"Tapi semua bukti mengarah pada Perusahaan Fabel. Mereka mendapatkan banyak saksi untuk memberatkan perusahaan anda. Apa anda bisa membuktikannya lagi pada kami? Ada banyak sekali bukti, kami tidak bisa percaya begitu saja."
Pak tua ini sangat cocok untuk melawan Perusahaan Fabel. Dia pasti sangat berjasa dalam banyak hal. Bahkan orang-orang disini tidak bisa seberani dirinya dalam berkomentar. Apakah Song Jaeseok akan memberikan pembelaan lagi? Kenapa aku merasa namanya tidak asing untukku? Apa kami pernah bertemu sebelumnya?
Brakkk...
Tubuhku maju dan menarik tubuh Inho. Siapa yang berani menembak pada situasi saat ini?
"Anda baik-baik saja?" Tanyaku pada Inho yang wajahnya begitu pucat.
"Aku baik."
Aku mengusap wajahku dan berdiri tepat di belakang tubuh Inho. Bagaimana mereka akan menjelaskannya saat ini? Aku menatap mereka semua, apa ini bukan masalah untuk mereka?
"Apa kalian hanya akan membicarakan permasalah Perusahaan Fabel saja. Bahkan perusahaanku tidak mengungkit permasalahan kalian semua. Bagaimana aku bisa menjelaskan pada orang-orang bebal seperti kalian? Dunia telah berganti, ini masanya dunia baru untuk menanti kita semua." Jaeseok berdiri bertepatan dengan orang-orang yang mengelilingi kami semua dengan senjata mereka.
Apa dia akan membunuh para pemimpin perusahaan? Apa dia berniat mengibarkan bendera perang? Aku mengetuk telingaku dan merentangkan tangan. Berapa banyak peluru yang akan mengenai Inho? Aku hanya perlu menyelamatkan tempat yang bisa mengancam keselamatan nyamannya. Jea akan datang sebentar lagi. Aku memegang kedua pundak Inho. Mungkin kami harus kabur sekarang.
"Apa yang kau lakukan Song Jaeseok?"
Semua orang nampak sangat panik. Tidak dengan seseorang berambut merah itu. Dia lebih tenang daripada lainnya.
"Biarkan aku mengurus perusahaanku, kalian para orangtua tidak perlu tahu. Aku memiliki peringatan untuk kalian. Jangan mengganggu urusanku dan aku tidak akan mengganggu kalian! Jika kalian masih berusaha menekanku, aku memiliki sesuatu untuk kalian semua."
Senjata mengarah pada kami dan siap mengeluarkan peluru. Kenapa dia sangat terus terang? Apa karena dia memiliki kartu as dari masing-masing pemimpin? Aku menatap Jaeseok yang mirip orang gila. Dia sangat gila! Untuk apa dia melakukan ini semua. Pertemuan ini hanya menjadi pertumpahan darah. Semua orang terdiam, tidak ada yang berbicara atau bergerak. Semuanya hanya diam sampai sebuah alarm kebakaran membuyarkan kami semua. Ternyata Jea sudah melakukannya.
"Kita akhiri pertemuan kali ini." Pria tua pergi bersama orang-orang.
Akhirnya aku bisa bernapas lega, aku membantu Inho untuk pergi. Sepertinya dia sangat ketakutan disini, aku juga sangat takut jika terjadi sesuatu padanya.
"Aku ada disini!" Bisikku padanya.
"Terima kasih. Aku hampir saja mati."
"Tapi siapa yang berani menembakmu? Aku tidak melihat pergerakan seseorang."
"Apa kau melihat pria berambut merah itu. Dia bersama musuh bebuyutanku."
Pria berambut merah? Apa dia mengincar nyawa Inho? Dimana dia saat ini? Aku harus menjaga Inho untuk waktu lebih lama lagi. Pria itu membuat keadaan menjadi sangat kacau. Terlebih Jaeseok mengancam kami semua. Aku lebih memilih untuk kabur dan membawa Inho pergi jika keadaan semakin kacau.
"Apa kabar Inho?"
"Tuan Evan. Saya tidak menyangka anda akan menyapa saya."
Dia bersama pria itu, apa Tuan Evan adalah musuh Inho? Dia lebih tua dari kakek-kakek yang sering aku temui dijalananan. Bahkan dia memakai tongkat untuk menyangga tubuh rapuhnya. Kenapa dia mencari musuh seperti Inho? Kesalahan apa yang Inho berbuat? Aku tidak mengerti jalan pikiran orang kaya. Apa mereka tidak bisa berdamai dan hidup bahagia dengan kekayaan mereka? Aku yakin mereka tidak perlu kesulitan untuk hidup di negara ini.
"Saya kagum pada sekretaris anda. Dia cepat tanggap." Tuan Evan tersenyum padaku.
"Dia adalah orang yang sangat berkompeten. Apa yang ingin anda lakukan pada saya lagi? Saya sudah katakan tidak akan mencampuri urusan anda lagi."
"Benar, tapi kenapa kau masih berhubungan dengan anakku?"
"Siapa yang anda maksud? Saya tidak memiliki hubungan apapun dengan anak anda. Terlebih wanita ini adalah wanita saya." Inho merangkul bahuku.
Apa dia memiliki hubungan tidak direstui? Aku harus berakting untuk menyakinkannya. Kenapa dia mencintai seseorang yang harusnya dia tidak cintai? Pasti berat untuk Inho menyukai anak dari musuhnya. Cinta memang gila.
"Kau mencampakkan putriku?"
"Lalu apa yang anda inginkan? Bukankah anda menginginkan saya menjauhinya? Saya sudah lakukan, kami tidak memiliki hubungan apapun. Anda tidak perlu khawatir kepada kami. Kami sudah memutuskan hubungan kami satu bulan yang lalu. Sekarang saya memiliki seseorang di hidup saya."
Pantas saja dulu dia mengajakku untuk minum. Dia pasti ingin melupakan kekasihnya. Aku mengusap mataku yang perih, kacamata ini membuatku kesulitan untuk melihat jalan. Aku melepaskan kacamata dan menatap Tuan Evan.
"Anda tidak perlu mengkhawatirkan sesuatu tuan. Saya memiliki hubungan baik dengan Oppa. Saya akan menjaganya dari wanita lain." Aku memeluk lengan Inho.
"Jika aku melihatmu disekitar putriku lagi. Aku akan terus mengikutimu. Camkan itu!" Tuan Evan berlaku pergi.
Aku terlalu ikut campur dalam permasalahan percintaan orang lain. Aku melihat pria berambut merah masih berdiri di depan kami. Apa yang dia lakukan? Apa dia masih berniat membunuh Inho?
"Apa kau dari Perusahaan Minor?" Tanyanya.
"Perusahaan Minor? Untuk apa saya bekerja disana jika Oppa memberikan segala untuk saya. Oppa, ayo kembali saja. Disini tidak cukup baik untuk kita." Aku menarik Inho pergi.
Kenapa dia bertanya? Apa dia salah satu anggota tim? Aku menengok ke belakang dan melihatnya yang melihatku. Aku akan mencari tahu nanti termasuk seseorang yang berdiri disana. Apa Jaeseok memperhatikan kami?
☠️☠️☠️
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
M I N O R ( END )
ActionPerusahaan Minor, perusahaan yang menangani semua kasus kejahatan. Mafia, penculik, pembunuhan, mata-mata negara, dan berbagai pekerjaan berbahaya lainnya. Tim Inti salah satu tim di Perusahaan Minor, tim yang berisi lima orang anggota paling ditak...