52. Laki-laki Misterius

2.3K 216 20
                                    







Beberapa waktu lalu Bina sempat bilang mau nitipin Anye selama kurang lebih tiga hari karena ibu satu anak itu berniat staycation bersama ayah Anye -untuk memperbaiki hubungan. Dan Nada sama sekali nggak keberatan. Justu ia bersyukur karena persetujuannya tersebut, Eila yang semalaman panjang rewel lantaran ingin bertemu ayahnya, kini seolah lupa.

Paginya, Nada mengantar Eila dan Anye ke sekolah. Nada memang sudah resign, jadi rutinitasnya sekarang cuma beberes rumah dan ngurus bocil. Walaupun saat itu ia sempat diminta Cindy untuk mengelola butiknya, tapi Nada memilih menolak secara halus. Ia tidak ingin dicap sebagai benalu, meski ia tahu, Cindy bukan tipe orang yang begitu.

"Mama tinggal ya? Pulangnya baru Mama jemput," ujar Nada.

Eila mengangguk. Selama ada Anye, Lina, Nuni, Raya, dan beberapa kawan akrabnya, ia tidak akan takut. Paling kalau kesal sama teman cowoknya, tu bocah tinggal nangis. "Iya, Mama."

"Good girl," puji Nada, mengacak poni Eila dengan gemas.

Di samping Eila, Anye terkekeh geli, menyaksikan interaksi teman dan teman dari ibunya. Mereka memang selalu kompak. Tak seperti ibunya yang lebih sering ngomel dan sangat sibuk. Tapi kata Papa, "Mama sibuk bukan berarti nggak peduli sama Anye, Mama punya banyak tanggungjawab yang harus diselesaikan." Makanya gadis kecil itu tidak pernah menuntut apa pun dan mencoba memaklumi kegiatan ibunya.

"Anye," panggil Nada.

Perhatian Anye teralih. "Iya, Tante?"

"Uang yang dari papanya Anye disimpan di rumah aja ya? Kan Anye udah Tante bawain bekal," bujuk Nada. Ia tahu, banyak makanan dengan campuran bahan pengawet yang kerap dijual di depan sekolah, dan sebagai alternatif, Nada selalu membawakan bekal untuk Eila. Kalaupun anak itu pengin jajan, harus dalam pengawasannya.

Anye berpikir sejenak, melirik Eila yang dengan senyum lebar mengangguk -seolah meyakinkannya. "Oke deh, Tan. Anye nitip ya?" Diberikannya dua lembar uang seratus ribuan ke wanita cantik tersebut.

Diterima Nada.

Soal jajan, Nada tahu seberapa borosnya Anye. Berbanding terbalik dengan Eila yang bahkan kalau nggak ditawari, nggak akan jajan -kecuali kalau lagi pengin banget. Tapi bukan berarti karena Anye tinggal sementara waktu di rumahnya, jadi tu bocah harus ngikutin aturannya. No. Nada lebih memikirkan kesehatan, sekalipun nanti Anye mau nginep lagi, Nada akan tetap mendisplinkan makanan yang boleh dan tidak untuk dikonsumsi.

"Kalau gitu, Mama pamit ya?"

"Bye, Mama!"

"Bye, Tante!"

Tidak hanya Eila yang mendapat peluk dan cium sebagai bentuk penyemangat, Nada pun memberikan dukungan serupa untuk Anyelir. Dan selepas kepergian Eila juga Anye, Nada berbalik. Terkesiap shock kala mendapati Faro berdiri tidak jauh dari posisinya dengan satu tangan yang dimasukkan ke saku celana.

Nada mendekat. "Mas Faro?"

"Maaf, saya nggak bermaksud ngikutin kamu, tapi saya penasaran aja," kata Faro.

Memancing kerutan di dahi Nada. "Penasaran?" ulangnya, bingung.

Faro mengangguk. "Tadi waktu kamu turun dari angkot, ada laki-laki yang ngikutin kamu, Nad. Orangnya tinggi, pake pakaian rapi, kayaknya kerja kantoran, dan ... maskeran. Tapi saya nggak tahu dia siapa," jelasnya. "Ya buat jaga-jaga aja kan, makanya saya ikutin kalian, siapa tahu laki-laki itu berniat jahat ke kamu."

Repair [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang