comic cafe

139 30 2
                                        

lanjut lagi nih?

iya deh,,

tapi follow dulu ya bagi yang belum follow.

selamat membaca.

***



Regan keluar dari kamarnya sambil menyandang ransel dengan sebelah bahunya, pemuda itu menuruni anak tangga menuju ruang makan keluarga untuk sarapan bersama kedua orang tuanya, namun Langkahnya melambat saat samar mendengar suara perdebatan disana.

Pemuda itu membeku dengan raut wajah yang tak terbaca.

"kamu tu bisa nggak sih sekali-kali ikut ke pesta pemegang saham, emang sesibuk apa sih ngurusin rumah sakit kecil begitu? Aku malu lho pah setiap ke acara itu selalu sendiri, coba donk kamu ngertiin aku.

Aku itu pebisnis, masa kamu nggak bisa imbangin kerjaan aku. Lagian kamu itu direktur, bukan dokter residen.

Masa semua kamu yang handle sendiri sih?" hardik melisa yang berdiri sambil berkacak pinggang didepan suaminya yang tengah duduk disalah satu bangku meja makan.

"ck,, selalu itu yang kamu permasalahkan.

Memangnya kamu pernah imbangin kerjaan aku? Kamu selalu nolak kan setiap ku ajak ikut kegiatanku?

Berapa kali aku mengalah, bahkan setelah hampir 25 tahun pernikahan kita ini apa pernah kamu pahamin kerjaan aku hmm..?

Kamu selalu menuntut untuk ditemani, entah sudah berapa kali kamu memaksaku meninggalkan tanggung jawab dan membatalkan jadwal operasi.

Bahkan kamu tega menyeretku untuk mengikuti kemauanmu pergi kepesta sialan itu saat aku sedang menangani pasien darurat sampai pasien itu meninggal.

Dimana naluri kamu lisa? Aku ini dokter, aku sudah disumpah untuk tetap bekerja meskipun harus mengorbankan nyawaku sendiri." Sentak rio

Regan yang mendengarnya dari anak tangga mengepalkan kedua tangannya, pemuda itu selalu merasa sedih jika mendengar kedua orang tuanya bertengkar. Sejak kecil regan selalu berfikir keluarga mereka sempurna.

Memiliki seorang ibu pengusaha sukses dan kaya raya, juga seorang ayah dokter yang terkenal hebat dan dermawan sudah pasti menambah nilai regan dimata orang lain.

Regan selalu membanggakan keluarganya, sampai titik dimana dia mulai menyadari bahwa semua yang dia lihat selama ini hanyalah sandiwara dan kepalsuan.

Pemuda itu menghela nafas kasar sambil menetralkan ekpresinya, lalu meneruskan langkahnya menuruni tangga, Kedua orang tuanya pun seketika terdiam dan berusaha memasang ekpresi wajah ramah seperti biasanya saat melihat regan berjalan mendekati meja makan.

"hai sayang.." sapa melisa dengan senyum lembut keibuan.

"hai mom,," regan mencium sekilas pipi ibunya, kemudian duduk pada salah satu bangku.

"pagi pah.." sapa regan, rio tersenyum lembut sambil menepuk pelan punggung anaknya.

Melisa membuat roti selai untuk regan juga menyodorkan segelas susu didepan pemuda itu.

"oh iya re, kamu belum cerita sama mama lho.

Kamu udah ketemu penyiar itu? gimana? apa dia cantik?" tanya melisa antusias.

Regan melirik sekilas wajah ibunya sambil menggigit roti " off course, dia sangat cantik. Iya kan pah?" jawab regan sambil tersenyum, rio menanggapinya dengan anggukan kepala dan senyuman tulus.

Other sides of meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang