54 - Sopan Plesbek (2)

705 147 33
                                    

(Masih) Sopan pov

"Lu nolong gue?"

Aku mengangguk.

Yang ada di hadapanku sekarang adalah perempuan kakak kelas 11 yang ngebetin Supra. Sebelumnya dia berlari ke arahku dan salah mengira aku ini Supra, dan berakhir dengan suatu rencana.

Perempuan ini bisa berguna untukku.

"Tentu. Buatlah beberapa surat untuknya, akan kusampaikan nanti," ujarku.

"Siapa lu bisa gue percaya apa enggak?"

Aku tersenyum padanya, "aku sepupunya Supra."

.

.

"Bukannya lebih gampang kalo kita buat sekolah ini diban?"

"Abang gue gak bakal suka itu."

Aku mengernyit kesal mendengarnya. Apa maksudnya Kak Hali gak suka? Bukankah dia alumni SMA Monsta?

Dia udah lebih dulu merasakan kebejatan sekolah itu. Padahal kawannya sendiri menjadi korban dalam kecelakaan itu. Orang sekeren Kak Hali masa iya gak kepikiran hal yang sama kayak aku?

Dan obrolan singkat kami berakhir begitu Gentar bersama Frostfire dan Glacier sampai.

Alangkah terkejutnya kami begitu melihat isi ruang rahasia yang Gentar ceritakan sebelumnya. Sebagian besar yang ada di sana yaitu rak berisikan barang pribadi, punya Kak Taufan dan Kak Cahaya pun ada.

Lalu pemikiran yang dilontarkan Supra mengenai pangkat saudara masing-masing, aku benci mengatakannya, namun kedengarannya memang masuk akal.

Apa yang membuat mereka bertujuh ingin berdiri di posisi yang sama masih misteri. Kemudian atensi gue gak sengaja menangkap suatu kotak yang ada di rak barang milik Kak Cahaya. Aku punya firasat aneh saat melihatnya. Terbesit ide ingin mengambilnya untuk aku teliti sendiri, tapi bisa-bisa aku dicurigai nanti, secara penyelidikan ini dilakukan bersama-sama.

"Sori," panggilku sedikit berbisik, dan Sori sedikit memiringkan kepalanya ke arahku.

"Ya?"

"Kamu lihat kotak di sebelah sana?" tanyaku sambil menunjuk.

Perhatian Sori mengikuti arahku menunjuk dan dia mengangguk.

"Ambil itu. Aku akan menghalang mereka dari menyadari gerakmu."

"Buat apa tah?"

"Cuma feeling. Ambil saja."

Sori pun mengangguk paham dan mulai berjalan mundur mendekati raknya Kak Cahaya.

Lalu sedikit kecerobohan terjadi, Sori kebablasan mundur sampai menyenggol raknya dan kotak tadi pun terjatuh, berkat itu Supra juga menyadari kotaknya. Aku memerhatikan Supra memungut isi dari kotak itu dengan kesal, apalagi aku gak bisa lihat apa yang dia pungut karena terhalang punggungnya.

Kekesalanku terbalas saat aku dan Supra nyamper bentar di kafe tempat kerjanya Gentar. Aku gak sempat lihat penyebabnya sampai hal gak terduga ini terjadi, yaitu abangnya Gentar, Kak Gempa, menampar Supra dengan sangat kuat.

Aku menghampiri Supra dan membantunya berdiri, sambil melakukan itu aku tersenyum puas melihat dekat bekas tamparan di pipinya.

Ada yang men-trigger amarah Kak Gempa sesaat, dan sekarang dia terihat panik melihat hasil perbuatannya. Sambil minta maaf, dia mengatakan kalau Gentar gak bakal bisa bertemu dengan kami lagi buat sementara waktu.

Aku mengernyit, dia terdengar sus.

.

.

Aku berjalan menuju kamar lalu mendapati pintu kamar yang ditempati Bibi Kuputeri terbuka. Kalau diingat, sejak awal aku, Bibi, dan Kak Mari menginap di sini, Bibi selalu mengunci kamar ini tak kira dia ada di luar atau di dalam. Mumpung lagi terbuka, aku penasaran untuk memeriksa dalamnya.

Reboot! Not RibutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang