7💉

5.8K 302 51
                                    

Pagi telah tiba. Jevian dan Nathan tampak sedang bersiap ke sekolah. Untuk sementara Nathan mengenakan seragam milik Jevian dulu karena ia masih berada di rumah Jevian. Jevian masih duduk di atas ranjangnya sambil melihat ke arah Nathan yang masih sibuk menyisir rambutnya di depan cermin.

"Nath, cepetan dong! Buruan ini udah siang!" ucap Jevian.

"Iya, sabar. Gue lagi sisiran bentar. Ngerapihin rambut dulu, dong. Biar cewek-cewek makin tertarik sama gue," ucap Nathan.

"Halah, sok gaya lo!" cibir Jevian.

"Berisik! Namanya anak bujang tuh gitu! Kayak lo ngga aja, Jev," ucap Nathan.

"Ya udah lah buruan! Lama lo!" ucap Jevian.

"Iya-iya, ini gue udah kelar. Yuk, keluar!" ucap Nathan.

"Bantuin gue, goblok! Deketin kursi rodanya ke gue itu! Kejauhan!" ucap Jevian menunjuk ke arah kursi roda yang berada di sudut kamar.

"Iya, sabar. Ini gue juga mau ambil kursi rodanya," ucap Nathan lalu mendorong kursi roda yang berada di sudut kamar mendekat ke arah ranjang. Setelah itu, ia membantu Jevian untuk menaiki kursi rodanya.

Mereka lalu berjalan keluar dari kamar dengan Nathan yang mendorong kursi roda yang dinaiki Jevian. Bersamaan dengan itu, Jeffran juga baru saja keluar dari kamar. Kamarnya itu memang bersebelahan dengan kamar milik Jevian.

"Sinih biar kakak aja yang dorong! Kamu duluan aja ke ruang makan, Nath," ucap Jeffran.

"Oke, kak," jawab Nathan lalu menuruni tangga lebih dulu.

Jeffran lalu mendorong kursi roda yang dinaiki Jevian menuruni tangga. Kali ini Jevian menggunakan kursi roda lipat elektrik yang bisa mempermudah saat naik turun tangga. Ia memang memiliki dua kursi roda, yang satu adalah kursi roda yang manual dan satu lagi yang lipat elektrik supaya lebih mudah dibawa kemana-mana. Orang tuanya sengaja menyediakan kursi roda karena Jevian memang sering membutuhkannya terutama jika terjadi memar seperti yang ada di lututnya sekarang. Itu bukan hanya sekali dua kali terjadi, namun ia sudah sering mengalaminya berulang kali. Hal tersebut sering terjadi dikarenakan ia memiliki penyakit hemofilia dimana penderitanya pasti akan sering mengalami memar secara tiba-tiba bahkan tanpa ada penyebab yang pasti. Apabila memarnya ada di bagian lain seperti di bagian tangan atau perut, baru ia tidak perlu menggunakan kursi rodanya.

Setelah sampai di ruang makan, Jevian dan Jeffran melihat kedua orang tuanya sudah lebih dulu duduk di ruang makan bersama dengan Nathan. Terlihat bi Darmi tengah menata sarapan di atas meja makan. Tirany saat itu tidak bisa membantu karena ia memang harus datang ke rumah sakit pagi-pagi sekali. Kini ia juga tengah sibuk berbincang dengan seseorang melalui sambungan teleponnya.

"Sinih, dek! Sarapan dulu!" ucap Davian saat melihat Jevian duduk di kursi rodanya menghampiri meja makan.

Jeffran lalu duduk di kursi makan yang berada di samping Tirany dan membiarkan Jevian duduk di tengah-tengah Nathan dan Davian.

Tirany lalu mematikan sambungan teleponnya setelah selesai berbicara dengan lawan bicaranya di telepon. Kemudian bi Darmi tampak berjalan kembali ke dapur setelah selesai menata sarapan untuk majikannya.

"Mama berangkat jam berapa emang, ma? Kok kayaknya buru-buru banget?" tanya Jevian.

"Harusnya mama berangkat jam 6 dari rumah, dek," ucap Tirany.

"Sekarang aja udah jam 6 lebih?" ucap Jevian.

"Iya, makannya mama ini mau siap-siap berangkat," ucap Tirany.

"Harus banget yah jam segitu berangkatnya?" ucap Jevian.

"Hari ini mama mau ada apel pagi terus mau langsung cek pasien rawat inap. Pasien mama lagi banyak. Ini aja mama harusnya udah telat," ucap Tirany lalu menyeruput teh hangatnya.

My Family My Doctor || JENO × JAEMIN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang