Part 31

7.6K 357 18
                                    

Yang keburu penasaran banget sama lanjutan cerita ini, bisa melipir baca di karyakarsa ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang keburu penasaran banget sama lanjutan cerita ini, bisa melipir baca di karyakarsa ya. Di sana udah ada sampai tamat dan gak perlu nunggu aku up lagi. Tapi ... berbayar

*****

Gerald mengambil sesuatu dari dalam saku jaket. Kemudian melemparkan beberapa lembar kertas foto ke atas meja, tepat di depan sang putra. "Apa ini? Kau masih berhubungan dengan wanita itu?" Jelas sekali nada yang menggema adalah aura kemarahan. "Aku sudah peringatkan supaya kau berhenti berhubungan dengannya, kan? Tidak mengindahkan perintahku, ya?! Lalu, sekarang terang-terangan perge ke Croatia bertiga? Leece juga tahu tentang kedekatanmu itu?"

Faydor tidak mengambil lembaran yang berserakan di atas meja itu. Cukup dipandang dari jaraknya duduk, jelas terlihat dirinya bersama dua wanita di bandara. "Selama ini aku dimata-matai?"

"Ya. Aku tidak percaya denganmu sepenuhnya," jawab Gerald.

Faydor tersenyum sinis. Seharusnya dia sadar sejak awal jika kehidupannya tidak lepas dari pantauan daddynya. Mau mengelak juga sudah tidak bisa. "Ya, Leece sudah tahu tentang aku dan Rose. Dan liburan di Croatia, tidak ada niatan untuk berlibur bertiga. Aku ke sana hanya ingin menyusul Leece karena pergi sendiri, lalu Rose menyusul. Tidak terencana sejak awal." Ia menjelaskan situasi sebenarnya walau pasti orang tuanya tidak mungkin mempertimbangkan hal itu.

"Aku tak peduli, perintahku hanya satu." Gerald mengangkat telunjuk dan badan sedikit dicondongkan ke depan. "Tinggalkan Rose sekarang juga!"

Kepala Faydor menggeleng pelan untuk menolak. "Aku tidak bisa. Rose berjasa dalam karirku."

Mata Gerald kian melotot marah. "Jasa apa yang kau maksud? Pemuas sex? Kau hanya butuh tubuhnya, kan?"

Faydor mau terkejut karena bisa tahu semuanya. Tapi, ingat kalau itu daddynya yang bisa menilai gerak gerik anak sendiri dan mencari informasi. "Setidaknya aku bukan orang yang lupa dengan siapa peneman saat susah," elaknya, mencoba membela diri dan mempertahankan.

"Orang yang sangat berjasa dalam karirmu bukanlah wanita itu." Gerald melipat kedua tangan di dada. "Tapi keluargamu! Kau tidak mungkin sampai di titik sekarang jika tak diberi dukungan oleh aku, mommymu, Galtero, dan saudaramu yang lain." Kemudian telunjuknya menyentuh pelipis. "Pikir pakai otak!"

Meski sudah dibukakan isi pikiran, tetap saja Faydor menggeleng. "Aku tidak bisa membuang begitu saja, orang yang sudah banyak ku manfaatkan bertahun-tahun."

Gerald menghela napas kasar, berat, dan sangat marah. Semakin tajam saja sorot matanya menusuk sang anak. Tidak peduli jika itu adalah keturunannya. "Jangan membuatku malu dengan Edbert dan Jazlyn! Sejak awal aku sudah curiga kalau kau menikahi Leece karena sesuatu. Kalian tidak saling cinta, kan? Hanya memanfaatkan satu sama lain. Sayangnya, terlambat, aku jauh lebih dahulu mengetahui semuanya. Termasuk hubungan yang ingin kau sembunyikan."

Revenge For A HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang