Chapter 15 (Bad News)

159 18 4
                                    

Di luar ruangan...

Leo berdiri dan memberikan kode kepada Volt untuk berjalan sedikit menjauh dan ingin berbicara.

"Ada apa? Apa ada yang ingin kau bicarakan?" Tanya Volt. "Apa yang kau pikirkan Volt?" Tanya Leo. "Tidak ada apa apa.... Hanya berharap operasinya berjalan dengan lancar..." kata Volt. "Tidak, ada sesuatu yang kau sembunyikan..." kata Leo. "Apa maksudmu? Aku hanya mengkhawatirkan Sammy, karena dia adalah teman baikku dan kalian semua juga" kata Volt. "Tidak, ada hal lain yang menganggu pikiranmu.... Katakanlah, aku akan mendengarkannya dan mungkin bisa memberikanmu solusi..." kata Leo. "Kenapa kau tiba tiba menjadi seperti begini denganku...? Aku... aku tidak mengerti..." kata Volt. "Volt..." kata Leo.

Tiba tiba 3 dokter berlari keluar dari ruangan Operasi. "Cepat, ambil defibrillatornya!" Kata dokter 1. "Segera ambil barang barang lain yang dibutuhkan!" Kata dokter 2. "Cepat! Ini darurat!" Kata dokter 3.

"A-apa yang terjadi?" Tanya Leo. "Kenapa mereka terlihat terburu buru sekali?" Tanya Volt. "Leo! Volt! Apa yang terjadi?" Tanya Ray. "Kenapa semua dokter tiba tiba panik dan berlarian?" Tanya Hawk. "Aku tidak tahu.... Tapi aku takut ada hal yang terjadi" kata Leo. "Tidak mungkin! Kenapa bisa?" Tanya Max. "Ayo kita tanyakan pada dokternya!" Kata Jacky.

"Dokter! Katakan apa yang terjadi?!" Tanya Hawk panik. "Apa ada hal yang terjadi?!" Tanya Volt. "Tiba tiba, dia sesak nafas dan terlihat kelelahan, dan seketika detak jantungnya tiba tiba terus menurun dengan drastis" mata dokter 1. "Apa?!" Tanya mereka semua. "Tidak mungkin!" Kata Volt. "Ayo cepat! Ambil defibrillatornya!" Kata dokter 2. "Apakah semuanya sudah diambil?" Tanya dokter 3. "Ya!" Kata dokter 1. "Baiklah! Ayo cepat!" Kata dokter 3.

Para dokter segera masuk ke ruang operasi kembali.

"Kakak..." kata Hawk. "Hawk, tenangkan dirimu" kata Max. "Mari kita berharap Sammy baik baik saja" kata Jacky. "..."

"Sammy.... Kumohon, bertahanlah..." kata Volt. "Volt, kita hanya bisa berdoa untuknya..." kata Leo.

Di ruang Operasi...

"Cepat aktifkan defibrillatornya!" Kata dokter 4. "Berapa tegangan yang dibutuhkan?" Tanya dokter 1. "160 Joule laksanakan!" Kata dokter 3. "Mengerti!" Kata dokter 2.

Dokter langsung melakukannya.

"Lakukan lagi!" Kata dokter 4.

Dokter terus menerus melakukannya.

Meskipun begitu, detak jantung Sammy terus menurun dan menurun.

"Lakukan sampai detak jantungnya normal!" Kata Dokter 3. "Tambah menjadi 180 Joule!" Kata dokter 1.

Dokter melakukannya lagi.

"Tiiiit..."

Detak jantung Sammy telah berhenti berdetak dan ditunjukkan di Elektrokardiografnya.

"Apa..." kata dokter 4. "Detak jantungnya berhenti..." kata dokter 3. "Kita telah gagal..." kata dokter 1. "Nyawanya telah..." kata dokter 2. "Apa yang harus kita lakukan sekarang..." kata dokter 4.

Sementara itu di luar ruangan operasi...

Volt tidak bisa tenang dan terus berjalan kesana kemari. "Sammy..." kata Volt.

Para dokter keluar dari ruangan operasi.

"Dokter, bagaimana kondisi kakakku?" Tanya Hawk. "Bagaimana kondisinya?" Tanya Max. "Apakah dia baik baik saja?" Tanya Jacky.

Tapi, para dokter tidak sanggup untuk menjawabnya. Tidak ada satupun dari mereka yang mampu menjawabnya. "KATAKAN APA YANG TERJADI?!" Tanya Ray dengan suaranya yang membentak. "Apa yang terjadi dengan Sammy..." kata Leo. "Tidak mungkin..." kata Volt. "Cepat katakan!" Kata Volt dengan marah.

"Temanmu.... Jantungnya telah berhenti berdetak..." kata dokter. "Dalam kondisi seperti ini.... Dalam kondisi seperti ini.... Dia telah mati..." kata dokter.

Semuanya langsung tersentak dan terdiam ketika dokter menjawabnya.

"Tidak..." kata Hawk. "Kau berbohong.... Kau berbohong kan?!" Tanya Max sambil memegang kerah pakaian dokter. "Dia masih hidup kan?!" Tanya Jacky. Ray menggigit giginya dengan marah. "Kau.... Kau akan mendapatkan masalah atas apa yang kau perbuat..." kata Leo. Volt langsung memukul wajah dokter tersebut. "Volt! Tenangkan dirimu..." kata Max. Volt mengangkat kerah pakaian dokternya. "Kau.... Bukankah kau berjanji akan menyelamatkannya?!! Kenapa kau bisa gagal menolongnya?!!" Bentak Volt. "Kau bisa memukulku sebanyak yang kau mau, sekeras yang kau mau.... Tapi aku tetap tidak bisa menyelamatkan.... Itu adalah takdirnya, aku hanyalah seorang manusia biasa yang tidak tahu apa apa..." kata dokter. "Sialan..." kata Volt. "Volt.... Biarkan kita pergi melihat kakak..." kata Hawk.

"Pergilah, aku tidak bisa melarang kalian lagi untuk melakukannya..." kata dokter.

Para dokter tidak ada yang menghalangi mereka untuk masuk.

Mereka berlima masuk terlebih dahulu ke dalam.

Kemudian yang terakhir Volt, masuk ke dalam dengan perasaan sedih.

Volt menatap Sammy yang berbaring dengan mata yang tertutup.

"Sammy..." panggil Volt mendekatinya. "Sammy..."

Hawk menurunkan tubuhnya disamping Sammy dan menggenggam tangan Sammy. "Kakak.... Kenapa... kenapa kau harus meninggalkanku.... Kenapa.... Kenapa kau harus meninggalkan kami semua..." kata Hawk yang menangis tersedu sedu.

Volt menurunkan badannya dan mengenggam tangan Sammy di sisi lain dari Hawk. "Sammy, kenapa.... Kenapa hal seperti ini harus terjadi padamu.... Kenapa...? Kenapa tidak terjadi saja padaku...?" Kata Volt yang menangis. "Kumohon Sammy.... Kumohon bangunlah! Kumohon! Kau bisa mendengarkan suaraku kan? Sammy!" Panggil Volt.

Yang lainnya menangis dan terus meneteskan air mata.

"Kenapa harus kau yang mengalami nasib buruk seperti ini Sammy..." kata Leo yang menangis. "Sammy..." panggil Ray. "Sammy, jangan pergi!" Panggil Jacky. "Sammy..." panggil Max.

Max mengeluarkan phonenya dan mencoba menghubungi Lucy, Ipas dan Lina.

Di kuil...

"Wahai Buddha, kumohon berkatilah temanku yang bernama Sammy, saat ini dia sedang menjalankan operasi darurat karena ditabrak oleh sebuah mobil. Kumohon selamatkanlah dia Buddha" doa Lucy berlutut dan bersujud. "Kami mohon kepada sang Buddha untuk membantunya" kata Ipas dan Lina kemudian ikut bersujud.

Tiba tiba ponsel Lucy berdering.

"Ah ponselku berdering" kata Lucy bangkit berdiri. "Dari siapa Lucy?" Tanya Ipas. "Apakah berasal dari teman teman?" Tanya Lina. "Max meneleponku? Apakah ada hal yang terjadi?" Tanya Lucy. "Apakah hasilnya sudah didapat?" Tanya Ipas. "Ayo kita angkat teleponnya" kata Lina. Lucy mengangkat telepon Max dan mendengarkannya.

"Max ada apa kau menelepon kami?" Tanya Lucy. "Lucy, Ipas, Lina..." panggil Max. "Ya, ada apa Max?" Tanya Ipas. "Apa kalian sudah mendapatkan hasilnya?" Tanya Lina. "Sammy..." kata Max. "Sammy?" Tanya Lucy panik. "Apa yang terjadi dengan Sammy?" Tanya Ipas. "Sammy... dia..." kata Max. "Cepat katakan Max" kata Lina. "Sammy... detak jantungnya telah berhenti. Dalam kondisi seperti ini dia telah..." kata Max tidak sanggup mengatakannya. "Tidak mungkin..." kata Lucy yang mulai menangis. "Sammy... tidak..." kata Ipas menangis. "Sammy dia telah..." kata Lina menangis.

"Bisakah kalian kembali sekarang...?" Tanya Max. "Kami akan menunggu kalian selesai..." kata Max. Setelah Max menutup telepon, Lucy, Ipas dan Lina menangis dengan keras.

"Sammy, kenapa? Kenapa bisa begini?!" Tanya Lucy. "Kenapa hal ini bisa sampai terjadi denganmu..." kata Ipas. "Kami tidak ingin kau pergi Sammy..." kata Lina.

"Ada apa semuanya? Kenapa kalian menangis?" Tanya Rav. "Teman kami..." kata Lina. "Nyawanya telah..." kata Ipas. "Dia telah mati..." ksta Lucy. "A-apa..." kata Rav.

"Tenangkan diri kalian, janganlah menangis..." kata Rav.

"Oh wahai Buddha, kumohon berkatilah mereka, berkatilah teman mereka. Buddha, kumohon jawablah doa kami dan tolong selamatkanlah pria muda malang tersebut. Berkatilah dia..." doa Rav.

Kembali ke rumah sakit...

"Sammy, kumohon bangunlah Sammy.... Bangunlah Sammy!" Panggil Volt.

"Apakah kisah Squad Bersepuluh mereka akan berakhir disini..."

Miniforce: The Great WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang