Galtero sibuk dengan ponselnya, sejak tadi berusaha menghubungi nomor Faydor tapi tak kunjung tersambung. Reaksinya saat ini tengah memasang wajah mengeras, kesal bukan main dengan kelakuan kembarannya. Bahkan dari kemarin dia ingin sekali mengumpati pria yang satu rahim dengannya itu, karena begitu tega meninggalkan Leece seorang diri, dan tidak menemani sampai ia kembali.
Sudah dibantu, justru tak tahu diri. Itu sangat menyebalkan. Meski saudara sendiri, tapi tetap saja dia akan marah. Galtero berusaha keras memohon pada orang tua Leece supaya bisa mengajak wanita itu keluar, demi memenuhi permintaan Faydor. Namun, ia dikecewakan. Untung saja saat kembali, Leece baik-baik saja.
Maka dari itu, Galtero berusaha menghubungi Faydor agar bisa mengumpat. Walau Leece mengatakan bahwa ia tidak boleh marah pada kembaran sendiri, tetap saja tak mungkin bisa begitu.
Akhirnya, setelah mencoba berkali-kali, kini nada sambung pun terdengar juga. Tak lama kemudian, panggilan diangkat.
Galtero tidak memberikan jeda untuk kembarannya menyapa, ia langsung mengeluarkan suara. "Maksudmu apa meninggalkan Leece, ha?! Jika tahu pada akhirnya dia akan kau tinggalkan begitu saja, tak akan ku bantu kau bertemu dengannya!"
"Santai, aku sudah mengatakan alasannya pada Leece kenapa buru-buru pergi."
"Kenapa?"
"Leece tak mengatakan padamu?"
"Sudahlah, langsung saja beri tahu, banyak tanya sekali."
"Kemarin, pihak rumah sakit menghubungiku, memberi tahu kalau Rose mengalami kram perut. Jadilah aku lekas mencari penerbangan paling awal."
Galtero bergeleng kepala tak habis pikir. "Faydor ... Faydor ... bisa-bisanya kau memilih meninggalkan Leece untuk menemui wanita itu."
"Dia mengandung anakku, ku pikir akan terjadi hal buruk saat itu."
Ada tawa dari Galtero yang begitu kental oleh kesan mengejek dan menganggap kembarannya bodoh. "Lantas bagaimana dengan Leece? Dia juga sedang mengandung anakmu, bahkan harus istirahat total karena kehamilan sekarang bisa rawan keguguran kalau terlalu lelah. Kau tidak peduli dengan hal itu?"
"Apa katamu? Ulangi lagi!" paksa Faydor. Telinganya tidak salah mendengar, kan?
"Tak ada pengulangan, dan kemarin adalah kesempatan terakhir dari Daddy Edbert untukmu. Dia memberi izin Leece keluar karena aku memohon supaya diberikan kesempatan kedua setelah melihatmu sangat menyesal, tapi ternyata sama saja. Secara tak kau ketahui, ada mata-mata keluarga Grisham yang memantaumu saat itu. Jadi, nikmatilah jalan buntumu, sebab mulai sekarang bersama dengan Leece hanya akan menjadi anganmu saja." Selepas mengatakan kebenaran di balik pertemuan di Columbus Park, Galtero mematikan panggilan dan tak peduli bagaimana reaksi Faydor.
Sementara orang yang bersangkutan, tentu saja tengah terkejut. Dadanya dipaksa berhenti untuk merasakan detakan jantung. Mata pun sulit diajak berkedip. Faydor benar-benar tak tahu kalau Leece hamil.
"Shit! Bodohnya aku!" Kepalan tangan itu meremas ponsel, lalu meninju dinding dengan keras. Demi apa pun, ia tak menyadari jika Leece mengandung anaknya lagi. Juga tentang kesempatan kedua yang ternyata diberikan secara diam-diam sebagai pengujian, tapi berhasil dihancurkan begitu saja olehnya.
"Argh ... jika tahu, tak mungkin aku meninggalkannya demi sampah!" Saking kesal dan menyesal, Faydor membanting benda berlayar enam koma tujuh inch itu ke lantai. Sangat keras, pasti layar ada yang retak.
Mendengar teriakan, Rose yang sedang ada di dalam kamar mandi pun keluar. "Hei ... kenapa? Ada masalah?" tanyanya, seraya tangan mengusap pundak Faydor untuk menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge For A Heartbreak
ChickLitLeece baru saja patah hati. Dia tidak mau merasakan sedih yang berlarut, maka menyusun sebuah rencana untuk menunjukkan bahwa hidupnya lebih bahagia tanpa sang mantan dan bisa menemukan pria yang jauh lebih menawan. Bukan dengan cara menyakiti seseo...