Part 50

5.5K 232 9
                                    

Tidak peduli kalau sekarang masih dalam kondisi bau alkohol, Faydor tetap memacu kendaraan menuju kediaman orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak peduli kalau sekarang masih dalam kondisi bau alkohol, Faydor tetap memacu kendaraan menuju kediaman orang tuanya. Tadi yang menelepon adalah pelayan mansion, memberi tahu bahwa ada kiriman dari Leece Brylee Grisham. Tentu saja tanpa basa basi langsung ke sana untuk melihat.

Meski terakhir kali Faydor mengatakan bahwa ia akan benar-benar pergi dari kehidupan Leece karena tidak menunjukkan ingin diperjuangkan, buktinya sekarang tetap masih peduli dengan apa pun yang berkaitan tentang wanita itu. Terkadang diam-diam mencari tahu kehidupan Leece melalui sosial media hanya sekadar ingin melihat bagaimana keadaan sekarang. Nomornya telah diblokir, mengirimkan pesan pun percumah.

Selama satu bulan ini mereka berdua tidak ada komunikasi sedikit pun. Bagi Faydor sangat berat, tapi sedang berusaha menyesuaikan diri walau sampai sekarang belum berhasil juga.

Sampai di mansion, Faydor buru-buru turun dan mencari pelayan yang menghubunginya. "Mana paketnya?"

"Ada di atas meja itu, Tuan," beri tahu pelayan tersebut, seraya menunjuk lokasi yang dimaksud.

"Oke." Faydor mengambil sebuah amplop cokelat. Dia belum membuka isinya, tapi entah kenapa perasaan kini berubah tidak enak. Ada hawa mencekam dari benda yang kini berada di tangannya.

Faydor duduk di sofa ruang santai. Siap tak siap, ia buka amplop itu, lalu meraih sebuah dokumen di dalamnya. Baru membaca bagian atas, dunianya terasa semakin runtuh. Memutuskan untuk tidak melanjutkan dan memasukkan kembali karena sudah tahu tentang apa. Surat cerai.

Dua kelopak mata Faydor terpejam seraya kepala yang berat itu kian tersandar di sofa. Hembusan napasnya sangat lelah. "Kenapa secepat ini dia mengajak bercerai?" gumamnya sangat pelan.

Selama sebulan memang Faydor memilih tidak mengganggu kehidupan Leece. Ia pikir, wanitanya butuh waktu untuk berpikir sendiri, lalu nanti berubah pikiran. Nyatanya, semua salah. Apa yang diharapkan tidak sesuai. "Haruskah benar-benar berakhir sampai di sini?" Rasanya belum rela. Ada sesuatu yang mengganjal di dada dan tak tahu apa, karena sulit sekali membuat jiwanya tenang setelah jauh dari Leece si penyihir cantik.

Sosok yang tadinya hanya dianggap adik kecil, rupanya kini memiliki pengaruh besar bagi Faydor.

Jika Faydor yang memohon sendiri pada Leece, pasti tidak mungkin mau dibujuk supaya mengurungkan niat. Dahulu ia sangat angkuh dan jarang meminta bantuan orang lain, menganggap bahwa semua bisa diatasi sendiri. Namun, sekarang dia butuh orang tuanya untuk menolong.

Bangkit dari duduk, Faydor kembali mencari pelayan untuk bertanya. Sejak ia datang, suasana mansion sangat sepi, pastilah keluarganya sedang tidak di sana.

"Mommy, Daddy, dan Galtero ke mana?" tanya Faydor pada pelayan yang tengah membersihkan dapur. Ia sembari membuka kulkas dan mengambil minuman kemasan untuk diteguk.

"Tuan Besar dan Nyonya minggu lalu pergi ke New York, kalau Tuan Muda Galtero selalu menginap di apartemen, jarang pulang."

"Oh ... pulang kapan katanya?"

"Kenapa mencariku?"

Sepertinya pertanyaan dari Faydor tidak perlu dijawab karena suara menggegelar dari Daddy Gerald telah menggema di dalam sana. Sosok pria gagah diusia lima puluhan itu berjalan mendekat, seraya menggandeng istrinya.

"Aku mau minta bantuanmu, Dad," kata Faydor tanpa basa basi. Ia buang kemasan bekas yang sudah kosong itu ke tempat sampah. Menghampiri daddynya yang langsung bergerak menuju ruang keluarga.

"Bantuan apa?" Daddy Gerald yang lelah setelah perjalanan jauh pun hanya menatap sinis putranya.

Sementara Mommy Cathleen tidak mengajak bicara putranya karena sampai sekarang masih kecewa dengan Faydor. Ia menepuk pundak suami. "Aku ke kamar, ya?" pamitnya. "Meski kita kesal dengannya, tolong jangan dihajar, dia anakmu," pintanya kemudian. Lalu ia berjalan melewati Faydor begitu saja.

"Mom?" panggil Faydor. Sejak Leece meminta berpisah dan terkuak seluruh kehidupannya yang hancur, dia dikucilkan, bahkan termasuk mommynya yang lemah lembut pun memilih mendiamkan dirinya.

"Percumah kau ajak bicara mommymu. Dia masih tidak terima putri kesayangannya dihancurkan dan disakiti olehmu," ucap Daddy Gerald. Leece sangat disayang oleh istrinya, sejak dahulu telah dianggap seperti anak sendiri. "Cepat katakan tujuanmu mencariku!" titahnya secara tegas.

Faydor pun duduk berhadapan dengan daddynya. "Bantu aku, Dad. Tolong bujuk Leece supaya mengurungkan niat bercerai denganku," pintanya sangat sungguh-sungguh.

Sepasang mata Daddy Gerald melirik sinis. Tak lama kemudian diikuti tarikan sudut bibir yang terkesan mengejek. "Aku tahu kau anak kandungku. Tapi, berkali-kali ku katakan jangan pernah berurusan dengan keluarga Volve, nyatanya tak kau dengarkan, bukan? Justru bermain-main dengan salah satu anaknya, bahkan menyeret Leece juga untuk menutupi hubungan kalian." Dia menggeleng pelan. "Sekarang kau menemui masalah akibat tidak mendengarkan aku. Maka, selesaikan sendiri. Mau meminta seribu kali pun tidak akan pernah ku bantu."

"Aku menyesal, Dad. Sekarang benar-benar ingin hidup bersama dengan Leece. Hidupku terasa hampa tanpa dia."

Daddy Gerald berdiri dengan kepala menggeleng pelan. "Percumah kau memohon. Meskipun Leece mau bersamamu lagi, belum tentu Edbert dan Jazlyn memberikan kepercayaan melepas putrinya untukmu, yang kedua kalinya. Kau sudah mengecewakan banyak orang." Setelah itu dia pergi meninggalkan Faydor. Membiarkan putranya berpikir dan menyelesaikan masalah sendiri.

 Membiarkan putranya berpikir dan menyelesaikan masalah sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Revenge For A HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang