33 - Mulai Ngumpul

848 168 98
                                    

Untuk beberapa saat kita cuma terdiam usai Sopan menyatakan tujuannya bersekolah di SMA Monsta. Gue masih kaget pada kenyataan Sopan punya dua kakak yang tidak lagi bersamanya. Gue ngerasa relate sama dia, yah bedanya gue cuma ditinggal bentar sama abang-abang gue buat kerjaan overseas, pernah paling lama sampe setahun.

Gue noleh ke Sopan yang lagi fokus liatin langit dari jendela. Dan disaat bersamaan, dia manggil gue.

"Supra,"

"Hm?"

Dia noleh juga ke gue, "aku yakin orang sepintar kamu bakal mikir dua kali buat sekolah di sini. Jadi..."

Ah ya, sejak awal gue emang gak suka sama nih sekolah, apalagi setelah rumor tentang sistemnya yang abnormal terbukti benar.

Gue menghela nafas, "gue didaftarin sama abang-abang gue tanpa persetujuan gue."

"Loh kamu gak protes?"

"Ya proteslah, keputusan sepihak itu. Tapi gue juga gak bisa nolak."

"Kenapa?"

"Karena suatu alasan antara gue dan Bang Hali."

Sejak permintaan tolong dari Bang Hali, gue lupa sama ketidaksukaan gue sama sekolah ini. Bukan berarti gue udah menerima, gue cuma berharap bisa terhindar dari diajak gelud sama siswa lain dan hanya fokus belajar sampai lulus dan permintaan Bang Hali dapat tercapai.

Gue segera sadar kalau gue malah melamun dan balik liat ke Sopan.

"Maaf, habis kepikiran sesuatu," ucap gue.

Sopan menggeleng, "gak papa. Kalau itu alasan antara kamu dan Kak Hali, aku gak bakal bertanya lebih."

Kemudian dia melihat ke arah langit lagi. Gue ngeliat dia begitu adem rasanya.

"Tapi, apa kamu keberatan kalau aku minta tolong ke kamu?"

Waduh.

"Tolong... apa?"

Dia sedikit menundukkan kepala dan menjawab, "mencari tahu rahasia sekolah."

"Kenapa aku?"

"Karena kamu sepupuku."

Gak salah tapi, gimana ya. Guenya lagi rada males.

Lalu Sopan terkekeh tanpa sebab, hampir gue dibuat jantungan karena takut dia habis kesambet apa. Habis itu dia liat lagi ke gue.

"Aku ingat waktu kamu ajak aku buat bantu nyiapin barang saat pengadilan kasus teman kembarmu. Keahlianmu bikin aku kagum. Lalu aku pikir, apa mungkin kamu mau bantu aku juga," ujarnya.

Jika diingatkan itu, yang gue lakukan saat itu hanya meretas dan mengumpulkan arsip yang bisa dijadikan bukti, itupun gue masih meminta bantuan rekan peretas yang lebih pro dari gue.

Tapi setidaknya, bukti-bukti itu pernah ada atau dipublikasikan di media umum, sedangkan Sopan bilang kasus kecelakaan kapal yang menimpa kedua kakaknya saat wisuda ditutup rapat dari media. Akan sulit mencari informasi terkait itu walau sudah menggunakan web ilegal. Itu berarti hanya ada satu cara yang bisa dilakukan,

Dengan mencari tau di tempat yang menyimpan rahasia tersebut, yaitu SMA Monsta itu sendiri.

Gue bersandar di jendela yang tertutup sambil melihat ke arah langit juga.

"Meretas bukan berarti bisa mendapat segala informasi, Pan. Tetap saja akan ada titik butanya. Kasus terisolasi seperti itu akan sulit ditemukan jika petunjuk yang dapat membawa kita pada kebenarannya belum terpecahkan."

Gue melirik Sopan, bocah itu nampak mengerjap mendengar penuturan gue. Setelah itu dia terkekeh.

"Terdengar familiar, ya," ucapnya.

Reboot! Not RibutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang