what really happened

166 31 9
                                    


aroha,, author come back. 

adakah yang kangen padaku?

hehehe...

***

yang baru gabung follow dulu ya..

selamat membaca..!!

***



Flashback<<<

Regan, brillan dan deva tengah makan siang bersama di kantin fakultas, Hari itu regan tidak bisa mengganggu anna seperti biasa karena gadis itu sedang tidak ada jadwal kuliah dan tadi pagi mereka sudah makan bersama. lebih tepatnya regan yang memaksa ikut saat melihat anna pergi keluar untuk sarapan di sebuah gerobak tukang bubur yang menjual dagangannya di trotoar belakang gedung apartemen mereka.

Selama kegiatan makan siang , regan tidak banyak bicara. pemuda itu terus sibuk sendiri dengan makanan dan sesekali mengecek ponselnya yang tidak juga berbunyi.

"lo nunggu chat dari siapa sih re?" tanya brillan saat menyadari regan yang sedari tampak gelisah dan kesal sendiri.

"dari anna, gue udah chat dia dari tadi tapi nggak dibales-bales. Ck..." decak regan dan kembali sibuk memainkan ponselnya.

"anna..? anak seni yang terkenal psikopat itu?" tanya deva, seketika regan menghentikan gerak jari pada ponselnya dan melirik sekilas ke arah deva lalu tersenyum miring.

"iya, beautiful psycho itu udah jadi cewek gue sekarang" jawab regan cuek kemudian kembali sibuk dengan ponselnya.

"cewek? Mm-mmaksudnya?" tanya deva memastikan pendengarannya.

Sebenarnya gadis itu sudah beberapa kali melihat dan mendengar rumor kedekatan mereka belakangan ini, deva berusaha menampik dan tidak menghiraukan gosip yang beredar. Karena berfikir regan masih setia berhalu dengan gadis radio yang deva yakini sangat kecil kemungkinan bagi regan untuk bersama dengan gadis penyiar itu. 

Tapi apa yang baru saja dia dengar benar-benar membuatnya sedikit terguncang dan kecewa.

Brillan melirik perubahan ekspresi deva yang kini terlihat muram dan bingung .

" ekheem,, ,

belum dev, Anna nya belum nerima regan.

Kita semua tau kan anna gimana, pasti nggak gampang luluhin tu anak" ucap brillan mencoba mengurangi kekecewaan deva. Namun ucapan regan berikutnya seketika benar-benar membuatnya patah hati dan dilanda kecewa mendalam.

"belum bukan berarti nggak mungkin bri, kita bahkan udah tinggal di gedung apartemen yang sama sekarang dan setiap balik kuliah gue selalu jalan sama dia.

Emang siapa yang bisa sampai titik itu selain gue? Liat aja, bentar lagi lo bakal denger kabar baik dari gue" sahut regan bangga, meski pada kenyataannya pemuda itu hanya asal bicara sekedar untuk membuat deva berhenti berharap terhadapnya.

Deva yang sebenarnya sangat kecewa berusaha bersikap santai untuk menyembunyikan perasaannya lalu tersenyum lembut.

"kamu pindah apartemen re? dimana?" tanya deva, regan tidak menjawab dan tetap sibuk sendiri dengan ponselnya tanpa menghiraukan pertanyaan deva yang sudah sangat penasaran.

Other sides of meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang