Leece tidak mendengar ada suara wanita manja lagi di luar kamar. Jadi, dia mengintip sedikit dari celah pintu. Memastikan apakah Rose masih ada atau tidak. Menghembuskan napas lega saat mata hanya menangkap satu sosok pria saja yang berkutat di depan MacBook, selalu.
"Di mana kekasihmu? Kabur?" tanya Leece. Menyandarkan lengan di bingkai pintu.
"Keluar, cari makan."
"Oh ... tidak kau temani?" Leece bergerak menuju dapur untuk membuatkan minuman sebagai teman suami bekerja.
"Aku sibuk."
Leece mengangguk paham. Ternyata sifat acuh Faydor itu berlaku untuk semua orang. Bahkan Rose yang katanya kekasih pun tidak ditemani mencari makan walau tadi ia mendengar rengekan penuh paksaan.
Merasa sangat terhormat sekali Leece karena bisa merasakan diperhatikan oleh pria itu. Sakit pun selalu ada di sisinya, mengusap perut sampai enakan. Makanannya dibuang pun Faydor juga terlihat marah. Seandainya sang suami memiliki sedikit saja perasaan cinta untuknya, maka hidup pasti akan jauh lebih mudah.
"Kopi, sekarang tak kemanisan lagi seperti waktu itu." Leece meletakkan sebuah cangkir ke depan suaminya. "Gula satu sendok." Lekas memberi tahu saat mata Faydor hanya melirik pada air berwarna hitam.
Mau membuktikan apakah kali ini jauh lebih enak atau tidak. Faydor pun menyeruput sedikit. Kepala mengangguk. "Ya, kopi begini yang ku maksud."
"Berarti ini enak?"
"Enak."
"Kalau spaghetti yang tadi, bagaimana?"
"Enak juga."
Leece berjingkrak senang. Akhirnya dia ada kemajuan juga. Sekarang bisa sedikit mengurus suami yang sangat acuh dengan kehidupan karena selalu kerja yang diutamakan.
"Kalau begitu, mulai sekarang, aku akan mengurus makanmu. Urusan perut, serahkan padaku." Leece menepuk dada dengan penuh keyakinan. "Supaya aku terlihat seperti istri sungguhan." Setelah berucap, ia acak-acak rambut Faydor.
Baru senang sebentar karena tak ada Rose yang membuat suasana hati berubah buruk, ternyata wanita itu tiba-tiba masuk ke dalam tanpa permisi. Leece tentu saja melotot dan sedikit bingung.
"Bagaimana kau bisa membuka pintu?" tanya Leece. Tangannya masih di atas kepala suami. Biarlah Rose melihat kalau ia dan Faydor juga mulai dekat.
"Ini." Rose menunjukkan sebuah kartu akses.
Leece melirik pada suaminya seakan meminta penjelasan. "Kau memberi dia kunci kamar?"
"Dia mengambil sendiri," jawab Faydor.
"Dan kau biarkan saja?" protes Leece tidak senang.
"Bocah ... masalah sepele saja kau besar-besarkan." Rose melemparkan kartu tipis itu hingga jatuh di depan kaki Leece. "Itu, ambil lagi. Aku hanya pinjam untuk keluar beli makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge For A Heartbreak
ChickLitLeece baru saja patah hati. Dia tidak mau merasakan sedih yang berlarut, maka menyusun sebuah rencana untuk menunjukkan bahwa hidupnya lebih bahagia tanpa sang mantan dan bisa menemukan pria yang jauh lebih menawan. Bukan dengan cara menyakiti seseo...