"Aku hanya tak ingin tangan istriku yang halus ini dikotori dengan menyakiti orang lain." Faydor sempat menjelaskan kenapa tadi sedikit membentak. Dia juga telah minta maaf pada Leece dengan segenap kesungguhan dan penyesalannya karena berbicara menggunakan nada tinggi. Pria itu sembari mengusap pipi sang wanita saat melihat sosok pendampingnya terus menunduk dan diam.
Hingga pada akhirnya Faydor memutuskan untuk membawa istri ke sebuah hotel. Dia tidak mau pulang ke mansion mertua dalam kondisi wajah Leece yang kusut, pasti akan menimbulkan banyak pertanyaan. Jadi, sementara mereka menginap di sana terlebih dahulu.
"Sayang, makan dulu. Tadi kita belum sempat makan saat di restoran." Faydor sembari mengusap lengan Leece yang tengah duduk di tepi ranjang.
Mengangguk, gara-gara kedatangan Rose si bunga bangkai, semua susunan acara jadi kacau dan berakhir tidak mood untuk melanjutkan. Leece dan Faydor pun duduk berhadapan di meja makan. Seperti biasa, pasti memesan kamar yang paling bagus dengan fasilitas lengkap.
Satu, dua, tiga, sampai lima suap masih tertelan dengan begitu mudah. Tapi, saat hendak menyendok yang ke enam kali, lagi-lagi ada gangguan. Pintu terdengar diketuk.
"Lanjutkan saja makannya, aku yang cek," ujar Faydor. Telapaknya mengusap pelan puncak kepala sang wanita, lalu mendekati pintu.
Pertama kali dibuka, Faydor langsung menghembuskan napas lelah. Sebab, yang ada di depan matanya adalah Rose lagi. "Apa lagi? Kau tidak paham bahasaku, ya?! Sudah ku katakan jangan bahas ini disaat ada istriku!" Jelas itu adalah sebuah kalimat mengusir yang sengaja diucapkan secara pelan dan penuh penekanan.
"Tidak bisa, istrimu juga harus tahu tentang ini!" Rose mendorong dada Faydor yang menutupi jalan masuk. Dia sampai mengikuti sepasang suami istri itu sampai ke hotel, bahkan menyewa kamar tepat di samping.
Faydor memijat kepala yang pusing menghadapi mantan kekasihnya. Susah sekali diberi tahu kalau ia tidak ingin membahas hal itu sekarang. Apa lagi dalam kondisi Leece yang nampak merenung.
Sayangnya, Rose berhasil ke dalam dan main duduk saja di kursi yang tadi ditempati Faydor. Berarti tepat di hadapan Leece.
Napsu makan Leece seketika hilang. Dia meletakkan sendok begitu saja, menghembuskan napas pelan, lalu menyandarkan punggung. "Katakan!" titahnya saat melihat Rose terkesan ingin sekali berbicara dengannya.
Pada akhirnya Faydor gagal mengusir, dan dia berdiri di belakang sang istri dengan kedua tangan mengusap pundak Leece. Sembari mendengarkan ocehan mantan kekasihnya.
"Tadi kalian belum sempat mendengar penjelasanku," kata Rose.
"Hm ...." Leece yang tidak begitu antusias tapi tetap mau mendengarkan pun hanya bergumam pelan.
"Itu pasti bukan anakku, kita sudah mengakhiri semuanya sejak empat bulan yang lalu. Saat itu kau memintaku untuk memberikan perpisahan dengan bersetubuh yang terakhir kali, tapi aku tidak lakukan. Jadi, aku yakin itu anak orang lain." Faydor mengatakannya supaya Leece percaya bahwa tidak ada darah dagingnya di rahim wanita selain istri sendiri. Memang begitu kenyataannya, malam itu Faydor dua hari tak pulang karena tidak ingin kembali dalam kondisi pikiran kacau, memilih untuk menginap di perusahaan daddynya sampai kondisi lebih stabil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge For A Heartbreak
ספרות לנערותLeece baru saja patah hati. Dia tidak mau merasakan sedih yang berlarut, maka menyusun sebuah rencana untuk menunjukkan bahwa hidupnya lebih bahagia tanpa sang mantan dan bisa menemukan pria yang jauh lebih menawan. Bukan dengan cara menyakiti seseo...