Ending

7K 223 44
                                    

Guys, baca part ini dulu. Aku lupa kalau masih ada tanggungan di cerita ini. Dan di bagian akhir-nya emang sengaja aku tambahin, biar nampak kali adilnya. Hahahaha. Kalian pikir Janu-Nada-Eila sudah happy ending?

ENGGAK WOYYY!!

🤣🤣🤣

Setelah baca ini, tolong jangan minta sekuel.











"Happy birthday, Eila. Happy birthday, Eila. Happy birthday, happy birthday, happy birthday, Eila."

Gadis cilik yang menghiasi kepalanya dengan bandana kelinci itu berdiri dibalik meja—yang diatasnya terpampang kue ulang tahun dengan lilin berbentuk angka 5. Di sisi kanan-kiri meja terdapat tumpukan kado dari teman-teman sekolah, teman-teman di sekitar rumah, teman-teman gereja, hingga keluarga besar dari pihak Mama dan Papa.

Hari ini, ia genap berusia 5 tahun.

Hari ini, ulang tahunnya dirayakan cukup meriah, meski hanya di depan rumah Uti. Sebab Papa ... Papa berhasil menyulap halaman yang tidak terlalu luas ini menjadi playground. Ada banyak mainan di sini—yang tentunya nanti akan menjadi milik Eila. Dan tak hanya teman-temannya, Eila sendiri sejak tadi ingin cepat-cepat tiup lilin dan potong kue karena dia sudah tidak sabar ingin bermain perosotan.

"Sabar, Eila," decak Mama. "Ini sebenernya yang ulang tahun siapa sih? Eila atau Mama dan Papa?"

"Mau main di sana, Ma. Ulang tahunnya besok saja," tukas Eila, berniat kabur lagi dari tengah-tengah Mama dan Papa. Tapi dengan sigap Papa menangkap tubuh mungilnya, dipeluknya Eila dari sisi. Kebetulan posisi Mama dan Papa sama-sama berlutut—menyamai tinggi badan Eila. Eila cemberut. "Papa," rajuknya.

"Tiup lilin dulu," bujuk Papa.

"Setelah itu main?"

"Sudah. Biarkan saja anakmu main." Itu suara Opa.

Eila mendongak, nyengir ke arah Opa. Sama seperti Akung, Opa selalu membelanya ketika Papa atau Mama memaksanya untuk ini dan itu. Maka tak heran bila gadis cilik bermata bulat itu lebih nyaman bersama Opa. Dan sedetik setelah pembelaan Opa barusan, Eila berpindah ke sisi Opa, meraih telapak tangan pria paruh baya tersebut untuk digenggam. Kepalanya mendongak. "Opa, ayo main perosotan!" ajaknya.

Sekarang ni bocah udah bisa ngomong huruf R dan menyebutkan namanya sendiri. Bukan lagi Eya, tetapi jelas Eila. Dan ini pun butuh waktu agak lama untuk Mama dan Papa membiasakan Eila menyebutkan huruf R dan namanya sendiri—apalagi di bagian nama tengahnya ada kombinasi huruf R-nya.

Eila Gauri Adhiyaksa.

Yang berarti bumi tentram dan bahagia.

Seperti bumi dengan manusianya, Mama dan Papa milik Eila, tetapi Eila bukan milik mereka. Eila hanya titipan. Yang kapan saja bisa menghilang. Yang kapan saja bisa diambil. Dan yang tidak selamanya memeluk Mama dan Papa dalam cinta. Sebab pemilik yang sebenar-benarnya ialah Tuhan.

Repair [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang