Ini panjang banget loh satu part sampe 2000 kata. Jadi, jangan lupa tekan bintang di kiri bawah ya. Follow aku juga jangan lupa
*****
Leece serius bertanya tentang panggilan 'Sayang' yang semalam ia lontarkan ketika menemani suami makan, walau diiringi kantuk hebat. Namun, saat beberapa detik tidak lekas mendapatkan jawaban, maka lebih baik pura-pura tertidur saja daripada ketahuan kalau sudah memiliki rasa.
Tak tahu kenapa pria itu sampai tak mengizinkan saling mencinta. Perasaan tidak bisa ditahan begitu saja. Memang ia tidak semudah itu mengungkap tentang rasa. Hanya saja kali ini Leece menginginkan hubungan mereka bersama untuk selamanya.
Mungkin itu hanya sebuah keinginan saja. Angan dan harapan dari seorang istri. Setelah dipikir-pikir, tidak ada salahnya menikah sekali seumur hidup. Lagi pula sejauh ini Faydor tidak kasar, memukul, melakukan kekerasan. Sebatas sering menyentil jidat saja. Itu bukan hal yang besar untuk dipermasalahkan atau dijadikan alasan tidak tertarik dengan sosok yang diam-diam memiliki kehangatan yang dibalut oleh raut wajah dingin dan datar.
Sayangnya, meluluhkan hati atau mendapatkan kata cinta dari Faydor adalah sesuatu yang langka. Bahkan bisa jadi sulit.
Pagi ini Leece membangunkan suaminya untuk menemani sarapan. Akhirnya dia tidak sendirian lagi setelah satu bulan merasa kesepian.
Di meja makan sudah tersaji dua makanan. Faydor keluar dengan badan tak memakai kaos dan dibiarkan telanjang dada. Wajahnya masih nampak basah, seakan memberi tahu kalau baru saja bangun dan membasuh dengan air.
Belum ada suara yang mengiringi sarapan itu. Keduanya sama-sama bungkam karena memang tidak tahu mau membahas apa. Faydor bukan tipe pria banyak bicara, sementara Leece masih menahan diri supaya mendapatkan ide pembahasan.
Dia sudah melupakan pertanyaan tentang panggilan 'Sayang'. Leece merasa tidak dijawab pertanda Faydor tak suka, dan si pria memang menganggap bahwa itu hanya igauan istri yang sedang mengantuk.
"Hari ini kau ada mau pergi ke suatu tempat?" tanya Leece.
"Tidak."
"Oh ... mommymu meminta kita untuk datang ke mansion. Katanya di sana sepi. Rindu suasana ramai," ajak Leece. Dia hanya makan sedikit, meletakkan sendok sebagai pertanda selesai.
Mata Leece lalu menyorot pria yang masih fokus untuk menambah lasagna di piring. "Enak sekali?"
Faydor mengangguk. "Kau yang masak?"
"Beli. Kemarin, pagi ini hanya ku hangatkan," jelas Leece diakhiri dengan cengiran.
"Pantas saja." Meskipun itu masakan sendiri, mana mungkin Faydor akan memuji.
Ajakan pergi ke kediaman mertua jadi terlupakan karena dipotong oleh bahasan makanan. Tidak penting sekali. Leece jadi harus mengulangi dua kali. Untung saja dia bukan manusia seperti Faydor yang perhitungan saat bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge For A Heartbreak
ChickLitLeece baru saja patah hati. Dia tidak mau merasakan sedih yang berlarut, maka menyusun sebuah rencana untuk menunjukkan bahwa hidupnya lebih bahagia tanpa sang mantan dan bisa menemukan pria yang jauh lebih menawan. Bukan dengan cara menyakiti seseo...