16. Sayap-sayap Patah

4.2K 318 22
                                    


Nyaris satu jam setelah makan malam, Eila guling-guling diatas ranjang sambil cekikikan. Bercanda dengan ayahnya. Tadi sempat video call Nada juga. Dan seperti beberapa saat lalu, Nada meminta Janu mengantar Eila pulang. Tapi Eila justru memilih tidur dengan ayahnya. Karena sebelum melakukan panggilan video, Janu sudah mem-briefing anaknya lebih dulu.

"Sini, ah, anteng. Peluk Papa." Janu meraup tubuh mungil anaknya untuk dipeluk.

"Papa wangi banget," puji Eila.

Pria itu menunduk, senyumnya terbentuk. "Masa sih?" Eila mengangguk mengiyakan. Buat Janu salah tingkah. Jantungnya berdebar tak keruan. Entah. Ternyata se-so sweet ini dipuji anak gadis. Padahal dulu Janu kerap meledek suami Jihan alias adik iparnya, tapi sekarang dia malah kesenangan. "Kiss Papa dong!"

Eila mengindahkan, mengangkat kepala untuk menghampiri pipi ayahnya. Ia kecup dengan sayang. Dibalas Janu. Pria itu mengecupi seluruh wajah anaknya dengan gemas. Eila menggeliat sambil cekikikan geli. *Papa, udaaaah." Tertawa. "Mamaaaa, Papa jail!"

"Gemes banget anak aku," Janu menghentikan aksinya. Menatap wajah lugu sang anak, masih dengan senyum hangatnya. "Eila sayang Papa nggak?"

"Sayang."

"Seberapa sayang?"

"Sayang banget!"

"Oh ya?"

"Iya."

"Papa juga deh. Sayang banget-banget-bangeeeeeet!" Janu ciumi lagi wajah imut si kecil sampai anak itu menggeliat protes karena geli. Janu tertawa. "Cantik amat sih. Jangan cantik-cantik kamu tu. Nanti kalau ada cowok yang naksir, Papa yang repot."

"Kenapa Papa lepot?" tanya Eila begitu aksi jail ayahnya terhenti.

Janu menatap putrinya dengan serius. Kepalanya menggeleng. Membayangkan anak perempuannya menjauh karena ada laki-laki yang lebih menarik sukses membuat jiwa kebapakan Janu langsung ambil ancang-ancang. Untuk siapapun yang kelak berani mendekati putri cantiknya ini, Janu akan menggonjlok orang itu abis-abisan. Nggak peduli apa pangkat dan latarbelakang keluarganya.

Pokoknya Eila milik Papa Janu!

Senyum Janu merekah lebar. Ada satu hal yang baru ia sadari dan ini terasa asing tapi menyenangkan. Pantas dulu ayahnya bucin banget ke adik perempuannya. Waktu Matthew datang melamar Jihan, Joni tidak langsung menerima pinangannya. Menteri yang berencana ingin mencalonkan diri sebagai pemimpin negeri itu justru memberikan daftar tantangan yang harus Matthew hadapi. Dan Janu sempat mencibir ayahnya lebay.

Tapi sekarang ....

Ternyata ini alasannya.

Bagi seorang ayah, anak perempuan ibarat harga diri.

"Pokoknya repot." Ia peluk anaknya dengan sayang. Pandangannya turun, menatap mata bundar yang dihiasi bulu lentik. "Eila ... Papa mau ngomong sesuatu sama Eila."

"Ngomong apa, Papa?"

Merekatkan pelukan, ayah satu anak itu berkata dengan nada lembut, tapi sarat akan perasaan bersalah. "Maafin Papa, ya? Tadi Papa ninggalin Eila. Besok-besok Papa bakal jagain Eila dengan baik."

Repair [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang