(Masih) Sori Pov
Siapa sangka...
Bisa-bisanya Sopan langsung nebak kayak begitu. Frostfire sama Glacier sampe tercengang pula, apalagi aku.
Tapi dipikir-pikir nyambung loh, kalo diingat Supra juga pernah pingsan pas tabrakan sama cewek. Eh tapi waktu itu dia emang lagi sakit bukan?
"Emang iya, Sup?" tanya Glacier.
Yang ditanya malah diem doang, habis itu dia buang muka. Aku pernah denger kalo orang ditanya terus gak ngejawab berarti jawabannya bener. Tapi, masa sih.
"Ih Supra bel-"
"Bacot lu asu! Gak bener ya, nyet!"
Lah kok ngegas?! ( ಠ Д ಠ )
Kan tadi cuma diem aja, makanya aku mau ngatain ish.
"Ya makanya dijawab dong!" sentakku.
Supra mendengus lalu melirik ke arah Sopan. Gak tau kenapa aku ngerasa, lirikannya itu agak gak bersahabat.
Lirikan matamu menarik hati~
Eh nyanyi.
"Kalo fobia terdengar lebih ekstrim. Pasti lu cuma trauma." Sekarang Frostfire yang nebak-nebak.
Dan kali ini Supra ngangguk. Daritadi kek kalo emang malu jawab pake mulut, pake anggukkan atau gelengan juga bisa, malah ngegas ke aku.
Tega.
"Pantesan dulu kamu pingsan habis gak sengaja tabrakan sama perempuan waktu itu," kata Sopan.
"Yang kata di hari gue sama Ciel nanya ke kalian dimana Supra pas pulsek gak sih?" tanya Frostfire.
"Iya"
"Juga di hari pertama masuk sekolah, kamu keliatan ogah-ogahan pas tau kursi kosong tinggal yang ada di sebelah Yaya," kata Glacier.
Supra mengerjap, "lu sadar itu?"
"Bukan aku, tapi Frost."
Frostfire langsung mendengus bangga sambil nepuk dadanya sekali.
"Ini Frostfire Maheswara, emang boleh sepeka ini?"
"Najis."
"Bangsat ini."
Supra angkat bahu, kemudian dia beralih melihat Glacier.
"Makasih lu mau pindah bangku waktu itu," ucapnya.
Glacier tersenyum, "gak masalah."
"Pilkas pilkas. Ramahnya ke Ciel doang," ejek Frostfire.
Dan adu mulut antar Frostfire dan Supra terjadi. Mereka bertiga nampak asik sendiri, Glacier juga nimbrung jadi penengah mereka.
Tinggal aku dan Sopan. Aku menoleh dan melihatnya hanya diam memerhatikan Supra, Glacier, dan Frostfire sambil nutupin setengah muka pake kipas. Terus dia ikut noleh ke aku, mungkin dia sadar aku lagi ngeliatin dia.
"Ada apa?" tanyanya.
Aku menggeleng sambil cengengesan. "Tau nih, jadi canggung, ngeliat mereka akur gitu jadi kangen Gentar."
Sopan mengerjap, "adu mulut akur?"
"Dari keliatannya begitu."
Dia nampak menilikku, setelahnya dia menghela nafas. Sekali lagi dia memerhatikan Supra dan teman kembarnya sambil berkata,
"Mereka orang yang beruntung."
Aku mengerjap kala mendegar itu. Senyum Sopan meluntur bersamaan saat dia menutup lipatan kipasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reboot! Not Ribut
FanficGue muak ketika orang-orang bilang jangan lihat sesuatu cuma dari sampulnya. Di mana-mana yang namanya baru lihat pasti yang dilihat duluan ya sampul. Hidup mati gue dipertaruhkan di sekolah ini. Abang-abang sialan! . . Cerita ini murni hasil dari...