Part 44

5K 226 5
                                    

Tidak begitu mencolok dekorasi yang disiapkan oleh Leece

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak begitu mencolok dekorasi yang disiapkan oleh Leece. Cukup restoran dihiasi oleh lampu-lampu bernuansa hangat supaya memberikan kesan intim. Dia menyesuaikan dengan kesukaan sang suami yang cenderung tak begitu senang cahaya yang terlalu terang.

Pertama kali masuk restoran langsung disambut oleh pelayan dengan sangat ramah. Mereka ditunjukkan meja khusus di paling ujung dekat dinding kaca supaya bisa melihat taman di luar yang sangat indah.

Faydor masih seperti robot yang menurut saja tanpa banyak protes. Bahkan saat duduk pun dia belum paham kenapa sang istri mengajak ke sana.

"Memangnya ada perayaan spesial, hari ini?" tanya Faydor, beserta kening mengernyit.

Mengosongkan satu restoran sangat berlebihan, menurutnya. Karena selama hidup belum pernah melakukan hal itu. Mungkin karena memang ia tidak romantis, sih. Juga menghamburkan uang untuk hal-hal yang tidak terlalu penting. Tapi, berhubung yang melakukan adalah istri sendiri, jadi dia cukup menerima dan tak protes. Walau tahu pasti pakai uangnya juga. Entahlah, dia sangat luluh dan pasrah kalau menghadapi dan berhubungan dengan Leece. Bisa dikatakan, sosok wanita itu berhasil masuk ke dalam hidup Faydor.

"Sayang, kau tidak ingat ini hari apa?" Leece meraih tangan sang pria yang ada di atas meja, lalu menggenggam erat.

"Sabtu."

Leece bergeleng pelan. Bisa-bisanya dengan tanggal lahir sendiri lupa. "Ini hari ulang tahunmu," beri tahunya dengan wajah ceria.

"Oh ...." Singkat sekali respon Faydor, datar pula. Entah dia senang atau tidak, sulit dibedakan.

Leece pikir, Faydor akan berbinar ketika dibuatkan pesta romantis berdua. Tapi, ternyata biasa saja. Hanya dirinya yang sangat menggebu-gebu. "Kau tidak senang dengan ideku ini?"

"Senang, aku suka istriku tahu hari kelahiran suaminya." Faydor mengulurkan tangannya hingga telapak berhasil meraih pipi si cantik. "Terima kasih." Ada sedikit senyum samar.

Sayangnya, jawaban bernada datar ditambah wajah yang terkesan kaku itu tidak menunjukkan kalau bahagia. Leece justru merasa kalau Faydor hanya membuatnya lega saja dan sebatas menghargai apa yang sudah ia lakukan.

"Tapi wajahmu tidak mengatakan begitu, kenapa?"

"Bahagia, sedih, dan apa pun itu, ekspresiku memang seperti ini, tidak pernah berubah," jelas Faydor. Dia berusaha membentuk senyum lebar, tapi memang susah karena tidak biasa, dan jatuhnya tetap kaku seperti dipaksakan.

Leece terkekeh melihat wajah sang suami yang menjadi lucu ketika berusaha meyakinkan dirinya. "Sudah ... sudah, aku ingin terbahak-bahak kalau kau memasang wajah seperti orang menahan buang air begitu." Ia mengusap bibir sang pria supaya kembali ke ekspresi semula.

Faydor pun kembali ke pengaturan pabrik. Setelah isi pikirannya berkelana mengingat tanggal, sekarang dia ingat juga kalau ini bertepatan hari penting bagi mereka berdua. Tapi, nanti saja ia ucapkan, biarlah sang istri menilai kalau dirinya lupa.

Revenge For A HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang