44. Datangnya Masa Lalu

3.3K 262 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










"Kita ... putus."

Inez tidak pernah keberatan untuk mengatakan ini, tapi selama lima tahun belakangan ia harus berperan sebagai manusia munafik karena fokusnya cuma satu; membebaskan sang ibu. Meskipun banyak hal yang ia lewati juga dengan Janu --yang tentunya di luar prediksi.

"Tapi, kenapa?" tanya Janu, mengerjap pelan. "Aku ada salah sama kamu? Atau ... karena akhir-akhir ini aku lebih fokus ke anakku?" Helaan napas panjang lolos dari bibir Janu dan Inez memilih bungkam. "Harusnya kamu ngerti dong. Selama dia hidup, aku nggak ikut andil apa pun. Makanya ketika ada kesempatan, aku nggak mau nyia-nyiain kesempatan itu."

Jujur, Inez tidak mempermasalahkan itu. Hanya saja, makin ke sini dia makin sadar bahwa sepertinya dia terjebak oleh permainannya sendiri. Walau keinginan untuk membebaskan sang ibu masih jadi mimpi besarnya. "Nggak, Nu. Aku nggak pernah mempersalahkan soal kamu yang belum selesai sama masa lalumu, tapi ..."

"Maksudnya?" potong Janu, menyipitkan mata. "Kamu nggak peduli sekalipun aku belum selesai dengan Nada?" lanjutnya, menuntut. "Jadi kamu terima aku karena apa?"

"Menurutmu?" balik Inez.

"Nez," desis Janu, meraih kedua pundak Inez, ia remas dengan lembut. Tatapan Inez teralih pada sepasang tangan Janu yang bertengger di bahunya, lalu kembali pada jelaga hitam pria itu seraya menggeleng. "Apa yang lagi kamu rencanain di belakangku?"

"Nggak ada."

"Inez."

"Nggak ada, Janu!" tegas Inez, ketakutan sendiri. Ludahnya diteguk kasar.

Janu menggeram marah. "Jujur atau aku cari tahu sendiri?"

Lagi, kepala Inez menggeleng. Tampak panik. Sumpah demi Tuhan, ia hanya ingin ibunya bebas. Dan lewat kekuasaan Janu lah, ia bisa mendapatkan keadilan. Tapi ternyata upayanya melenceng jauh dengan realita. Mungkin benar; manusia boleh berencana, tapi yang menentukan tetap skenario-Nya.

Inez menggersah, ditepisnya tangan Janu dari pundaknya, lalu ia tatap manik elang pria itu dengan gurat serius. "Kita selesai. Dan tolong, jangan cari informasi apa pun tentang aku, atau ..." Jeda, sirat matanya mengaburkan luka sebelum meneruskan, "atau kamu akan menyesal seumur hidup. Aku nggak bercanda, Nu."

Setelahnya, siuh.




***


Sepuluh tahun yang lalu ....

Langkah-langkah lebar Inez terhenti di halaman rumah begitu mendapati sang ibu diseret paksa oleh aparat kepolisian. Organ tubuhnya mendadak tidak berfungsi saat pihak kepolisian dan Mira melewatinya. Tatapan Inez terpaku pada punggung wanita yang telah melahirkannya. Wanita itu berusaha berontak dan menegaskan berkali-kali bahwa bukan dia pelakunya. Dia tidak tahu apa-apa perihal kematian Joseph. Tapi salah satu polisi yang membekuknya membalas dengan bentakkan.

Repair [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang