Part 51

5.2K 245 4
                                    

Tidak ada yang baik-baik saja sejak berpisah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada yang baik-baik saja sejak berpisah. Makan tak enak, tidur tak nyenyak, bahkan bernapas pun rasanya sesak. Setiap hari Leece mencoba untuk membiasakan diri tanpa kehadiran Faydor. Dia selalu sibuk dengan tugas akhir yang sengaja dijadikan wadah supaya tidak banyak memikirkan pria yang ia dorong pergi dari kehidupannya. Hingga pada akhirnya dalam kurun waktu dua bulan, semua beres.

Pengajuan ujian akhir telah disetujui oleh dosen pembimbing. Leece telah siap sejak pagi sekali untuk berangkat ke kampus. Dia turun ke bawah untuk berpamitan dan meminta dukungan pada kedua orang tuanya supaya lulus serta dipermudah segalanya.

"Kau yakin mau pergi? Wajahmu terlihat pucat," ucap Mommy Jazlyn. Ia menahan sang putri supaya tidak buru-buru beranjak.

Leece menyentuh bibirnya. "Aku tak sempat berdandan, nanti ku pakai lipstik saat perjalanan," kilahnya. Ia menepuk lengan mommynya supaya tidak perlu khawatir. "Aku sehat dan baik-baik saja, Mom. Ini efek nervous mau ujian."

"Daddy antar, ya?" tawar Daddy Edbert.

Namun, Leece menggeleng. "Kalian tunggu di sini saja, nanti aku semakin grogi kalau banyak yang datang dan menunggu."

"Tapi—" Daddy Edbert hendak menawarkan supaya sang putri diantar supir.

Namun, sayangnya Leece telah mengambil langkah lebar untuk berlari meninggalkan dua orang yang kini menatap punggungnya. "Aku akan terlambat kalau kalian tahan terus." Suara itu nyaring dalam teriakannya.

Leece selalu berusaha menunjukkan baik-baik saja pada orang lain. Setelah ia hanya seorang diri, barulah wajah berubah sendu. Tidak akan menyalahkan siapapun atas kondisinya sekarang. Sebab, ia sadar diri bahwa yang salah adalah dirinya yang memilih menyerah begitu saja. Jadi, tak ingin membuat khawatir kalau kesehatannya memang sedang buruk akhir-akhir ini. Hanya berusaha ditahan saja.

Kendaraan roda empat itu masih bisa dilajukan oleh Leece, walau pelan karena ia sangat hati-hati enggan membahayakan pengendara lain. Sesampainya di kampus, lekas turun dan membawa maket atau miniatur bangunan yang sudah ia susun menyerupai desain yang diajukan pada dosen.

Berjalan dengan santai karena Leece tidak mau mahakaryanya hancur berantakan kalau sampai menabrak sesuatu. Toh waktu tak terlalu mepet juga.

"Ku bantu." Anne, sahabat Leece itu datang tepat waktu. Dia ikut menyangga bagian bawah maket yang sepertinya berat sekali kalau dibawa oleh satu orang. Apa lagi penutupnya adalah kotak kaca.

"Thanks, bantuanmu sangat ku terima." Leece mengulas senyum.

Keduanya pun berjalan menuju ruang ujian. Sejak menikah bersama Faydor, Leece sudah jarang menceritakan kehidupannya pada Anne karena merasa tidak semua masalah rumah tangga boleh diceritakan pada orang lain, bahkan sahabat sendiri. Baru satu bulan terakhir ini mereka sering bertemu di kampus untuk menyelesaikan tugas akhir.

"Apa kau masih menganggap aku ini sahabatmu?" tanya Anne, seraya meletakkan maket ke atas lantai, lalu duduk bersebelahan dengan Leece di depan ruang ujian untuk menunggu giliran.

Revenge For A HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang