Kiara memang sudah berkata enggak mempermasalahkan apa yang gue lakukan. Dalam hal ini langkah keterlaluan yang gua ambil, yaitu membeberkan hubungan kami pada Jane. Namun, lihatlah sekarang! Bocil ngeselin si Kawan Dora ini malah mogok bicara. Sikapnya jadi lebih dingin dari beberapa saat lalu sejak kami berbincang santai di kafe Radi.
Ada saja jenis cewek yang kayak Kiara begini, ya? Lain di mulut, lain di hati. Kalau begini, sama saja ... gue bakal terkurung dalam rasa bersalah yang enggak berkesudahan.
Enggak, gue enggak berlebihan. Walau sikap cuek Kiara memang hampir setiap hari menyapa indra penglihatan gue sejak kami menikah. Sayangnya, kali ini gue malah makin terusik dengan sikap diamnya Kiara.
Perempuan itu lagi duduk di sofa, menikmati acara berita-apa dia enggak bosan sejak tadi mantengin televisi cuma buat menonton liputan berita?
"Mas, ih! Rambutnya dikeringin dulu, dong. Jadi, nyiprat gini." Dia menatap sewot saat gue duduk di samping kanan sambil mengeringkan rambut.
Eh, Juleha! Lo pikir ini gue lagi ngapain? Lagi TikTok-an di bawah shower?
"Sori, ya." Gue berusaha menahan kesabaran hanya agar amarah Kiara enggak meledak-ledak. Mana tahu kalau gue bikin kesal, kesalahan gue malah diungkit-ungkit entar.
Cewek yang mencepol rambutnya pun enggan merespons. Ia memberi jarak dan kembali fokus pada tontonannya. Bertingkah seakan-akan gue enggak ada di sana. Baiklah, sambil mencari cara buat membicarakan lagi masalah 'pengkhianatan' gue terhadapnya, gue iseng meraih toples makanan ringan.
Berpikir cukup lama sambil mengunyah dan mengamati pola-tingkah Kiara. Lihatlah! Bocah senewen itu masih bersikap seakan-akan gue adalah jelmaan Casper. Sayangnya, gue nggak botak, yang botak kan ... hm, hm, jangan dibahas, deh.
"Tutup toplesnya kalau abis makan! Kebiasaan."
Gerakan tangan gue yang hendak meraih tutup toples dan berniat menutup dengan rapi, langsung terhenti karena ucapan Kiara. Niat gue langsung raib. Lantas gue meletakkan toples dan tutupnya terpisah.
Coba kita lihat reaksi cewek jelmaan Dora ini.
"Tutup gue bilang! Nanti ada semut, terus masuk ke sana gimana? Lo masih mau makan itu, kan?"
"Masih, Kiara Sayangku."
Dia mendelik setelah gue berpura-pura memamerkan senyum super manis. Semut-semut pasti rebutan pengin mengerubungi senyum gue, tuh.
"Lagian lo kenapa, sih, Cil? Masih marah sama pengakuan gue tadi?" Walau agak malas, gue mendekati Kiara yang masih sibuk mengganti siaran televisi dari satu stasiun ke stasiun lainnya. "Iya, gue tau tadi lo bilang nggak mempermasalahkannya lagi. Tapi, lihat sikap lo sekarang? Sejak tadi abis Magrib-an lo cuek banget. Kayak gue udah bikin satu kesalahan yang nggak pantas untuk dimaafkan." Gue berkata dramatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasutri Satu Bimbingan√
RomanceKiara: Dia bukan tipeku meski ada yang bilang, dia menantu idaman. Dia berbanding terbalik dengan aku yang enggak banyak bicara. Sementara dia bisa saja talking too much 24 jam. Hanya saja, karena insiden konyol, kami malah hidup seatap selepas aka...