Part 28

7.3K 409 167
                                    

Target kemarin tembus ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Target kemarin tembus ya. Berarti target yang sekarang juga bisa nih cepet tembus. Vote 150 dan komen 200, aku bakalan up secepatnya. Jadi, jangan lupa tekan bintangnya dan spam komen sebanyak-banyaknya

*****

Leece berjalan tak tentu arah. Tidak tahu mau ke mana. Dia hanya ingin sendirian, jauh dari orang-orang yang menyakitkan. Salah, ralat, manusia yang sakit otaknya. Bisa-bisanya terpikirkan untuk menuduh dirinya. Kalau tidak suka 'kan tinggal bisa bilang saja, tidak perlu membuat hubungannya dengan Faydor yang baru saja membaik berubah menjadi kembali dingin dan asing.

Sepanjang kaki melangkah, Leece hanya mengikuti aspal saja. Entah ujungnya di mana, tidak peduli. Sandalnya tidak diangkat, tapi ia seret bagian alas hingga bergesekan dengan jalanan.

Selagi masih menghirup aroma laut, berarti jalannya tetap ada di pesisir pantai. Lagi pula Leece tidak ada niatan untuk kembali ke penginapan juga.

"Bisa-bisanya aku menikahi pria bodoh yang mudah dimanipulasi begitu," gerutu Leece.

Cuaca begitu terik saat ia keluar. Membuat keringat banjir membasahi tubuh. Apa lagi musim panas begini luar biasa membakar kulit.

Rasa kesal membuat Leece tidak lelah meski perjalanan sudah sangat jauh dari penginapan. Dia meluapkan amarah dengan menjauh dari sumbernya. Namun, tiba-tiba merasakan sesuatu. Ketika melangkah, bagian sandalnya ada yang rusak.

"Ah ... sial sekali nasibku hari ini." Leece melepaskan alas kaki yang sudah tidak layak dipakai itu. "Ada acara putus segala disaat kondisi seperti ini," gerutunya kemudian.

Tidak mungkin meninggalkan rongsokan disembarang tempat. Nanti kena denda. Leece menenteng sandal dan tetap melanjutkan jalan kaki.

Telapak langsung menyentuh aspal yang sudah terpapar sinar matahari seharian, ternyata rasanya begitu membakar. Leece bagaikan disiksa oleh api. Dia bergerak jinjit karena tidak tahan.

"Sepertinya aku memang harus berhenti jalan." Leece masuk ke dalam pepohonan yang sengaja ditanam sebagai pemecah ombak. Lagi-lagi yang dilihat adalah pasir putih. Namun, kali ini jauh lebih sepi dibandingkan yang ada dekat hotel tempatnya tinggal.

Tidak masalah sendirian, baguslah, jadi terasa damai. Leece duduk di bawah pohon supaya sedikit terhindar dari matahari. Bukan takut panas, tapi dia ingin tiduran di tempat yang tidak silau.

"Liburanku kacau sekali. Bukannya mendapatkan inspirasi untuk menyelesaikan tugas akhir, ternyata isi kepala bertambah buntu.

Sebelum istirahat menghilangkan rasa lelah setelah berjalan jauh, Leece melihat ponsel, mengecek apakah suami mencarinya atau tidak. Ternyata kosong, tak ada siapapun yang mengirimkan pesan.

"Mana mungkin dia mencariku. Sudah ada kekasihnya si bunga bangkai. Tidak cocok namanya Rose, mawar itu harum, dia busuk." Setelah menghina orang yang tidak bisa mendengar, Leece melihat maps untuk memastikan di mana keberadaannya sekarang. Bahkan nama pantainya saja belum ada di sana.

Revenge For A HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang