hutan yang gelap ini tempat mereka menyembunyikan monster alami? Aku berjalan masuk tanpa berhenti, aku ingin segera menemui pria bertopeng itu.

"Berhenti!" Seseorang bersuara dari dalam kegelapan. Apa dia sebagai mencoba menjadi hantu penunggu hutan ini?

Aku tidak takut! Aku sudah siap menjadi bagian dari mereka.

"Siapa?"

"Harusnya aku yang bertanya, siapa kau? Ini bukan kawasan untuk kau masuki. Beruntung aku masih berbaik hati padamu, cepatlah pergi!" Dia keluar dengan wujud yang menyerupai monster.

Apa dia salah satu dari manusia yang diujicoba? Tapi sepertinya dia bukan orang baik.

Dorrr... Dorrr...

"Kau menembakku? Ternyata kau orang-orang bodoh itu. Belum puas bermain dengan kami?"

Dorrr... Dorrr...

Apa yang dia bicarakan? Aku menembakinya berkali-kali tanpa henti. Dia berlari dengan sangat cepat dan lincah. Aku mengambil bom tidur dan melemparkannya. Aku tidak ingin bermain dulu dengannya.

"Uhukkk... Wanita sialan!" Dia terjatuh begitu saja.

Dia tidak memiliki ketahanan pada bom tidur milik Rami. Aku sangat berterima kasih dia meninggalkan semua barangnya untuk kugunakan. Aku jadi bisa bersenang-senang hari ini.

Dorrr...

"Beraninya kau menyerang Luiz!"

Kepalaku berdarah lagi. Aku mengeluarkan peluru dari dalam kepalaku. Ini sangat geli

"Kau monster? Tidak kusangka aku bertemu dengan monster sepertimu!"

Dorrr... Dorrr...

Dia menembakku bertubi-tubi sampai semua tubuhku penuh dengan darah. Apa dia tidak tahu aku membawa hal yang berbahaya? Aku mengambil bom tidur dan melemparkannya padanya.

Tubuhnya terjatuh dari balik kabut ungu. Kenapa mereka sangat lemah dengan bom milik Rami? Aku menarik tubuh mereka berdua dan mengikatnya ke pohon. Aku akan datang lagi untuk bermain. Sekarang aku harus pergi ke tempat lebih menyenangkan lagi.

"Tunggu aku, aku akan merobek kulit kalian dan menyayatnya dari tubuh monster ini. Pfttt... Hahaha... Sialan!"

Aku tidak merasakan apapun. Yuki, apa yang aku lakukan ini benar? Apa kau tidak akan marah jika aku melakukan hal ini? Aku menatap dua orang tengah tertidur. Sayang sekali tidak meninggalkan sesuatu untuk mereka berdua.

Dorrr... Dorrr...

Jika hanya kaki mereka, mereka tidak akan mati.

Nikmati tidur kalian berdua sebelum aku datang membunuh kalian. Aku berjalan ke dalam hutan, semakin gelap dan dingin. Aku hanya mengikuti instingku saja tanpa tahu tempat apa yang akan kudatangi.

Apa ini tempatnya?

Besar sekali.

Semua orang begitu ramai dan tertawa di tempat terkutuk ini. Aku masuk dan berjalan gontai ke meja bar. Aku ingin meminum segelas alkohol. Kenapa mereka membuat tempat ini di tengah hutan? Apa mereka ingin monster datang dan meminum alkohol? Pasti begitu. Aku memilih duduk sendirian memperhatikan gelas kaca yang berisi warna merah seperti darah. Ini sangat enak!

"Tuan Bobby, anda sudah datang?"

"Berikan aku minuman tanpa alkohol. Aku tidak ingin mabuk malam ini, aku sudah cukup puas pesta bersama kalian. Para petinggi akan memarahiku jika aku tetap meminum alkohol tanpa bekerja."

"Baiklah."

"Hah... Dimana Luiz dan Jun? Aku harus mengambil sampel Mac. Kenapa mereka sangat lama menangkap penyusup?"

Apa orang-orang yang kuikat adalah Luiz dan Jun? Aku meminum minumanku dengan cepat. Ini sudah saatnya.

"Siapa kau? Kenapa pakaianmu penuh dengan darah? Aku belum meminta seseorang untuk mengurus Mac." Dia menepuk bahuku.

"Hah... Untuk apa mengurus peliharaan kalian?" Aku menatap orang bertopeng. Dia menatapku dengan wajah terkejut.

Terlambat untuk lari dari tempat ini.

"K-kau?" Dia mundur membuat semua orang memperhatikan kami.

"Pergilah kalian jika ingin selamat dari tempat ini. Kalian hanya memiliki waktu 10 detik."

Semua orang berlari keluar dari tempat ini. Waktu terus berjalan, setiap detik dan detik. Orang bernama Bobby tetap berada di tempatnya bersama beberapa orang yang bersenjata. Aku sudah meminta mereka untuk pergi. Sekarang giliran ku untuk meledakkan tempat ini.

"Kalian ingin melihat kembang api, boommm..."

Duarrr... Duarrr...

☠️☠️☠️

"Wanita sialan!" Bobby keluar dari puing-puing.

Tubuhnya tidak terpengaruh pada api yang membakar tempat ini. Aku tersenyum dan mendekatinya. Kali ini hanya ada aku dan dia. Hanya ada kami, dia tidak akan bisa lari dariku. Aku berlari dan menerjang tubuhnya. Jika dia tidak mempan dengan api, aku bisa menyayat tubuhnya. Api keluar dari dalam mulutnya dan mengenai tubuhku. Sudah kukatakan aku tidak akan terpengaruh pada apinya. Bajuku menjadi terbakar karenanya.

"Hey! Siapa yang menyuruhmu melawanku? Kau hanya perlu menerima pukulanku." Aku mencekik leher Bobby dan menyeret tubuhnya keluar dari kebakaran tempat ini.

Buggg...

Apa dia hanya memiliki kemampuan mengeluarkan api saja? Hanya itu? Hahaha... Bisa-bisanya dia lemah seperti ini saat melawanku. Apa hanya ini saja kemampuannya?

Buggg...

"Arghttt..."

Aku menekan lehernya dengan sangat kuat. Kenapa dia tidak melawanku? Aku sudah siap untuk bertarung dengannya!

"Lawan aku! Kau monster payah!" Kakiku menendang perutnya.

Dia memegang perutnya kesakitan, apa ledakan tadi menguncang jiwanya? Apa dia takut padaku? Aku bisa melakukan apa saja yang aku mau! Bermain-main dengannya adalah keahlianku.

"Apa kemampuan monster mu hanya sebatas seperti ini?"

Buggg...

"Arghttt..."

"Sialan! Kau tidak menarik sama sekali!" Aku membuka topengnya dan memukul wajahnya yang seperti monster air.

Wajah mengerikan ini! Brengsek!

"Hah... Kenapa aku tidak bisa menolong Yuki? Sialan!"

Yuki, kukira aku akan menemuimu hari ini. Tapi nyatanya bunuh diriku kali ini tidak berjalan dengan baik. Ini tidak seindah yang kubayangkan. Maafkan, aku. Kau akan menungguku sangat lama disana.

"Arghttt... Hiskkk..."

☠️☠️☠️

Salam ThunderCalp!🤗

Jangan lupa like, komen, dan share!

See you...

M I N O R ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang