Part 41

6K 249 5
                                    

Sekarang Faydor baru paham kenapa ia mendadak berubah ingin dekat-dekat dan mendusel pada sang istri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang Faydor baru paham kenapa ia mendadak berubah ingin dekat-dekat dan mendusel pada sang istri. Perut Leece juga menjadi bagian yang paling disukai. Ternyata, karena ada calon anaknya di dalam sana. Namun, tidak ada satu pun yang menyadari hal itu. Tak ada yang berpikir bahwa perubahan tersebut disebabkan oleh tumbuhnya makhluk lain di dalam tubuh istri.

Andai saja Faydor lebih peka, pasti tidak mungkin kejadian seperti sekarang. Dia akan menjaga Leece dan anaknya lebih ketat lagi. Sayangnya, semua sudah terjadi. Sedih, tentu saja. Tapi, melihat istri jauh lebih terpuruk justru membuatnya semakin merasa terluka dan menganggap diri gagal menjadi suami siaga.

Faydor tidak ada mengungkit perihal keguguran itu. Dia tak boleh menambah beban pikiran istri. Leece terlihat sangat terpukul sampai sekarang, walau dahulu mereka sempat beberapa kali berbincang tentang memiliki anak, lalu jawaban sang wanita terlihat belum siap, namun sekarang nampak jelas kalau Leece sebenarnya mau memiliki keturunan dengannya. Buktinya masih sedih sampai saat ini, justru ia yang bingung harus bagaimana supaya mengembalikan keceriaan di wajah cantik yang sudah berhasil membuatnya terpikat.

Leece tetap enggan ditunggu oleh orang lain, dia ingin Faydor yang menemani di sisinya. Cukup suami yang melihat betapa terpuruk dan sedih atas kehilangan buah hati.

Tangan Faydor mengusap punggung Leece dengan penuh kelembutan. "Sudah melamunnya, suaminya jangan didiamkan terus seperti ini," bisiknya tepat di telinga.

Sekarang Leece memang lebih sering menatap tanpa berkedip dengan pandangan mata kosong. Orang lain bisa mudah mengatakan supaya ikhlas karena bukan mereka yang merasakan kehilangan. Sementara dia yang mengalami keguguran, mana mungkin segampang itu.

"Katanya perkiraan usia kandunganku saat itu empat minggu. Besarnya anak kita masih sekecil biji bayam," ucap Leece. Perlahan kepala menyandar di bahu kokoh sang suami yang sangat setia menemani hingga rela meninggalkan pekerjaan.

Faydor cukup mendengarkan saja apa pun yang dikeluarkan oleh bibir sang wanita. Dia sendiri pun tak paham harus bagaimana menghibur orang lain. Sebab, kepribadian mereka terlalu berbeda, jadi daripada salah bicara, lebih baik cukup usap rambut yang baru tadi ia bantu keramasi.

Setelah dirasa mulai tenang dengan menunjukkan tanda-tanda kalau sang wanita mau memeluk dirinya, barulah Faydor memberi tahu sesuatu pada Leece. "Orang-orang yang mengganggumu sudah aku urus lewat jalur hukum, mereka akan mendapatkan balasan sesuai peraturan yang berlaku di sini. Walau sebenarnya aku sangat ingin menghajar mereka sampai habis, tapi ingat kalau di sini bukan tempatku. Jadi, ku serahkan pada pengadilan nanti." Setelah memberikan informasi, kecupan pun mendarat di pelipis istrinya.

Leece sedikit menengok hingga bisa melihat wajah orang yang sangat dicintai. "Cepat sekali kau mendapatkan mereka."

"Tentu, dengan bantuan keluargamu juga."

Kedua tangan Leece kian melingkar erat di tubuh suami. Sekarang dia benar-benar merasakan bagaimana memiliki pasangan yang selalu melakukan aksi nyata tanpa banyak bicara. Faydor tak pernah butuh meminta persetujuan, selalu melakukan sesuai kehendak diri. Tapi, bagi Leece, apa pun yang dilakukan sang pria terasa menghangatkan hatinya karena semua itu adalah bentuk perhatian.

Revenge For A HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang