Chapter 30 (Max's meeting with his Father)

145 14 21
                                    

Maaf guys, ada sedikit kesalahan, jadi saya sudah perbaiki kesalahan itu

"Chapter yang satu ini mungkin agak sedikit…"

"Selesai!" Kata Lucy. "Akhirnya bersih juga…" kata Ipas. "Sekarang semuanya terlihat rapi sekarang" kata Lina. "Jika dilihat lihat, rumah ini cukup besar untuk kita semua jika kita membagi kamar kita" kata Jacky. "Terdapat 5 kamar disini, kurasa aku akan sekamar dengan ayahku" kata Max. "Kalau begitu, kami akan sekamar saja" kata Ipas dengan kedua tangannya diletakkan di bahu Lucy dan Lina. "Baiklah, sisanya kalian bisa putuskan dengan siapa kalian akan sekamar" kata Max. "Hei Volt. Maukah kau sekamar denganku?" Tanya Ray. "Baiklah, Sammy, kau sekamar dengan Leo ya" kata Volt. "Aku mengerti" kata Sammy. "Aku merasa lelah setelah ini semua…" kata Leo.

"Baiklah, ayo kita berganti pakaian" kata Lucy. "Ipas akan membuat reservasi di restoran" kata Lina. "Baik!"

Di kamar Volt dan Ray…

Volt dan Ray melepaskan baju mereka. Volt menatap ke arah tubuh Ray. "!" Tubuh Ray sangat berotot…. Aku tidak menyangka dia akan sangat berotot seperti ini… padahal ketika dia berpakaian, tubuhnya terlihat sepertiku, Sammy, dan Leo saja… otot di dadanya, di perutnya… ugh… bahkan lebih hebat dari Max (bukan berarti dia berbadan besar seperti Max, hanya saja jika dilihat dia memiliki tinggi dan postur tubuh yang sama seperti Volt, tetapi lebih berotot)… Heee… menyebalkan…. Entah kenapa tiba tiba aku berpikir untuk menatap tubuhnya… apa yang kupikirkan…" pikir Volt. "Hm? Kenapa? Kenapa kau menatapku?" Tanya Ray. "T-tidak… hanya saja aku tidak pernah menyangka tubuhmu akan sangat berotot seperti itu bahkan melebihi Max…" kata Volt. "Benarkah? Kau juga berotot" kata Ray. "Tubuhku terlihat sama dengan Sammy" kata Volt. "Aaah, andai aku bisa sepertimu…" kata Volt. "Eeh…"

Di kamar Leo dan Sammy…

"Aku lelah" kata Leo melompat ke tempat tidurnya. "Mungkin kau harus berganti pakaian dulu Leo" kata Sammy. "Astaga, iya iya, aku akan berganti pakaianku" kata Leo. "Dia sama saja seperti Volt yang pemalas… mereka benar benar membagi kepribadian yang sama…" tawa Sammy di pikirannya. Mereka melepaskan baju mereka. Dan tiba tiba…

Kedua mata mereka saling melirik satu sama lain. "Kau berotot juga…" kata Leo. "Kau juga" kata Sammy. "Kita memiliki tubuh yang sama" kata Leo. "Ya, entah kenapa aku menjadi ingat dengan tubuh Volt yang sama dengan kita" kata Sammy. "Apakah luka di sayapmu masih sakit?" Tanya Leo menyentuh tubuh belakang Sammy. Sammy menunjukkan sayapnya keluar dan melihat lukanya. "Ini memang sudah tidak sakit lagi, tetapi luka ini tidak akan pernah sembuh selamanya" kata Sammy. "Aku merasa kasihan terhadapmu, kau harus bertahan dari rasa sakit itu…" kata Leo. "Ehehehe, jangan dipikirkan, aku sudah tidak apa apa sekarang, meskipun aku tidak bisa terbang lagi" kata Sammy tersenyum. "Dasar, kau masih bisa tersenyum bahkan ketika memiliki luka itu" kata Leo. "Lagipula, aku masih bisa hidup tanpa kemampuan terbangku kan?" Kata Sammy. "Aku hanya berharap kau dan yang lain tidak harus menerima rasa sakit yang kualami" kata Sammy. "Seperti biasa, mengkhawatirkan orang lain daripada dirimu sendiri, apa yang Volt katakan tentangmu benar" kata Leo. "Tapi, aku juga sama sepertimu, terkadang ketika memikirkan orang lain, kita menjadi tidak berpikir dengan diri kita sendiri, baik kau, Volt, Ray, dan aku, selalu memikirkan orang lain dan tidak berpikir diri kita dulu. Volt si bodoh itu mungkin bisa memarahimu, tetapi dia sendiri juga akan melakukannya jika berada di kondisi seperti itu, ray juga…" kata Leo. "Kurasa kita berempat memiliki sedikit kemiripan dan sedikit keras kepala" kata Sammy. "Dibandingkan adikku yang hanya memikirkan kesenangannya sendiri, dia sama seperti Jacky yang ceroboh dan Max yang suka makan" kata Sammy. "Kita berempat sama saja keras kepala" kata Leo. "Ya, aku juga terkadang seperti itu…" kata Sammy. "Baiklah, aku siap? Kau?" Tanya Leo. "Ya aku sudah selesai" kata Sammy. "Baiklah, ayo kita keluar" kata Leo.

Malam harinya, di Restoran Emerald, di ruangan termewah di restoran tersebut…

"Selamat makan!" Mereka semua menikmati hidangan hidangan spesial di Restoran Emerald di Order City, restoran termahal di Order City. "Ini enak!!" Kata Max. "Hidangannya dimasak dengan sangat sempurna" kata Hawk. "Ayo minum anggur teman teman!" Kata Jacky. "Jangan terlalu banyak Jacky, atau kau akan mabuk seperti hari itu" kata Lucy. "Ehehehe, kau benar, hari itu aku mabuk parah!" Kata Ipas. "Aku tidak bisa minum terlalu banyak atau aku akan mabuk" kata Lina. "Ini enak, ayo makan lagi Sammy!" Kata Leo memberikan hidangan lain kepada Sammy. "Aah! Jangan terlalu banyak! Perutku tidak mampu menampungnya!" Kata Sammy. "Kau juga makanlah lebih banyak Ray!" Kata Volt. "H-hentikan Volt, aku sudah kenyang!"

Kembali di rumah setelah makan malam…

"Aah… berapa yang kita habiskan untuk makan disana?" Tanya Lucy. "Memang enak sih, tapi kau memesan terlalu banyak makanan Ipas…" kata Lina. "Maaf maaf, tapi aku yakin kalian bisa menghabiskannya kan…" kata Ipas. "Ehehehe, bahkan sampai ada yang pingsan disini…" kata Leo. "Kurasa kalian terlalu memaksakan mereka…" kata Volt. Volt dan Leo sedang mengipas ngipas Ray dan Sammy yang hampir pingsan karena dipaksa untuk makan banyak. "Ugh… aku merasa ingin memuntahkan semuanya…" kata Sammy. "Aku merasa mual…" kata Ray. "Hei teman teman, kalian bisa beristirahat dulu di kamar jika kalian mau" kata Max. "Tidak apa apa, kami tidak lelah" kata Jacky. "Selain itu, kami juga ingin melihat ayahmu" kata Hawk. "Ehehe, benarkah?" Tanya Max. "Kuharap ayah akan segera tiba di rumah…" kata Max.

Sedangkan itu Hiiro…

Hiiro telah sampai di depan rumahnya. "Baiklah…" kata Hiiro. Hiiro membuka pintu dan…

"Hmm?" Semuanya berbalik dan menatap ke arah pintu yang terbuka. Mereka melihat Hiiro masuk.

"Ayah…?" Panggil Max. "Max…" panggil Hiiro. Mereka berdua saling menatap dan ada air mata di mata mereka berdua. "Ayah!!!" Max langsung bergerak memeluk Hiiro. "Putraku yang kusayangi…" Hiiro langsung memeluk Max.

"Ouh… sangat mengharukan…" kata Jacky yang ikut terharu. "Ehehe, kau menangis…?" Tawa Hawk. "Heei…" bisik Ipas. "Mereka berdua mirip…" bisik Lina. "Rambut, wajah dan juga mereka memiliki tubuh yang cukup besar…" bisik Ipas. "Aah, kalian berdua berlebihan…" bisik Lucy. "Itu ayah Max?" Tanya Leo. "Tentu saja, dilihat dari penampilannya dia benar benar sangat mirip dengan Max" kata Sammy. Sammy dan Leo saling menatap. "Luar biasa!" Kata mereka berdua.

Sementara itu dengan Volt dan Ray yang berada di sana…

… Mereka terdiam sesaat.

"Apakah… kau memiliki orang tua?" Tanya Ray. "Aku pernah bersama dengan ayahku sampai aku berumur 4 tahun, tapi kemudian dia menghilang…. Bagaimana denganmu?" Tanya Volt. "Aku bahkan tidak ingat jika aku pernah memiliki keluarga…" kata Ray. "Begitu ya…. Kelihatannya kita sama…" kata Volt. "Ya…" kata Ray.

Mereka berdua terdiam dan tidak ada yang berbicara, mereka tidak berani menatap satu sama lain. Tetapi…

"Kurasa kita memiliki masa kecil yang kelam…" kata Ray. "Kau benar, tapi bagaimanapun, sekarang sudah berbeda dengan masa lalu, sekarang kita bisa hidup dengan bahagia dan bebas dan tidak perlu khawatir dengan apapun. Kita memiliki apa yang kita inginkan, uang kita sangat banyak, apa lagi yang perlu dikhawatirkan" tawa Volt. "Hmm, kurasa kau benar kali ini, tidak biasanya kau mengatakan hal yang benar seperti ini" ejek Ray dengan sedikit senyuman. "Apa maksudmu?" Tanya Volt mengangkat tangannya yang dikepal.

"Aku sangat merindukanmu ayah!" Kata Max. "Aku juga, sudah lama aku tidak secara langsung melihatmu seperti ini" kata Hiiro.

Malam malam itu dipenuhi dengan kebahagiaan tetapi ada juga malam yang dipenuhi oleh kekhawatiran di kerajaan…

"Bagaimana Mia, apakah kau telah mendapatkan informasi tentang Chaos Empire?" Tanya Chen. "Ya komandan, aku mendeteksi kekuatan yang luar biasa kuat dari Chaos Empire, dan juga pasukan mereka meningkat pesat" kata Mia. "Bagaimana dengan para Ksatria Dark Knight?" Tanya Ziros. "Menurut penelitianku dari hasil data yang mulia berikan padaku, kekuatan mereka mungkin telah meningkat dibandingkan perang terakhir yang mulia. Juga ada kekuatan kegelapan yang kuat diantara para Dark Knight itu" kata Mia. "Kulihat…" kata Ziros. "Kelihatannya kita harus meningkatkan kekuatan ksatria kita dan juga…" kata Ziros. "Ada apa yang mulia?" Tanya Chen. "Aku berpikir tentang Jenderal kita…. Apakah kita harus membiarkan kesempatan untuk Ksatria muda?" kata Ziros. "Mungkin kita harus memilih Jenderal yang baru?" Tanya Chen. "Kurasa tapi aku akan pikirkan kembali itu nanti, yang paling penting sekarang saat ini, Mia kau adalah yang paling hebat dalam kemampuan sensoritas dan pencarian informasi, aku mengharapkan kemampuanmu" kata Ziros. "Aku mengerti yang mulia" kata Mia.

"Bagaimana Order Empire akan menghadapi Chaos Empire…? Dan kelihatannya Raja Ziros juga sedikit bingung dengan hal hal yang cukup banyak…"

"Lebih cepat update lah, masih panjang alurnya soalnya"

Miniforce: The Great WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang