Chapter 22 (Regret)

146 13 0
                                    

Berhari hari teman teman Sammy tidak mengunjungi ke rumah sakit dan tidak melihat bagaimana keadaan Sammy karena sibuk berlatih untuk ujian tahap kedua. Tapi, Sammy mengetahui mereka sibuk berlatih dan sama sekali tidak mempermasalahkan tetapi ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, itu adalah Volt.

"Apakah kau masih marah denganku… Volt?" Tanya Sammy.

Di akademi…

Volt sedang berjalan di koridor dan dipanggil oleh teman kelasnya. "Hei Volt, kabarnya Sammy kecelakaan ya?" Tanya salah satu dari mereka. "Ya, begitulah" kata Volt. "Kasihan sekali, padahal ujian kelulusan 2 hari lagi" kata yang lain. "Semoga dia cepat sembuh ya" kata yang lainnya. "Ya Ya" jawab Volt singkat. Mereka pergi meninggalkan Volt.

Tetapi kemudian dia dipanggil oleh Ksatria Pengajar. "Volt, bagaimana keadaan Sammy?" Tanya Ksatria Pengajar. "Ya, keadaannya sudah membaik, aku tidak tahu, aku tidak mengunjunginya" kata Volt. "Kenapa? Bukankah kalian adalah teman yang dekat, kalian berdua selalu bersama" kata Ksatria Pengajar. "Ya, aku merasa kesal padanya, bagaimana mungkin dia maju ke tengah jalan dengan bodoh untuk melindungi anak kecil?" Kata Volt. "Lalu kau menyalahkannya atas apa yang dia lakukan?" Tanya Ksatria Pengajar. "Ya, itu semua salahnya, jika dia tidak maju dengan gegabah, maka dia tidak akan terluka, dia tidak perlu mengalami ini semua, dia tidak perlu berada di rumah sakit saat ini, dan dia tidak perlu untuk kembali ke akademi ini semester berikutnya…" kata Volt. "Kulihat, kau memang benar jika dia tidak maju, dia tidak harus mengalami ini semua" kata Ksatria Pengajar. "Tapi, apa kau berpikir jika bukan Sammy yang melindungi anak kecil tersebut, anak tersebut tidak akan hidup sampai sekarang, tetapi jika Sammy tidak melindunginya, anak itu akan mengalami hal yang lebih buruk daripada Sammy, seperti dia akan mati, dan kau tidak bisa menyalahkan Sammy atas perbuatannya. Itu adalah tindakan yang mulia" kata Ksatria Pengajar. "Aku mengerti, tapi…" kata Volt. "Tapi?" Tanya Ksatria Pengajar. "Dia tidak pernah memikirkan perasaan orang lain pak, dia tidak pernah memikirkan perasaan kami semua sebagai teman temannya ataupun perasaan adiknya sendiri Hawk. Aku telah bersamanya sejak dari dulu ketika kami masih kecil, tapi dirinya tidak pernah memikirkannya…" kata Volt. "…" "Tapi Volt, tetap saja, kau tidak boleh menyalahkannya atas apa yang dia lakukan, dia melakukan hal yang benar" kata Ksatria Pengajar. "Di dalam dirinya mungkin ada rasa kasihan terhadap anak itu sehingga dia maju untuk melindungi anak itu" kata Ksatria Pengajar. Volt terdiam. "Apakah kalian bertengkar?" Tanya Ksatria Pengajar. "Tidak… kami tidak bertengkar, tapi terakhir kalinya aku dengannya beradu mulut" kata Volt. "Aku bahkan membentaknya dan memarahinya atas apa yang dilakukannya…" kata Volt. "Kasihan dia, aku yakin saat ini dia pasti sedang merasa sedih dan kesepian…" kata Ksatria Pengajar. "Dia akan merasa sedih karena berpikir itu adalah kesalahannya…. Dia merasa kesepian di dalam sebuah ruangan tanpa diizinkan untuk keluar, itu akan membuatnya merasa bersalah dan tersakiti" kata Ksatria Pengajar. "Kau berpikir dia akan seperti itu?" Tanya Volt. "Ya, maka kau harus pergi untuk meminta maaf dengannya…" kata Ksatria Pengajar. Volt terdiam sejenak. "Volt" panggil Ksatria Pengajar. "Kau dan Sammy telah berteman dalam waktu yang begitu lama, kalian sudah menjadi sangat dekat layaknya keluarga. Aku yakin dia tidak akan marah padamu, tapi dia merasa bersalah atas apa yang dia lakukan. Maka pergilah, kau harus pergi meminta maaf dengannya" kata Ksatria Pengajar. "Aku tidak yakin tentang hal itu…" kata Volt berjalan melewati Ksatria Pengajar. "Pikirkan hal itu baik baik Volt, dia pasti menunggumu…" kata Ksatria Pengajar.

Setelah akademi berakhir…

Volt dan yang lainnya masih berlatih di lapangan bahkan sampai sore. Volt sedang bertarung melawan Leo. Mereka saling menyerang satu sama lain, tetapi tiba tiba Volt kepikiran tentang kata kata Ksatria Pengajar. "Dia pasti menunggumu, Volt…" kata Ksatria Pengajar terngiang ngiang di kepalanya. "Kena kau Volt" kata Leo melandaskan pukulan kepada Volt sehingga Volt terpukul mundur.

"Aduh duh…" kata Volt. "Apa yang kau pikirkan? Di dalam pertarungan kau tidak boleh melamun" kata Leo. "Aku tidak melamun, hanya saja aku kurang fokus" kata Volt.

"Hei teman teman!" Panggil Lucy. "Ada Apa?" Tanya Leo. "Matahari sudah hampir terbenam, bagaimana kalau kita pulang ke rumah dan beristirahat" kata Ipas. "Iya, kita bisa kembali berlatih besok pagi" kata Lina. "Kau benar, besok hari libur dan keesokannya lagi…" kata Volt. "Hari ujian tahap kedua" kata Ray. "Hari dimana kita akan lulus menjadi seorang Ksatria" kata Hawk. "Hari yang paling ditunggu tunggu" kata Max. "Aku tidak sabar!" Kata Jacky.

"Yeah!"

Mereka semua kembali ke rumah.

"Kami akan memasak makan malam" kata Lucy. "Lalu, kami akan mandi!" Kata Volt.

Volt masuk ke kamar ganti dan melepas pakaiannya dan langsung pergi ke kamar mandinya.

"Haah…. Hari yang melelahkan…" kata Volt. Volt mulai menyalakan Showernya. "Shower hangat setelah hari yang melelahkan memang luar biasa" kata Volt. "Dia pasti sedang merasa bersalah dan kesepian…. Itu akan membuatnya merasa bersalah dan tersakiti…" kata kata Ksatria Pengajar terus mengalir di kepalanya. Volt termenung atas kata kata Ksatria Pengajar.

Setelah shower hangat, mereka makan malam.

"Selamat makan!" Kata mereka semua mulai menikmati makan malam.

"Ini enak!" Kata Leo. "Kenapa kali ini banyak sekali makanan spesial?" Tanya Ray. "Ya, lusa kita sudah ujian" kata Lucy. "Itulah sebabnya kami mempersiapkan makan malam yang lezat" kata Ipas. "Kita harus mensupply tenaga kita semua" kata Lina. "Benar sekali! Ini lezat!" Kata Max. "Yah, ini sangat lezat! Aku menyukainya!" Kata Jacky. "Dan juga pak Ksatria memberikan kita sebuah kertas yang berisikan jadwal kota kota di Order Empire melakukan tahap kedua ujian"kata Ipas. "Mari kita lihat… Order City telah melakukan ujian hari ini, dan kemudian Blue City dan juga kota kota lainnya akan diadakan di lusa hari oleh Ksatria yang diperintahkan" kata Ipas. "Hei Hawk, kenapa kau tidak bersemangat?" Tanya Max. "Tidak ada apa apa…" kata Hawk. "Hanya saja, aku selama beberapa hari ini tidak datang mengunjungi kakak…" kata Hawk. "Uhm, kau benar…" kata Jacky. "Saat ini dia pasti merasa kesepian…" kata Lucy. "Dia tidak dapat keluar dari ruangan itu…" kata Ipas. "Dia pasti akan merasa sedih kita tidak datang mengunjunginya…" kata Lina. "Mau bagaimana lagi…?" Tanya Leo. "Bagaimana kalau kita pergi mengunjunginya setelah kita lulus menjadi Ksatria?" Tanya Ray. "Ide bagus" kata Lucy. "Tapi apakah itu baik baik saja?" Tanya Ipas. "Jika kita lulus, itu berarti hanya tinggal dia yang…" kata Lina. "…" "Aku sudah kenyang" kata Volt bangkit dari kursinya. "Heh, Volt?" Tanya Max. "Kenapa kau tidak memakannya?" Tanya Hawk. "Apakah kau lelah?" Tanya Jacky. "Aku tidak lapar…" kata Volt. "Aku akan pergi beristirahat…" kata Volt. "Heh, tumben sekali, atau jangan jangan kau akan bermain Phonemu lagi?" Tanya Leo. "Leo" panggil Ray. "Huh? Apa?" Tanya Leo. Ray menggeleng kepalanya. "Biarkan saja dia" kata Max. "Dia mungkin lelah setelah latihan tadi" kata Jacky. "Dia mungkin lelah dan ingin beristirahat" kata Hawk. "Kupikir dia akan mengoceh lagi jika masakanku tidak enak…" kata Lucy kesal. "Tidak, makanannya enak kok" kata Ipas. "Jangan berprasangka buruk…" kata Lina.


"Ada apa ya dengan Volt? Apakah dia masih kepikiran dengan kata kata Ksatria Pengajar di kepalanya…?"

Miniforce: The Great WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang