Part 2

20.5K 775 114
                                    

Satu bulan yang lalu, Leece baru saja memergoki kekasihnya tengah selingkuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu bulan yang lalu, Leece baru saja memergoki kekasihnya tengah selingkuh. Bukan sekadar keluar bersama, tapi lebih dari itu, sudah sampai tahap bercumbu, bercinta, menyatukan dua tubuh. Kalau diingat sangatlah menyakitkan pengkhianatan tersebut. Padahal, ia amat setia dan tak pernah melirik pria lain walau banyak yang sering menggoda atau berusaha mendekati. Alasannya sederhana, selain cinta, kekasih yang kini sudah menjadi mantan itu merupakan pria matang yang paling tampan diseluruh New York—tipenya. Namun, bertahan pada satu orang justru berhasil membuat perasaannya hancur lebur.

Bagi Leece, selingkuh sama dengan pengkhianatan. Itu amat menjijikkan. Bahkan ia sampai mual saat melihat dengan mata sendiri, bagaimana tubuh kekasihnya tengah menghentak di atas seorang wanita lain. Meski sudah diberikan berbagai alasan, ia tidak bisa menerima dan tetap memilih mengakhiri segalanya. Dua tahun yang dijalani bersama pun terbuang sia-sia.

Meski Leece yang memutuskan, tetap saja dia sedih. Ia tak sekuat itu sampai bisa menahan sesak di dada yang terus menerus memaksanya untuk meneteskan air mata. Hampir setiap hari pula menangis karena memang pilu sekali rasanya saat kepercayaan dinodai begitu saja. Seolah tidak dihargai sebagai pasangan.

Leece amat larut dalam kesedihan saat itu. Jarang keluar kamar, dan terlalu meratapi nasib cinta yang kacau. Namun, setelah dipikir-pikir, untuk apa terus menyiksa diri. Akhirnya memutuskan untuk membalaskan segala dendam sakit hati itu dengan cara menunjukkan pada mantan kalau ia bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik, lebih tampan, lebih menawan, pokoknya lebih segalanya. Dia mau memperlihatkan kalau bersama pria lain juga bisa bahagia.

Itulah sebabnya Leece memutuskan untuk pergi ke Helsinki menemui Faydor. Meminta bantuan pria itu agar rencananya bisa berjalan lancar dan sesuai harapan.

Awalnya Leece tidak pernah terpikir apa lagi terbesit nama Faydor Calle Giorgio sebagai kandidat yang bagus dan cocok. Tapi, sahabatnya bernama Anne membuatnya sadar dan membuka mata bahwa selama ini ada pria menawan sedang berkeliaran di dekatnya.

Saat itu sedang diadakan perayaan anniversary orang tua Leece. Anne juga datang ke sana, begitu pula Faydor beserta keluarga yang memang memiliki hubungan baik dengan keluarga Leece. Disanalah Anne pertama kali melihat Faydor, lalu menyatakan bahwa pria itu sangat cocok dimanfaatkan demi kepentingan pribadi karena memang mantan Leece tak ada apa-apanya dibandingkan Faydor.

Seolah tak ada kapoknya berurusan dengan pria tampan, kaya, menawan, dan berpesona tinggi. Leece tetap tidak menurunkan standar tipe lelaki idealnya walau sudah pernah dikecewakan dengan sosok yang memiliki daya pikat kuat.

Jadilah Leece terdampar di kota yang jauh dari asalnya—setelah melewati bentrokan hati dan isi pikiran. Tapi, nyatanya, sudah menurunkan pakaian dan harga diri pun tidak membuat rencananya berjalan lancar.

Leece pikir, semua pria sama saja, akan jelalatan dan tergiur jika dihadapkan oleh wanita tanpa busana. Namun, yang ada di depannya tidak ada menunjukkan ketertarikan maupun kegoyahan sedikit saja. Justru apa yang dilakukan Faydor? Menutup lagi tubuh seksinya.

Frustasi bercampur malu sudah berkecamuk di wajah Leece. Dia beringsut, berjongkok memeluk lutut dan kepala menunduk. Wanita itu menangis, otaknya buntu. Dengan menggoda pun tidak berhasil membuat target memakan umpannya.

"Tolong bantu aku, sekali ini saja," pinta Leece disela sesegukan yang mulai menyiksa.

Faydor yang hendak masuk kamar pun kembali mengurungkan niat kala telinga mendengar jelas ada isakan. Ia menengok ke belakang, Leece terlihat lebih kacau dibandingkan ketika awal masuk apartemennya. "Kau memiliki masalah?"

Hanya mengangguk jawaban dari Leece. Mau menjelaskan tapi ingus cairnya yang mendadak mulai meluncur dari hidung itu mengusiknya.

Melepas genggaman dari pegangan pintu yang tadi sudah ia buka, Faydor kembali mendekati Leece. Ikut berjongkok di depan wanita itu, lalu dua telapak kekarnya menyentuh lengan. "Duduk di sofa, jangan di sini." Dia menuntun Leece untuk berdiri dan beralih ke ruang santai.

Faydor memberikan tisu setelah Leece meletakkan pantat di tempat yang semestinya. Ia tidak duduk di samping atau menepuk pundak wanita itu. Bahkan tak ada niatan menenangkan sosok yang tengah bersedih dan sesegukan samar. Justru mengambil tempat di kursi yang terpisah. "Kenapa kau butuh bantuanku?"

Membersihkan basah yang membuat wajahnya kian terlihat kacau, Leece baru menjawab setelah sesegukan mulai reda. "Aku baru dikhianati kekasih, dia bercinta dengan orang lain, lalu ku putuskan secara sepihak."

"Kau punya dua kakak laki-laki dan satu Daddy. Mereka pasti akan menghajar mantanmu." Memangnya reaksi apa yang bisa diharapkan dari seorang Faydor? Manusia dengan kadar kepedulian amat minim itu. Dalam pikirannya, Leece butuh bantuan untuk memberikan pelajaran pada orang yang sudah menyakiti. "Untuk apa jauh-jauh ke Helsinki hanya memintaku supaya menjadi tukang pukul."

Leece sampai mencebikkan bibir, kesedihannya sirna, berubah jadi kesal. Sebenarnya pria dingin seperti Faydor bukanlah tipenya. Lebih suka yang hangat bagaikan kain wol di musim dingin. Tapi, kali ini terpaksa, demi rencananya saja. Tidak lebih.

"Bukan bantuan itu yang aku maksud. Tapi, menikah denganku," ungkap Leece. Suaranya kini sudah berubah total, tidak lagi sedih. Cepat sekali suasana hatinya berganti, mungkin efek dihadapkan dengan pria menyebalkan seperti Faydor. Atau karena air matanya hanyalah palsu demi mencari simpati belaka.

Kedua alis Faydor sampai naik ke atas, ekspresi terkejutnya sangatlah minim. "Tidak!" Itu jelas sekali kalau penolakan. Singkat pula jawabannya, tanpa memberikan alasan atau penjelasan kenapa tak mau.

"Pernikahan sementara, tidak lama. Hanya satu atau dua tahun saja," mohon Leece dengan wajah mengiba.

Ada senyum sinis di wajah Faydor. "Kau menjadikan aku sebagai pelarian untuk melupakan seseorang?"

"Bukan seperti itu maksudku." Leece menggeser posisi duduk hingga kian dekat dengan Faydor. Dia lalu menjelaskan tentang rencana pernikahan pura-pura tersebut. "Di sini kita bisa saling menguntungkan. Aku dapat membuktikan pada mantan kalau hidup lebih bahagia tanpa dia, dan mendapatkan suami yang jauh di atas standarnya."

"Keuntungan untukku?"

"Kau bisa menikmati tubuhku setiap kali menginginkan bercinta, nanti ku bagi saham yang aku punya juga. Bukankah itu sangat menguntungkan?" Leece amat bangga dan percaya diri dengan penawaran yang diberikan, seolah hal itu adalah sesuatu paling menarik yang bisa ia berikan sebagai jaminan.

Namun, reaksi Faydor justru terkekeh, menertawakan semua itu. "Kau sudah seperti adikku, mana mungkin ku lakukan apa yang kau ucapkan itu. Menikah dan bercinta denganmu? Tidak pernah mungkin terjadi."

Faydor lekas berdiri untuk mengakhiri pembicaraan yang ternyata tidak terlalu penting baginya. "Jika kau masih mau berlibur di Helsinki, silahkan tinggal di mansion keluargaku, jangan di sini. Aku tidak suka ada napas orang lain berkeliaran dalam apartemen ini!" Setelah mengusir secara kasar, kakinya terayun meninggalkan Leece seorang diri.

 Aku tidak suka ada napas orang lain berkeliaran dalam apartemen ini!" Setelah mengusir secara kasar, kakinya terayun meninggalkan Leece seorang diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote ya bestie, klik bintang yang ada di kiri bawah

Follow akun aku juga ya sayang

Masukin ke reading list jangan kelupaan

Revenge For A HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang