Leece baru saja patah hati. Dia tidak mau merasakan sedih yang berlarut, maka menyusun sebuah rencana untuk menunjukkan bahwa hidupnya lebih bahagia tanpa sang mantan dan bisa menemukan pria yang jauh lebih menawan. Bukan dengan cara menyakiti seseo...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Meski tahu kehadirannya tidak mungkin diterima dengan lapang dada, tapi Faydor enggan kembali ke Helsinki. Bahkan dalam kurun waktu satu minggu tetap berkeliaran di rumah sakit tempat Leece dirawat. Entah, perasaannya begitu berat meninggalkan sang wanita dalam kondisi sakit, meski ia sendiri sedang tidak sehat juga. Akses masuk ke ruang rawat Leece pun tak mudah ditembus olehnya. Setidaknya bisa memantau dari dekat. Jadi, jika ada apa-apa, lebih mudah dan tidak harus melewati perjalanan menggunakan burung besi terlebih dahulu.
Rose yang sedang mengandung dan Leece yang tengah sakit entah apa. Ternyata pemenangnya masih Leece karena berhasil membuat Faydor mengabaikan mantannya meski terus menghubungi setiap jam, hingga rasanya sangat muak.
Selama berada di rumah sakit, Faydor selalu menunggu di depan ruang rawat Leece. Duduk di dekat pintu, lesehan begitu saja di atas lantai.
"Loh ... Faydor, kenapa di situ? Masuk saja jika mau menjenguk Leece," ucap Mommy Jazlyn.
Suara itu membuat Faydor mendongak. Ada empat orang berdiri di hadapannya. Ada Mommy Jazlyn, Mommy dan daddynya, serta Galtero kembarannya.
"Tadi Leece sedang tidur dan aku tidak ingin menganggu," kilah Faydor. Padahal ia tak diizinkan ke dalam oleh Daddy Edbert.
"Begitu, ya? Bukan karena suamiku melarangmu?" tebak Mommy Jazlyn.
Faydor menyengir tipis, nyaris tak terlihat.
"Aku tahu bagaimana protektifnya suamiku, apa lagi dengan anak perempuan satu-satunya." Mommy Jazlyn lekas menjelaskan. "Sudah, ayo ke dalam sama-sama," ajaknya kemudian.
Buah dari kesabaran menanti, akhirnya Faydor bisa berdiri untuk melewati pintu yang sebenarnya tidak terlalu kokoh, tapi berhubung ke dalam sana perlu izin orang tua Leece, jadilah kayu itu bagaikan tembok china.
Sebelum ke dalam, Faydor menyapa mommynya terlebih dahulu. "Mom, apa kau masih marah denganku?"
Mommy Cathleen menggeleng pelan. "Aku tidak marah denganmu, hanya kecewa saja. Tapi, semua sudah berlalu. Keluarga kita tetap harus menjalin hubungan baik seperti biasanya." Ia menepuk pundak sang putra.
Lega rasanya ketika mendengar wanita yang melahirkannya tidak marah. Setidaknya satu ganjalan di hati telah runtuh. Rasanya didiamkan oleh Mommy sendiri itu tak enak. Sebab, Faydor sangat menyayangi dan menghormati sosok tersebut. Sementara Daddy dan Galtero, dia sudah biasa menghadapi dua pria itu dalam kondisi berseteru, jadi lebih santai dan tidak terlalu pusing dibanding mommynya.
Tiba di dalam, Faydor langsung mengulas senyum pada Leece yang sedang disuapi. Rasanya dia ingin mengambil alih sendok dari tangan Daddy Edbert, tapi sayangnya tidak semudah itu.
"Maaf baru sempat menjenguk," ucap Mommy Cathleen. Ia meletakkan bingkisan ke atas meja dan duduk di samping Leece. "Putri kesayanganku sakit apa sampai pucat dan kurus begini?" tanyanya seraya membelai rambut yang digelung asal dan acak-acakan.