Pilihan yang sangat berat dan sulit bagi Faydor. Tapi, dia tidak bisa merelakan karir hancur begitu saja karena tak menuruti perintah sang Daddy. Sebenarnya meninggalkan orang yang jelas sudah dimanfaatkan sangatlah mudah, karena jujur saja hatinya tidak pernah benar-benar mencintai Rose kecuali kepuasan berhubungan intim. Akan tetapi, ia merasa berengsek jika membuang begitu saja seperti rongsokan setelah tidak lagi berguna. Hanya saja power keluarganya tidak main-main.
Faydor melajukan mobil bagaikan seorang pembalap yang tidak takut oleh kecelakaan di jalan. Masa bodoh, lagi pula isi pikiran sedang kacau. Dia memberhentikan kendaraan roda empat itu di depan apartemen Rose. Tanpa memberikan kabar terlebih dahulu, langsung menuju kamar yang biasa didatangi.
Mengetuk beberapa kali dan berteriak memanggil, pintu akhirnya dibuka oleh si pemilik tempat tinggal. Faydor disambut senyuman menggoda.
"Aku sudah tahu kalau pada akhirnya tempatmu pulang hanyalah aku," ucap Rose. Ia tarik tangan sang kekaih dan dibawa masuk.
Faydor masih belum memberi tahu maksud tujuan karena Rose banyak bicara dan tidak memberikan ia ruang untuk berbicara. Wanita itu justru mendorongnya hingga terduduk di sofa, lalu tanpa malu melucuti pakaian hingga menyisakan dua pasang kain, dan merangkak duduk di atas paha sang pria.
Rose adalah definisi jalang yang berkedok kekasih. Faydor bahkan tidak minta untuk dipuaskan malam ini, tapi sudah menyodorkan diri sendiri. Tangan juga sampai melingkar di leher yang kokoh, membelai kulit di tempat-tempat sensitif dan mudah terangsang. "Aku sudah beli banyak persediaan pengaman," bisiknya saat lidah menjilat belakang telinga sang pria.
Faydor menggeleng, dia tidak bisa melakukan itu. Kedatangannya bukan untuk bercumbu. Maka, mencekal kedua tangan yang terus berusaha membuatnya kegelian dan membangkitkan hasrat. Dia tahan Rose supaya berhenti merangsang titik sensitif.
"Aku tidak bisa, Rose," tolak Faydor. Sedikit mendorong tubuh wanita itu hingga menyingkir dari pangkuannya.
"Apa maksudmu? Biasanya kau datang ke sini selalu meminta kepuasan dariku, kan?" Rose menatap kesal karena ditolak begitu saja.
Faydor berdiri supaya urusan cepat selesai dan ia bisa lekas pulang. "Aku mau mengakhiri hubungan ini. Kita tidak bisa selamanya terus bersama." Saat mengucapkan, pandangan mata tertuju pada lawan bicara. "Let's break up, Rose."
Sayangnya, mengakhiri semuanya tidak semudah yang dibayangkan. Rose menggeleng dengan cepat. "Aku tidak mau," tolaknya. "Pasti semua ini gara-gara bocah kemarin sore itu, kan?" tuduhnya kemudian.
"Bukan salah Leece. Ini adalah kesalahan kita yang nekat menjalin hubungan, padahal keluarga berseteru dan tidak mungkin ada jalan untuk bersatu."
"Kau berubah setelah bersama jalang kecil itu." Rose memutar tubuh, menunjukkan kalau ia marah. Biasanya Faydor akan membujuk jika sedang membutuhkannya. Tapi, tidak ada tangan yang melingkar di pinggulnya. Jadi, kembali menatap sang pria yang masih berdiri di tempat tanpa bergerak sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge For A Heartbreak
ChickLitLeece baru saja patah hati. Dia tidak mau merasakan sedih yang berlarut, maka menyusun sebuah rencana untuk menunjukkan bahwa hidupnya lebih bahagia tanpa sang mantan dan bisa menemukan pria yang jauh lebih menawan. Bukan dengan cara menyakiti seseo...