Part 52

5.3K 230 7
                                    

Dia merasa tenggorokan kering dan mata mulai lelah berada di depan layar MacBook terus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia merasa tenggorokan kering dan mata mulai lelah berada di depan layar MacBook terus. Berdiri untuk mengambil minum di dapur, tapi sayangnya pandangan berubah menjadi buram seketika. Semua terasa gelap dan badan juga dingin. Faydor tahu kalau selama ini kondisi kesehatannya tidak baik-baik saja. Namun, tak menyangka jika ia akan tumbang juga.

Faydor seorang diri di sana, ia tinggal bersama Rose, hanya sebatas menemani wanita itu tanpa menyentuh sedikit pun. Cukup memastikan kalau kandungan baik. Namun sekarang orangnya sedang pergi berbelanja. Sengaja diusir karena terlalu berisik dan mengganggu konsentrasinya saat bekerja. Maka, lebih baik berikan uang supaya menghabiskan waktu di luar. Jadilah ia pingsan tak ada yang menolong.

Tahu kalau butuh pertolongan medis karena kondisi yang buruk, tapi Faydor selalu memaksakan diri dan menganggap bahwa tubuhnya baik-baik saja. Sehingga tak pergi ke rumah sakit. Ia siuman dalam kondisi kepala terasa berat dan bagaikan dihantam oleh batu besar. Pening, tapi bertepatan dengan itu ada suara notifikasi masuk di ponselnya.

Faydor berusaha kembali bangkit dan duduk. Dengan tangan kiri menyangga kening, sebelah kanan menggerakkan layar enam koma tujuh inch. Dia selalu menunggu pesan atau panggilan masuk, berharap itu adalah Leece yang mengatakan rindu padanya. Tapi, ternyata bukan, justru dari Anne yang memberi kabar kalau wanita yang amat ia cintai mendadak tidak sadarkan diri.

"Bisa kebetulan sama," gumam Faydor. Ia lalu menghubungi sahabat Leece itu. Selepasnya barulah mencari tiket menuju New York untuk penerbangan paling awal.

Andai dekat, pasti Faydor segera datangi. Sayangnya butuh pesawat untuk sampai ke sana. Sialnya dia dapat penerbangan hari berikutnya, tidak sekarang. Tak apa, setidaknya masih bisa ke sana dan memastikan sendiri bagaimana keadaan Leece.

Punggung tersandar di kursi, kepala mendongak hingga pandangan hanya berisikan langit-langit ruangan. "Kenapa aku tidak bisa melupakannya dan melepaskan dia begitu saja?" gumamnya diiringi helaan napas panjang penuh rasa rindu yang tak kunjung tersalurkan.

Pagi, siang, sore, malam. Meski Faydor lebih dekat jaraknya dengan Rose yang katanya sedang mengandung anaknya, tapi hati juga pikiran terus terisi oleh Leece. Padahal jauh di sana, selain beda negara, beda benua juga.

"Penyihir, teganya dia membuatku jatuh cinta dan sekarang menyiksaku sedemikian rupa." Faydor mengusap wajahnya kasar. Pikirannya benar-benar kacau semenjak mendapatkan surat cerai dari Leece. Apa lagi ditambah sekarang mendapatkan kabar kalau wanitanya sakit. Rasa khawatir menyeruak hingga berhasil membuatnya merasa sesak.
.....
Malam hari wanita berperut buncit itu baru nampak memasuki apartemen. Menenteng banyak sekali belanjaan dan berjalan dengan wajah riang. "Terima kasih untuk hari ini, anak kita sepertinya tidak akan pernah kekurangan karena daddynya sangat tahu apa yang dibutuhkan." Tentu saja uang, memangnya apa lagi? Dia bukan seorang wanita karir atau berasal dari keluarga kaya raya, predikat yang dimiliki hanyalah terlahir dari keluarga licik dan banyak musuh karena selalu menumbangkan lawan bisnis dengan cara kotor.

Revenge For A HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang