"Ini Papa."
Eila mendongak ke belakang untuk menatap Jovan, sementara cowok berambut agak gondrong itu terkesiap kaget. "Woi, Mas! Lu abis jatoh ye?" tudingnya, bingung. "Ni bocil gue temuin di bawah pohon mangga. Sekate-kate aja lu akui anak."
"Diem, Jo!" desis Janu, penuh peringatan.
"Mas Nu-"
"Ini anak gue!" tekan Janu, menegaskan, lalu berpaling menatap Eila lagi. Ekspresinya berubah hangat. Namun, tak lantas membuat Eila terpikat. Sebaliknya. Anak itu justru beringsut ke balik pinggang Jovan, bersembunyi di sana sambil sesekali meliriknya takut-takut. Janu menggersah. "Eila ... nggak usah takut. Ini Papa. Papanya Eila."
"Kajo, Eya mau pulang," cicit Eila.
"Mas, mending lu anter ni anak pulang. Ntar kalau lu pengin anak, lu adopsi aj-"
"Dia anak gue sama Nada, puas lo?!" ungkap Janu, kesal meladeni adik bungsunya yang sok tahu.
Jovan terperangah shock, kepalanya menggeleng tak percaya. "Serius lo, Mas?"
Janu enggan menggubris, ditariknya pergelangan tangan sang putri dengan lembut agar mau mendekat, tapi lagi-lagi anak itu beringsut ke balik pinggang Jovan, mencari perlindungan sang paman. Buat Janu kontan meringis, antara sedih dan kecewa. Dulu, ia tidak memedulikan perasaan Nada, yang penting rumor tentang dirinya tertutup sempurna. Ia juga kerap mengabaikan wanita yang berusaha menjadi istri yang baik. Dan sekarang ... giliran ia yang ditolak anak perempuannya.
Hm, mungkin saja ini karma.
"Eila," gumam Janu. "Eila takut sama Papa?"
"Kajo," panggil Eila, mendongak.
Merasa dipanggil, Jovan menoleh ke sisi, pandangannya diturunkan. "Bapak lo tuh."
"Eya mau sama Kajo aja." Eila peluk pinggang pamannya itu, kembali menatap Janu, dan membiarkan pipinya menggembung karena tergencet. "Nggak mau sama om itu."
Dada Janu seakan tertusuk ribuan belati. Eila benar-benar menolaknya. Dan ini lebih menyakitkan daripada dikhianati Inez, lima tahun silam. Ck, bicara soal Inez, ingatan Janu langsung tertuju pada momen malam itu. Malam yang akhirnya menghadirkan Eila di hidup Janu, tanpa pria itu sadari. "Ini Papa, Sayang. Bukan Om."
"Gimana kalau Kajo ikut nganter Eila?" Jovan menengahi, begitu menyadari atmosfer buruk di sekitar. Eila mengangguk mantap, senyumnya terpatri lebar. Memancing senyum di wajah Jovan, juga ... Janu. Tapi senyum Janu lebih ke ... senyum patah hati. "Let's go!"
"Let's go!" tiru Eila.
"Lu duduk belakang, gue depan sama bapak lo."
"Okay, Kajo." Eila mengacungkan ibu jari-tanda setuju.
Menyaksikan anak dan adiknya lebih akrab, sukses memicu dengki di hati Janu. Baru kali ini dia merasa iri luar biasa dan sialnya dengan adiknya yang nggak seberapa itu. Yang hobinya minta uang jajan sama kuota full sebulan. Heran. Tapi ... siapapun yang ada di posisi Janu akan mengerti. Sebab dinomorduakan oleh anak memang sesakit itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repair [TAMAT]
Romance#LOVESERIES WARNING! ⚠️ MENGANDUNG ADEGAN DEWASA ⚠️ BANYAK KATA-KATA KASAR ⚠️ DILARANG PLAGIAT ATAU MENYALIN KE PLATFORM LAIN ⚠️ CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD DAN KARYAKARSA [UNTUK BAGIAN FLASHBACK, ENDING, DAN EXTRA CHAPTER BISA DIBACA DI KARYAKA...