Gue muak ketika orang-orang bilang jangan lihat sesuatu cuma dari sampulnya.
Di mana-mana yang namanya baru lihat pasti yang dilihat duluan ya sampul.
Hidup mati gue dipertaruhkan di sekolah ini.
Abang-abang sialan!
.
.
Cerita ini murni hasil dari...
Kak Adudu tersenyum, kemudian dia menodongkan kepalan tangannya ke gue. Gue senyumin dia balik lalu kita melakukan tos kepal.
"Gue tunggu lu di ruang OSIS nanti," katanya lalu berbalik keluar dari lapangan.
Gue liatin punggung Kak Adudu bentar sebelum gue ikut berbalik keluar.
Gue kembali ke tempat duduk gue dan Sopan. Nyampenya di sana, gue liat dia duduk sambil minum dengan cangkir yang entah dia dapat darimana. Tapi yang bikin gue salfok adalah cara dia duduk dan minum udah kayak ala ala klasik.
"Pan," panggil gue.
Sopan menyudahi minumnya lalu melihat gue.
"Eh Gentar. Selamat ya, kamu menang," ucapnya.
Gue ngangguk, "thanks. Lu belajar gaya minum kayak gitu darimana?"
"Ehehe udah bawaan dari keluargaku."
Kemudian dia meletakkan cangkirnya. Lalu dia menuangkan, yang ternyata adalah teh, dari teko kecil ke cangkir yang lain.
Wait, gue baru ngeh ngapain dia bawa teko segala?
"Kamu keliatan capek, Gen. Nih diminum," tawarnya sambil nyodorin secangkir teh ke gue.
Sumpil gue jadi awkward sama dia cuma gara-gara gaya minum. Gue pun duduk di sebelahnya dan menerima tehnya itu.
"Ma-makasih," ucap gue.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Begitu terdengar nama Sopan dipanggil, Sopan langsung berdiri lalu membuat pose dua jari peace ke gue.
"Aku pergi dulu, ya," ujarnya dan pergi.
.
.
Sopan Pov
Sekarang aku sudah berdiri di tengah lapangan menunggu untuk tahu siapa lawanku. Sebagai yang dilindungi, maka di tesku ini pasti akan melibatkan senjata. Aku akan mengeluarkannya di saat yang tepat saja.
Tak lama kemudian, seorang kakak OSIS lama memasuki lapangan dan menghampiriku. Dia nampak membawa golok sebagai senjatanya. Begitu kami berhadapan, dapat terlihat jelas perbedaan tinggi kami yang sangat jauh, entah itu aku yang kependekkan atau kakak OSIS-nya yang ketinggian.
"Lu berani juga badan kecil pendek gitu mau ikut jadi anggota," kata si kakak OSIS.
Dia nge-body shaming aku, kah?
Tapi gak masalah juga sih, toh aku juga sedikit lebih pendek dari Supra, Gentar, dan Sori meski kita seumuran.
"Iya Kak, belum dicoba kan belum tau," kataku sambil tersenyum.