21 - Ngapa Lagi Si Kembar?

835 185 22
                                    

Pada akhirnya gue telepon Bang Hali via video call. Gentar sama Sori yang minta. Harusnya gue tau dengan gelar pendekarnya itu, dia jadi sangat terkenal di bidang bela diri. Gentar dan Sori aja sampe kenal meski mereka gak mendalami ilmu silat.

Suara dering tunggu terdengar. Posisinya gue dan Gentar berada di sisi kanan HP sementara Sori dan Sopan di sisi kiri, yang duduk paling dekat dengan HP yaitu gue dan Sori.

Cukup lama kita tunggu sampai akhirnya diangkat juga. Langsung terpampang jelas di layar HP gue, penampilan Bang Hali yang rapi dengan kemeja dan blazer. Kameranya seperti diam di tempat dan luas penangkapan videonya juga lebar.

Fix ini mah Bang Hali vc-an pake laptop.

"Anjir beneran itu Halilintar Adhikara?" seru Gentar.

"Aaaa mata aku gak terbiasa. Kak Hali sekarang jadi karyawan perkantoran apa gimana?" tanya Sori sambil ngucek mata.

"Pantesan dia udah gak aktif di media olahraga lagi cok, wong sekarang jadi babu perusahaan."

"Dia CEO nya btw."

Mereka tersentap, muka gue datar gak nyampe rata. Mereka udah kayak lagi ngegosip tapi langsung di depan orangnya. Bang Hali juga diem doang nungguin gue ngomong.

Gue menghela nafas, "Assalamu'alaikum, Bang."

"Wa'alaikumsalam."

Begitu mendengar suara Bang Hali, Gentar dan Sori malah cengengesan. Kemudian mereka memberi salam pada Bang Hali canggung, Sopan juga.

"Gue ganggu?" tanya gue.

"Ya. Lu punya waktu 5 menit dari sekarang, lebih dari itu vc-nya langsung gue matiin."

Gue ngangguk, lalu gue beralih liat ke arah Sopan. Sopan ngeh gue ngeliatin dia pun mengusap tengkuk belakangnya ragu, habis itu dia minta bertukar tempat dengan Sori agar dia bisa berbicara jelas di telepon.

"Ha-halo, Kak Hali. Saya Sopan." ucapnya.

"Tau."

Kok gue yang kesel sih nying.

Si Sopan jadi gelagapan gara-gara cara jawabnya Bang Hali.

"Ba-"

"Gimana kabar Bibi?" tanya Bang Hali menyela gue.

Gue diem bentar, lalu gue jawab, "baik. Bang Mari juga ada di rumah nemenin Ibu."

"Gue gak nanyain dia."

Dan harusnya gue gak omongin dia.

"Kak Hali!" panggil Sori.

"Sopan bilang ngefans sama Kakak."

"Hush Sori!" seru Sopan pelan, muka dia jadi merah lagi.

Terlihat alis Bang Hali naik sebelah, kemudian dia mendeham sambil menegakkan posisi duduknya.

"Temen-temen lu?" tanyanya ke gue.

"Iya."

Dahi gue mengerut heran. Meski di vc, gue kenal atmosfer yang dia keluarkan dari sorot matanya yang gak lagi liat ke gue ataupun Sopan, melainkan ke arah Gentar. Auranya terasa kalo Bang Hali marah, tapi bercampur dengan aura lain yang lebih mendominasi. Tapi kenapa tertuju ke Gentar?

Setelah itu Bang Hali mendesah, "ya sudahlah, yang penting janji lu ke kita untuk mulai berteman lunas. Bertemanlah dengan baik," ujarnya.

Gue ngangguk aja.

"Dan Sopan, saya sudah tahu. Skor pencapaian kamu sejauh ini 11 kemenangan dan 1 kekalahan di tingkat kecamatan, 7 kemenangan dan 1 kekalahan di tingkat kabupaten, juga 3 kemenangan di tingkat provinsi. Semua gerakkan yang kamu pakai sebagian besar ditiru dariku. Benar?"

Reboot! Not RibutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang