Setelah dipikir-pikir, Leece selalu melihat Faydor dalam keadaan tidak memakai baju. Bukan hanya malam ini, ketika ia datang ke apartemen pria itu yang ada di Helsinki, kemudian tiap tahun kalau ada acara keluarga bersama pun Faydor jarang sekali terlihat berpakaian lengkap. Kecuali ketika ada kegiatan di luar saja baru manusia itu berpenampilan menutupi seluruh tubuh.
Namun, entah kenapa malam ini terasa aneh bagi Leece. Dia sedikit risau dan takut diterkam. Hanya sekali tarik celana, pria itu pasti tak akan berbusana.
Oh Leece ... kau itu memikirkan apa! Hilangkan semua imajinasi kotormu itu! Dia mengomeli diri sendiri walau dibatin.
Memangnya apa lagi yang bisa Leece pikirkan saat tiba-tiba ada seorang pria di dalam kamar dengan busana sangat minim. Apa lagi wajah Faydor juga nampak mengerikan, seolah menyimpan sebuah rencana busuk. Tak hanya itu, pesan yang terakhir kali tentang tawaran pembuktian bahwa bukan gay adalah salah satu pencemar isi otaknya.
"Kenapa kau seperti ketakutan?" tanya Faydor dengan bibir menyeringai. Meski sudah didorong ke belakang, namun pada akhirnya kembali mendekat. "Bukankah katamu aku seorang penyuka sesama jenis?" Senyumnya amat miring, khas sekali dengan wajah meremehkan yang kental bersama aura sinis.
Leece berusaha menghindar dengan terus melangkah ke belakang. Tapi, Faydor maju pantang mundur. Hingga pada akhirnya merasakan punggung membentur dinding dan ia tidak berkutik lagi.
"Kau tidak perlu membuktikan apa pun padaku. Oke ... oke, aku akan percaya kalau kau adalah pria normal." Leece meneguk ludah karena Faydor tetap tidak membiarkan jantungnya berdebar dengan ritme yang semestinya.
Faydor membasahi bibir dengan lidah. Di mata Leece, pria itu seperti orang yang melihat santapan lezat dan siap untuk menikmati hidangan.
"Maaf jika aku salah menilai, ku pikir kau tidak suka wanita karena melihatku saja tak bergairah dan menolak ajakan menikah." Leece sampai menahan napas ketika tubuh Faydor tepat berada di depannya. Tidak memberikan jarak sedikit pun.
"Takut?" tanya Faydor dengan suara amat dingin juga intonasi terdengar berat.
Aroma tubuh pria itu menguar di indra penciuman Leece. Parfum dengan ciri khas seorang Faydor, maskulin dari woody bercampur spice. Hanya menghirup itu pun mampu membuatnya tidak ingin bergerak karena memang bisa menggetarkan jiwanya yang kesepian. Tapi, menghindari supaya tidak menjadi santapan Faydor adalah poin utama yang berhasil membuatnya sadar. Dia mengangguk untuk menjawab pertanyaan tadi. "Se—dikit." Ada gugup melanda saat suaranya keluar.
Faydor justru menikmati pemandangan di depan mata. Wajah gugup bercampur takut itu membuatnya justru terhibur. "Baru melihatku tanpa baju saja sudah seperti ini reaksimu. Bagaimana kalau tanpa sehelai benang pun?" Ia raih dagu Leece, lalu didongakkan ke atas hingga kedua tatapan mereka saling bertemu. "Di mana keberanianmu saat di apartemenku itu? Sekarang nyalimu sudah menciut? Katanya mau mengajak aku menikah, tapi baru begini saja sudah seperti orang mau mati berdiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge For A Heartbreak
ChickLitLeece baru saja patah hati. Dia tidak mau merasakan sedih yang berlarut, maka menyusun sebuah rencana untuk menunjukkan bahwa hidupnya lebih bahagia tanpa sang mantan dan bisa menemukan pria yang jauh lebih menawan. Bukan dengan cara menyakiti seseo...