Part 15

9.7K 412 22
                                    

Jangan lupa tekan bintang di kiri bawah dulu ya sebelum baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tekan bintang di kiri bawah dulu ya sebelum baca.

***

Entah apa yang semalam terjadi. Saat Leece terbangun dan membuka mata di pagi hari, ada tangan kekar melingkar di perut dan kaki menindih pahanya. Ingat jelas kalau Faydor mengatakan tidak mungkin menyentuh dirinya. Tapi, kenyataan justru berbanding terbalik.

"Apa ini? Badanku bukannya semakin enak setelah bangun tidur, justru tambah pegal karena ditimpa tangan dan kakinya," gumam Leece sembari menyingkirkan anggota tubuh suami yang berat seperti batu.

Tepat saat Leece menggenggam lengan Faydor, pria itu membuka mata. Tatapan bukan mengerjap bagai orang baru bangun tidur, tapi langsung melotot lebar. "Kenapa kau menarikku? Pasti sengaja memanipulasi agar aku terlihat memelukmu, ya?" tuduhnya kemudian.

Leece mengepalkan tangan, hendak memukul kepala Faydor, tapi diurungkan karena kasar bukanlah gayanya. Berakhir dengan mencebikkan bibir. "Di kamarku ada CCTV, apa perlu rekamannya kita putar bersama-sama? Supaya jelas siapa yang memeluk duluan?" tantangnya kemudian.

"Untuk apa? Sudah jelas kau yang melakukan." Faydor mengambil jarak. Segera turun dari ranjang, lalu melihat ke bawah dan bernapas lega karena celana pendek masih menempel di sana. Tandanya semalam tidak terjadi apa-apa diantara mereka.

"Loh ... kenapa keluar? Takut ketahuan kalau kau yang sengaja memelukku? Nyaman, ya ... tidur di pelukan istri?" goda Leece. Dia senang sekali melihat wajah Faydor kesal, bagaikan berhasil membalikkan keadaan. Biasanya pria itu yang memporak porandakan dirinya.

"Tutup mulutmu, Leci! Aku hanya tak ingin kau malu seandainya ketahuan secara jelas jika diam-diam menginginkan aku!" Sebelum keluar meninggalkan istri, Faydor memberikan tatapan sengit. Entah mana yang benar, Leece atau dirinya, tapi insting mengatakan bahwa lebih baik tidak melihat rekaman CCTV.

"Aku tidak akan malu, sungguh. Ayo kita buktikan saja supaya kau tidak menuduhku terus," tantang Leece. Menyibakkan selimut hingga tubuhnya yang masih berbusana lengkap seperti semalam pun nampak. Kaki menapak di lantai, bergerak menuju laci untuk mengambil remot televisi. "Aku buka, ya ... supaya jelas siapa pelaku sebenarnya." Menekan tombol power, layar pun mulai menyala.

"Tidak ada waktu, aku mau pulang ke Helsinki hari ini juga," tolak Faydor. "Terserah kau mau ikut denganku atau tetap tinggal di sini. Aku tak peduli." Ia lalu keluar begitu saja dari kamar sang istri.

Leece terkekeh geli, dia mulai suka dengan reaksi Faydor yang seperti tadi. Datar tapi menahan rasa kesal. Di matanya nampak lucu, daripada ketika sinis.

"Faydor ... Faydor ... bilang saja kau yang malu kalau tahu kenyataannya." Leece masih tersenyum, entahlah, rasanya bahagia saja. "Suamiku bisa menggemaskan juga ternyata, walau tetap dengan versinya sendiri. Datar dan minim ekspresi."

Revenge For A HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang