Part 9

10.2K 496 113
                                    

"Apa tujuanku? Itu bukanlah urusanmu, Galtero

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa tujuanku? Itu bukanlah urusanmu, Galtero. Kau tidak perlu ikut campur atas apa yang ku lakukan," peringat Faydor. Dia memutar kursi supaya membelakangi kembarannya karena tidak ingin beradu tatapan tajam yang bisa jadi akan berakhir mendapatkan sebuah hantaman. Atau mungkin juga perdebatan sengit dan membuatnya ikut emosi.

"Jadi urusanku karena yang kau nikahi adalah wanita yang sudah kita anggap seperti adik sendiri." Galtero kian mendekat, berdiri tepat di belakang calon pengantin pria dan ia tatap punggung Faydor dengan sengit. "Aku tahu sesuatu yang sering kau tutupi selama ini," imbuhnya kemudian.

Faydor berubah sedikit tegang, lalu ia berusaha menetralkan lagi supaya tidak terlalu mencurigakan. "Apa yang kau ketahui?" Dia harus memastikan apakah Galtero sungguh tahu atau sekadar gertakan belaka.

Galtero pun sedikit membungkuk hingga bibir berada di samping telinga kembarannya. Dia lalu membisikkan sesuatu, tentu tentang rahasia Faydor. "Benar, bukan?" Senyum miring terbit di wajah seolah menunjukkan kalau apa pun bisa ia ketahui dengan mudah.

Faydor mengepalkan tangan, melotot ke arah samping di mana bisa melihat Galtero dari posisi itu. "Jika kau sudah tahu tentang itu, maka tutup mulutlah!" titahnya, lebih tepat sebagai pemaksaan.

Menegakkan tubuh sembari memasukkan tangan ke dalam saku, Galtero itu sama saja dengan Faydor, dingin dan jarang berekspresi. Jadi, hanya mendapatkan gertakan juga pelototan pun bukan sesuatu yang membuatnya menciutkan nyali. "Mana bisa aku merahasiakan hal itu kalau kau belum memberi tahu motifmu menikahi Leece." Kaki Galtero terayun menuju sofa, ia kemudian duduk di sana.

"Ok, aku akan katakan. Tapi, cukup kita berdua yang tahu. Orang tua kita jangan sampai mendengar tentang hal ini," peringat Faydor. Daripada rahasianya terungkap dan menjadi runyam urusan, lebih baik menuruti permintaan kembarannya. Toh hanya bercerita tentang alasan dibalik pernikahan, dan Galtero adalah orang yang bisa menutup mulut. Jadi, ia percaya kalau rahasia pasti tetap aman.

"Hm ... aku mendengarkan." Punggung Galtero disandarkan pada sofa, tangan melipat di depan dada, dan kini telinga juga fokus pada suara kembarannya.

"Leece memohon padaku untuk menikah dengannya karena dia ingin balas dendam pada mantan yang sudah berkhianat, dengan cara menunjukkan kalau bisa hidup bahagia tanpa pria itu," jelas Faydor dengan sangat tenang. "Awalnya aku menolak, tapi ternyata butuh juga untuk menutupi rahasia tadi yang kau bisikkan padaku."

Galtero menaikkan sebelah alis, sekarang dia paham. "Jadi, kalian sama-sama saling memanfaatkan?"

"Ya, hanya dalam kurun waktu tertentu, satu atau dua tahun. Setelah itu kami akan bercerai."

Galtero menghela napas berat seraya menjambak rambutnya yang belum sempat dirapikan sejak turun dari pesawat. "Kalian gila, benar-benar tak waras." Kedua tangan memegang pelipis yang mendadak pusing memikirkan pernikahan pura-pura kembarannya. "Hubungan keluarga Giorgio dan Grisham sangat baik, Fay. Bahkan Mommy sangat senang ketika mendengar ada salah satu anaknya bisa memperkuat kekerabatan kita dengan sebuah pernikahan."

Revenge For A HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang