53. Apa Kamu Bersedia?

2.3K 212 15
                                    

Happy 100k viewers!

BTW chapter ini full happy.

Selamat jatuh cinta!






"Tidak ada ibu yang sempurna di dunia ini. Tapi seorang ibu akan memperjuangkan apa pun demi anak-anaknya dengan cara paling hebat. Dan itulah letak keistimewaan mereka."

— Nimaz.
























"Mau ke lumah Kakak Anye," rengek Eila begitu Anyelir dijemput kedua orang tuanya -yang baru saja pulang staycation.

"Wah, Eila dibeliin baju sama Tante Bina, ih. Lihat deh, bagus banget." Sengaja tidak menanggapi, Nada berusaha mengalihkan fokus si kecil dengan setelan baju yang dibelikan oleh Bina. Ia pamerkan pada si kecil. "Mau dicoba nggak? Sini, Mama bantu."

"Tidaaaakkk!" Eila guling-guling di dekat meja hingga kepalanya hampir membentur kaki meja dan Nada nyaris menjerit -panik. "Kakak Anye suluh tidul sini lagiiiiii! Tidak boleh pulang! Tante Bina sama Om Lian suluh pelgi sajaaaa!" Menangis, menendang apa pun yang ada di sekitar.

"Eila," tegur Nada, pelan. "Mama tidak suka ya," gelengnya, memperingati.

Eila berhenti menendang-nendang, lalu berpaling menatap ibunya. Masih sambil meraung-raung, si bocah menyahut, "Eya mau sama Papa! Papa suluh ke sini! Papa tidak boleh kelja jauh-jauh! Kantolnya Papa bakal saja!" Sesenggukkan, kedua kakinya kembali beraksi -menendang apa pun di sekitar, termasuk Nada yang mencoba menenangkan.

Segera Hartomo menengahi, "Eila, no no!"

"Akung pelgiiiiiiii!" usir Eila.

"Eila," desis Nada, mendelik tajam. Buat si bocah tersinggung lalu kakinya diangkat -berusaha menendang lengan sang ibu. Bergegas Nada menghindar. "Mama nggak suka kalau Eila kayak gini."

"Papa manaaaa?" tagih Eila.

"Papa masih sibuk," ujar Nada.

Janjinya, tiga hari lagi -alias hari ini- Janu akan datang. Tapi sampai sesiang ini, si penerus Adhiyaksa Group itu belum juga menampakkan batang hidung. Ah, atau mungkin sedang dalam perjalanan? Ck, kenapa Nada jadi nggak sabar pengin ketemu mantan suaminya?

"Papa bohongi anaknya telus! Eya tidak suka! Tidak like Papa!"

Kadang sehisteris apa pun amukan Eila, tetap tidak mengurangi sisi lawaknya. Heran. Nada geleng-geleng sementara Nara yang sedari tadi duduk di sofa, memperhatikan sambil merekam sang keponakan kontan meledakkan tawa geli.

"Titi tidak boleh teltawa!" sembur Eila, kesal.

"Yeee! Tawa tawa gue, punya hak apa lo ngelarang-ngelarang gue?" Nara memeletkan lidah, tapi kemudian ia sadar. Ditepuknya jidat dan dengan segera ia hapus pesan yang baru saja terkirim. Bisa ngamuk mantan kakak iparnya nanti kalau denger omongan Nara barusan. Dan iPhone yang kini jadi miliknya bakal jadi taruhan.

No no!

Eila jejeritan, guling-guling lagi, dan pilihan terakhir Nada kalau anaknya kumat; ia tinggalkan anak itu sendirian. Pun yang lain -yang ikut membubarkan diri. Namun, ketukan di depan pintu -yang kebetulan terbuka- membuat Nada mengurungkan niat. Menoleh, dijumpainya Janu lengkap dengan senyum tipisnya.

Repair [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang