Leece baru saja patah hati. Dia tidak mau merasakan sedih yang berlarut, maka menyusun sebuah rencana untuk menunjukkan bahwa hidupnya lebih bahagia tanpa sang mantan dan bisa menemukan pria yang jauh lebih menawan. Bukan dengan cara menyakiti seseo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seharusnya Leece langsung menjawab iya mau. Tapi, rasanya seperti tidak masuk akal. Menurutnya terlalu mudah, mengingat bagaimana sifat pria itu yang amat menyebalkan dan teguh menolaknya pada minggu lalu. Jadi, pasti ada sesuatu yang menyebabkan Faydor berubah pikiran. Mana mungkin secara tiba-tiba menyepakati.
"Beri aku satu saja alasan, apa yang membuatmu mendadak mau membantu aksi balas dendamku dan menjadi suami bohongan?" tanya Leece. Matanya tak lepas sedikit pun menelisik tiap perubahan raut dari pria yang tengah ia ajak bicara. Tapi, sayangnya, Faydor tetap saja datar. Apa dia tidak bisa berekspresi sedikit saja? Sulit sekali mengetahui motif dan suasana hatinya dari tampilan luar.
"Oke, ku anggap itu adalah jawaban penolakan." Faydor berdiri dan tatapannya jatuh ke depan, tidak ada melirik sedikit pun pada Leece. "Buang-buang waktu aku datang ke sini dan berniat membantumu. Ternyata kau sudah tidak membutuhkan bantuan lagi." Setelah mengucapkan dengan nada datar dan dingin, kakinya melangkah begitu saja menuju pintu.
Leece sedikit gelagapan. Bisa-bisanya Faydor memutuskan secara sepihak. Padahal ia belum menjawab. "Tunggu." Lekas bangkit dari duduk, menyusul, dan mencekal tangan pria itu supaya tidak beranjak pergi dari kamarnya. "Aku mau dan masih membutuhkanmu."
Faydor menarik sebelah sudut bibir. Melirik tangannya yang digenggam oleh Leece. "Lepaskan itu, aku bisa gatal-gatal jika disentuh olehmu."
Reflek Leece menarik tangannya dan mengangkat ke atas seperti seorang tersangka. "Kalau tak ingat aku butuh, sudah ku tendang pangkal pahanya itu supaya batangnya tidak bisa berdiri lagi," gerutunya ketika menyaksikan Faydor berjalan santai untuk duduk kembali.
"Kita bahas tentang kesepakatannya, sekarang!" tegas Faydor. "Atau kau masih ingin bengong, berdiri di sana, dan mengumpati aku?"
Leece menelan ludah. Benarkah aku tidak salah pilih suami palsu? Dia terlihat menyeramkan, sekarang. Bisa tahu kalau aku sedang menggerutu tentangnya. Sudah seperti hantu pikiran.
"Leece Brylee Grisham, kau membuang waktuku selama tiga puluh detik hanya untuk memandang dan melihatmu melamun." Saking tak sabarnya, Faydor sampai menghampiri wanita itu dan berbicara tepat di telinga supaya urusan cepat selesai.
Leece mengusap telinga yang berdengung akibat diteriaki oleh suara sialan. "Iya, iya. Aku tidak tuli, masih bisa mendengarmu, untuk apa bicara keras di dekatku."
Decakan keras keluar dari bibir Leece. Dia memasang wajah cemberut karena Faydor malam ini sangat menyebalkan. Mulai dari mempermainkannya dengan membuat jantung berdebar, kemudian sekarang garang sekali. Oh God ... mau mundur, tapi hanya dia yang amat tampan dan bisa menyaingi mantan.