Suasana bandara internasional Los Angeles sangat ramai hari ini. Leece baru saja mendarat di sana. Dia benar-benar menyusul sahabat yang tengah berlibur di California. Sudah memberikan kabar juga kalau sampai dan segera menuju ke hotel.
Di dalam taksi, Leece tidak langsung memasukkan ponsel ke dalam tas setelah mengirimkan pesan pada Anne. Namun, jemari justru menggulir sedikit ke bawah dan membuka riwayat pesan dengan Faydor.
Isi chat berakhir saat pria itu menawarkan untuk membuktikan bahwa bukan penyuka sesama jenis. Leece tidak menanggapi lagi. Dia sendiri bingung. "Memang bisa dibuktikan dengan apa?" gumamnya.
Kepala Leece menggeleng dan lekas menekan tombol power hingga layar redup. "Untuk apa juga aku memikirkannya."
Jarak yang ditempuh tak terlalu jauh, Leece sudah sampai di hotel tempat Anne menginap. Ia turun setelah membayar, dan langsung menuju seorang wanita yang kini sudah menanti kedatangannya di dekat lift.
"Sepertinya akan ada cerita penting, mendesak, dan tidak bisa ditunda kalau kau sampai menyusul ke sini," ucap Anne seraya merentangkan kedua tangan, memeluk Leece, lalu mencium pipi kanan juga kiri sahabatnya.
"Di kamar saja ku ceritakan. Kau pasti akan kesal dan terkejut." Leece menekan tombol lift, menanti pintu terbuka, lalu mereka berdua menuju ke lantai sepuluh.
"Kau mau menginap satu ruangan denganku?" tawar Anne. Menempelkan kartu di pintu untuk membuka akses kamarnya.
"Iya, jangan sampai kau mengusirku juga seperti Faydor." Leece jadi kesal lagi kalau mengingat kejadian itu. Dia berdecak, menarik kasar koper kecilnya ke dalam kamar.
Tangannya melepas genggaman pada koper. Kaki yang tak memakai alas itu langsung mendekati ranjang. Leece duduk dengan menghempaskan tubuh penuh tekanan sampai sedikit terpental naik turun.
"Sumpah ... sifat pria itu sangat tak sebagus wajahnya," hina Leece. Kedua tangan mengepal di depan wajah, terlihat sedang gemas.
Anne menaikkan sebelah alis seraya membuka kulkas kecil yang di dalamnya berisi makanan ringan juga minuman kaleng, semua adalah fasilitas kamar. "Anak mantan kekasih daddymu?"
"Iya, Faydor Calle Giorgio. Pria yang katamu cocok menjadi kandidat untuk membantu balas dendam pada Bernard."
"Kau ke tempatnya?" tanya Anne seraya mengambil dua minuman kaleng berisi soda.
"Iya." Sembari mengangguk, Leece meraih bantal empuk, lalu diletakkan ke atas paha. "Tapi, dia menolak permintaan sederhanaku, dan mengusir. Sialan sekali, bukan?" Lagi-lagi menggerutu. Faydor itu benar-benar berhasil membuatnya merasakan kesal tiap kali mengingat, walau sekadar nama saja.
"Katamu tak ingin mencoba dengannya karena terlalu dingin dan tidak begitu mengenal lebih dekat, bukan tipemu, kan?" Anne ikut duduk di samping sahabatnya, menyodorkan minuman kaleng itu. "Kenapa mendadak berubah pikiran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge For A Heartbreak
ChickLitLeece baru saja patah hati. Dia tidak mau merasakan sedih yang berlarut, maka menyusun sebuah rencana untuk menunjukkan bahwa hidupnya lebih bahagia tanpa sang mantan dan bisa menemukan pria yang jauh lebih menawan. Bukan dengan cara menyakiti seseo...