Part 17

8.4K 393 21
                                    

Jangan lupa tekan bintang di kiri bawah dulu sebelum lanjut baca ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tekan bintang di kiri bawah dulu sebelum lanjut baca ya. Follow aku juga

Selamat membaca part ini, panjang 2200 kata.

*****

Dalam waktu sekejap saja, tak sampai hitungan minggu, Faydor telah berhasil merubah persepsi Leece tentang sosok suami yang awalnya dikira dingin, acuh, menyebalkan, ketus, sinis, dan jauh dari kata hangat maupun perhatian. Baru satu hari setelah pernikahan pun wanita itu telah melihat sisi lain seorang Faydor Calle Giorgio. Terpesona bukan sekadar dari ketampanan saja, tapi sisi lain yang berhasil membuat hati menghangat.

Kini apa pun yang dilakukan oleh Faydor terasa seperti indah. Sekali pun pria itu hanya bergerak, berjalan, atau diam saja. Mungkin Leece tersihir. Entahlah, tapi apa pun yang membuatnya seperti sekarang, pasti ada alasannya. Yang jelas, kini ia menginginkan dicintai oleh suami sendiri.

Kalau tanpa cinta saja perhatian yang diberikan sudah terlihat nyata, lantas jika menggunakan perasaan akan seperti apa? Leece sangat penasaran. Pria misterius memang sangat menantang untuk digali.

Sejak sampai di Helsinki, Leece tidak pernah menyentuh kopernya sedikit pun. Faydor yang membawa. "Aku jadi seperti ratu," gumamnya seraya menyusul langkah kaki suami yang mulai bergerak menjauh menuju imigrasi.

Melihat lengan kekar Faydor tengah mendorong trolley barang, membuat otot-otot terlihat muncul ke permukaan dan menambah kesan macho. Leece tertarik untuk melingkarkan tangan ke sana.

Anggap saja sebagai langkah awal untuk mencuri perhatian. Daripada hanya dituduh terus menggoda, lebih baik Leece lakukan saja sungguhan. Toh sekarang misinya bukan lagi balas dendam pada mantan, itu sudah berhasil karena wajah Bernard saat melihatnya menikah pun cukup menunjukkan kalau tidak terima. Tapi, sekarang dia ingin meluluhkan hati suami.

Manusia memang begitu, tidak mudah puas. Selalu ingin mendapatkan lebih.

Dia benar-benar melakukan itu. Saat tangannya melingkar di lengan Faydor, hanya mendapatkan lirikan tanpa didorong menjauh. Lumayan, Leece tidak akan malu mendapatkan penolakan.

"Kenapa, kau pusing? Jet lag?" Justru sebuah pertanyaan yang dikeluarkan.

Padahal sebatas kalimat yang dilontarkan datar, tapi bagi Leece itu adalah bentuk perhatian. Mungkin sekarang sedang dikutuk karena dahulu menganggap dan menilai kalau Faydor itu manusia buruk hanya karena tampilan tanpa ekspresi dan jarang bicara.

Leece mengangguk membenarkan, padahal sama sekali tidak. "Takut tiba-tiba pingsan."

"Naik ke trolley, ku dorong saja, kau tak perlu jalan kaki," tawar Faydor.

Wajah Leece berubah kecut. Dia pikir akan dirangkul atau gandeng. Eh ... ternyata mau didorong jadi satu dengan koper. Memang luar biasa ide suaminya itu "Tidak, aku begini saya, malu dilihat orang, nanti dikira masih anak-anak."

Revenge For A HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang