Part 27

6.7K 397 45
                                    

Makin cepet vote 100 dan komen 100, maka makin cepet juga updatenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makin cepet vote 100 dan komen 100, maka makin cepet juga updatenya. Jadi, jangan lupa tekan bintang di kiri bawah, dan komen sebanyak-banyaknya, spam komen juga boleh

*****

Mata Leece membola, tentu saja terkejut. Dia baru datang, duduk, lalu sudah dituduh merusak pekerjaan suami sendiri? Ini namanya gila dan keterlaluan. Ia melotot pada Rose yang berwajah menyebalkan, ditambah senyum miring yang seolah senang sekali melihatnya terlihat bersalah.

Lalu pandangan Leece berpindah pada sosok pria yang bersorot tajam dan rahang mengeras. Dia tahu jika itu adalah reaksi kemarahan.

"Kenapa kau lakukan itu?" tanya Faydor dengan suara rendah penuh tekanan. Intonasi yang menandakan tersirat amarah, seraya menarik MacBook dan melihat layar yang sudah berubah merah pertanda ada yang salah dengan coding buatannya.

"Aku tidak melakukan apa pun. Bahkan baru datang ke sini karena kau mengirimkan pesan padaku dan minta tolong untuk menjaga MacBook milikmu selama kau sedang di toilet." Leece menyanggah. Dia tidak terima dituduh atas kesalahan yang tidak pernah dilakukan.

Faydor hanya diam. Dia sedang mengecek dan mencari letak masalah hingga membuat hasil eror. Paling sebal kalau pekerjaannya direcoki. Membuat coding itu tidak mudah. Bahkan butuh ketelitian yang sangat jeli. Kurang tanda petik satu saja bisa runyam urusan.

"Halah ... sudah salah tidak mau mengaku juga. Memang dasar kau itu pengacau! Bisa-bisanya merusak pekerjaan orang lain." Rose semakin mengompori supaya Faydor menjadi benci pada Leece.

Lirikan mata Leece semakin menusuk. Demi apa pun, baru kali ini ia merasa sangat marah pada seseorang. "Kau yang merekayasa semua ini, ya?"

Bangkit dari duduk, Leece hampiri wanita sok kecentilan dan manja itu. Mendorong bahu Rose hingga terhuyung ke belakang. "Iya, kan? Kau sengaja mau membuat Faydor marah padaku?" Dia semakin mendesak supaya mau mengaku kesalahan.

Rose terisak sedih. "Kasar sekali jadi wanita. Padahal aku lihat sendiri kalau kau mengotak-atik MacBook itu, lalu tulisan-tulisannya jadi berubah merah. Masih tidak mau mengaku?" Ia bergelayut di lengan Faydor untuk mencari perlindungan karena Leece terkesan ingin menghajarnya. "Babe, aku tidak bohong. Kau percaya padaku, kan? Kita sudah lama kenal dan tidak pernah sekalipun ku rusak pekerjaanmu." Rose mencari pembelaan.

"Kenapa kau lakukan itu padaku, Leece? Marah karena kekasihku datang ke sini? Mendengar suara desahannya semalam? Lalu, kau cemburu dan membuat semuanya kacau seperti ini?" Faydor menunjuk layar yang belum berhasil ia temukan di mana letak kesalahannya.

Kepala Leece menggeleng tidak terima. Bisa-bisanya Faydor percaya dengan wanita bermulut ular itu. "Untuk apa aku merusak pekerjaanmu? Bahkan makan, minum, tempat tinggal, kuliah, dan seluruh kebutuhanku pun berasal dari sumber penghasilanmu. Jika aku melakukan seperti tuduhan kekasihmu yang kelakuannya bagai binatang itu." Ia tunjuk wajah Rose dengan segenap amarah menumpuk. "Maka, aku juga yang rugi." Lalu telunjuknya menyentuh pelipis sendiri. "Pikir baik-baik pakai otak."

Revenge For A HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang