Part 49

5.3K 227 4
                                    

Mau memohon hingga bersujud pun Daddy Edbert tetap tak akan goyah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau memohon hingga bersujud pun Daddy Edbert tetap tak akan goyah. Dia tidak memberikan izin menantunya masuk. Justru semakin mengusir. Pada akhirnya meninggalkan Faydor di depan pintu, dan ia masuk ke dalam tak lupa mengunci seluruh akses.

Sementara Faydor masih belum menyerah. Dia berusaha berjalan memutari bangunan, kemudian berhenti tepat di bawah kamar Leece. Ruangan istrinya ada di lantai dua dan tidak mungkin bisa naik jika tanpa bantuan alat. Jadi, dari posisinya sekarang, sepasang mata dapat menangkap jendela di atas yang sedang terbuka.

Berusaha sedikit mundur supaya bisa melihat isi di dalam kamar yang kini sedang Faydor amati. Sayangnya, dia tidak mendapati siapapun. Bahkan bayangan Leece pun tak nampak.

"Sayang, aku tahu kau ada di sana. Tunjukkan wajahmu, perlihatkan padaku kalau kau baik-baik saja. Setelah itu, aku akan pergi dari sini," teriak Faydor.

Namun, Leece tidak melakukan apa yang diminta. Dia tetap bersembunyi, duduk di lantai dan bersandar pada dinding dekat jendela. Wajahnya saat ini sedang kacau. Mata sayu, banyak jejak basah di pipi, rambut acak-acakan. Mana mungkin menunjukkan pada suaminya dalam kondisi begitu. Terlihat jelas bahwa dirinya pun dalam kondisi tidak baik. Daripada membuat suaminya berat meninggalkannya, lebih baik tetap berdiam sampai Faydor benar-benar pergi dan menerima seluruh keputusannya.

"Kau wanita egois yang pernah ku kenal, Leece!" Meski tahu tak akan dibalas, Faydor tetap bersuara. Dia yakin kalau wanitanya pasti mendengar. "Dan sialnya, aku mencintaimu."

"Maka, leburlah cinta itu, Fay." Leece berbicara lirih, menanggapi tapi sengaja pelan agar tidak didengar dan cukup dirinya yang tahu.

"Banyak cara yang lebih baik selain berpisah. Tapi, kenapa harus dengan begini kau memutuskan segalanya? Tolong jangan pikirkan perasaanmu sendiri, aku juga punya hati, Leece. Kau pikir mudah setelah memiliki rasa padamu, lalu ku hilangkan begitu saja? Tidak!"

Leece tetap dengan pendiriannya yang enggan berbicara. Faydor bahkan melemparkan alas kakinya ke kamar atas sebagai wujud rasa kesal karena diabaikan terus. "Aku datang ke sini berusaha untuk memperjuangkanmu. Menunjukkan padamu bahwa hatiku sudah jatuh untuk istriku. Tapi, seperti ini balasanmu?"

"Fine! Jika memang maumu adalah perpisahan. Setidaknya aku sudah mencoba merubah keputusanmu. Tapi, kalau kau tidak mau hubungan ini berlanjut, aku bisa apa?" Faydor melanjutkan dialog satu arah.

"Butuh dua orang saling mencintai serta sama-sama berjuang melewati kesulitan dan segala masalah. Jika hanya satu pihak yang berusaha menjaga keutuhan rumah tangga ini, sama saja tidak akan berhasil." Tidak peduli kalau Leece enggan menanggapi. Setidaknya ia bisa mengeluarkan segala rasa yang mengganjal di dada.

"Jangan pernah menyesali keputusanmu, Leece. Ketika kau memintaku untuk pergi, maka selamanya aku akan menjauh dari kehidupanmu." Faydor mulai mengeluarkan ancaman. "Jika kau tidak menemuiku sekarang atau setidaknya tunjukkan wajahmu padaku, maka kisah kita sungguh akan berakhir sampai di sini. Selagi aku memberimu kesempatan, pergunakanlah, Leece. Katakan jika kau mau ku perjuangkan sampai titik darah penghabisan. Aku akan melakukan itu untukmu."

Revenge For A HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang