Jika orang-orang tidak terima dirinya dipenjara karena tidak bersalah, Blaze hanya mendekam tak berkutik. Dia belum terbukti bersalah, jadi dia ditaruh sendirian di dalam sel tahanan sementara.
Seorang penjaga datang dan membuka pintu selnya. Begitu mendengar suara decitan engsel, Blaze mengangkat sedikit kepalanya namun tetap menutup mata.
"Sudah saatnya kau diinterogasi," kata polisi penjaga itu.
Blaze tetap diam, tapi dia menurut. Dia keluar dari dalam selnya dan pergi menuju ruang interogasi bersama polisi itu.
Setelah sampai, belum ada siapapun di dalam ruang interogasi, hanya Blaze dan polisi penjaga.
"Kau duduk di sini sampai yang akan menginterogasimu datang," ujar polisi itu lalu dia tinggalkan Blaze sendirian di dalam.
Blaze tetap berdiri diam, sampai dia mendudukkan diri di salah satu kursi. Kedua matanya perlahan terbuka, namun tidak ada warna jingga kemerahan di sana, melainkan biru pudar.
Sepasang kembar ini telah menukar karakter mereka.
.
.
"Kak Blaze? Tapi kok..."
Glacier aja kaget, apalagi gue, kecuali Yaya dan Ying yang belum mengenal kakak-kakaknya si kembar.
Kak Blaze malah nyembur nahan tawa, "serius kamu gak ngeh? Padahal daritadi kamu meluk Kakak."
"Glacier mana nyadar kalo cuma dari meluk!"
"Loh kamu kan tau, badan Ice itu lebih..." Kemudian Kak Blaze mengembungkan pipinya.
"Kuaduin ke Kak Ice nih."
"Yeu jangan dong. Itu mah dia yang dulu. Maksudnya Ice punya badan yang kecil, tau sendiri kakakmu itu tingkat kemagerannya segimana."
Makin ke sini obrolan mereka makin melenceng. Gue menghela nafas, lalu gue mulai bicara.
"Jadi Kak Blaze, Kakak gak keberatan kalau kami tahu kenapa Kakak ngelakuin ini?" tanya gue.
Kak Blaze pun beralih natep gue. Cengiran di wajahnya tadi berubah jadi senyum yang serius.
"Kayak yang gue katakan sebelumnya, kita gak bakal kalah sama kebohongan wanita itu," jawabnya.
"Dalam rekaman tadi, dia mengatakan kalau dia orangtua dari Frostfire dan Glacier hanya anak haram yang diasuhnya. Apa itu juga bohong?" tanya gue lagi.
"Ya jelaslah. Emang Frostfire atau Glacier gak bilang kalau mereka yatim piatu?"
Ditanya gitu, gue jadi inget Frostfire pernah bilang itu ke gue.
"Frostfire pernah bilang. Tapi wanita itu..."
"Cuma ibu tiri."
Tadi itu Glacier yang jawab. Semua atensi sekarang tertuju padanya.
"Awalnya dia baik pada kami, tapi dia berubah setelah ayah kami meninggal karena syok kardiogenik. Lalu-"
Tiba-tiba bahu Glacier ditepuk oleh Kak Blaze. Yang ditepuk pun menoleh padanya.
"Kamu yakin mau cerita?" tanya Kak Blaze.
Setelah ditanyakan itu, Glacier terdiam sebentar. Gue, Yaya, dan Ying juga ragu untuk mendengarkannya, tapi kemudian Glacier mengangguk.
"Gak apa-apa, Kak, mereka teman-temanku. Aku percaya mereka bisa jaga rahasia."
Helaan nafas lolos dari mulut Kak Blaze, dan sekali lagi dia menepuk pundak Glacier.
"Lanjutkan," ujar Kak Blaze.
Glacier mengangguk sebelum dia mulai bercerita kembali.
"Aku dan Frostfire secara darah adalah kembar sekandung. Ibu kami meninggal karena leukemia ketika kami masih bayi, dan Ayah kami menikah lagi enam bulan setelah kematian Ibu. Tapi setelah kami berumur tiga tahun, Ayah menyusul Ibu, dan penderitaan kami dimulai pada saat itu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reboot! Not Ribut
FanfictionGue muak ketika orang-orang bilang jangan lihat sesuatu cuma dari sampulnya. Di mana-mana yang namanya baru lihat pasti yang dilihat duluan ya sampul. Hidup mati gue dipertaruhkan di sekolah ini. Abang-abang sialan! . . Cerita ini murni hasil dari...